Sang Biksu Bagikan Kain Merah yang Berkhasiat Tolak Bala
Tiba di Bali 17 Maret 2017, tiga biksu dari Kamboja mengakui perjalanan spiritual ke Pulau Dewata dilakukan untuk mendoakan agar umat dikaruniai keselamatan lahir dan bathin
Tiga Biksu dari Kamboja Tangkil ke Pura Sad Kahyangan Lempuyang, Desa Pakraman Purmayu
AMLAPURA, NusaBali
Karya pujawali di Pura Penataran Agung Sad Kahyangan Lempuyang, Desa Pakraman Purwayu, Kecamatan Abang, Karangasem tepat Umanis Galungan pada Wraspati Umanis Dunggulan, Kamis (6/4), berbeda dari biasanya. Kali ini, ada tiga biksu dari Kamboja tangkil ke Pura Lempuyang seraya membagi-bagikan kain merah yang diyakini mengandung khasiat sebagai penolak bala.
Tiga biksu dari Kamboja yang melakukan perjalanan spiritual dan tangkil sembahyang ke Pura SAad Kahyangan Lempuyang, Kamis kemarin, masing-masing Pres Ong Majes Hai, Pres Ong Bonna, dan Pres Ong Sak. Dari ketiga orang suci umat Budha ini, hanya Pres Ong Sak yang mengerti bahasa Inggris.
Biksu Pres Ong Sak menuturkan, sebelum trangkil ke Pura Lempuyang, mereka telah melakukan perjalanan spiritual di Pura Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Selain itu, ketiga biksu asal Kamboja ini juga sempat tangkil ke Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli di mana Palinggih Ratu Ayu Subandar---stana dari istri dari Raja Sri Aji Jaya Pangus asal China, Kang Cing We---berada. Mereka juga sempat tangkil ke Pura Luhur Tanah Lot, Desa Pakraman Beraban, Kecamatan Kedairi, Tabanan.
Menurut biksu Pres Ong Sak, perjalanan spiritual ke Bali ini mereka lakukan untuk mendoakan agar umat dikaruniai keselamatan lahir dan bathin. “Kami sangat menyukai Bali, alamnya indah, rindang, dan hijau, masyarakatnya juga ramah. Dalam setiap upacara, mereka begitu khusyuk bersembahyang. Ini menandakan kedamaian ada di Bali,” jelas biksu Pres Ong Sak Melalui penerjemahnya, I Wayan Kariasa, di Pura Lempuyang kemariun.
Di setiap tempat suci yang dikunjunginya selama di Bali, kata biksu Pres Ong Sak, aura sakralnya berbeda-beda. Aura sangat berbeda terutama mereka rasakan di Pura Besakih dan Pura Sad kahyangan Lempuyang. “Kami baru pertama datang ke Pura Sad Kahyang-an Lempuyang ini,” tutur Pres Ong Sak.
Sementara, kedatangan tiga biksu asal Kamboja di Pura Lempuyang, Kamis siang sekitar pukul 11.00 Wita, diterima Bendesa Pakraman Purwayu, I Nyoman Jati, dan Ketua Panitia Pembangunan Pura I Wayan Putu Aryawan. Mereka dipersilakan duduk di deretan paling depan, dekat pamangku, saat sembahyang. “Di sini (Pura Sad Kahyangan Lempuyang, Red) terbuka bagi umat lintas agama untuk melakukan persembahyangan,” jelas Bendesa Pakraman Purwayu, I Nyoman Jati.
Sebelum sembahyang, ketiga biksu asal Kamboja ini sempat satu per satu menyembah ke palinggih Ida Batara Hyang Gni Jaya di Pura Sad Kahyangan Lempuyang, sebagai bentuk permakluman hendak melakukan persembahyangan. Seusai melakukan persembah-yangan ala Hindu, ketiga biksu mohon tirtha (air suci dari Jro Mangku.
Kemudian, biksu Pres Ong Sak membagi-bagikan kain warna merah kepada prajuru pura. Kain merah dengan ukuran masing-masing 100 cm x 50 cm itu berisikan gambar-gambar tokoh dalam epos Mahabharata dan Ramayana, serta tulisan Kamboja yang merupakan goresan tangan para biksu. Tokoh yang dilukis dalam kain merah tersebut, antara lain, Sri Kreshna dan Arjuna (epos Mahabharata) serta Sri Rama dan Laksmana (epos Ramayana).
Kain merah tersebut diyakini berkhasiat untuk tolak bala (menolak bahaya). Biksu Pres Ong Sak juga sekalian memberitahukan cara menggunakan kain merah tersebut, dengan dikalungkan di leher. Menurut Pres Ong Sak, kain ini memiliki khasiat karena sebelumnya telah dipasupati (upacara pengisian energi) di kuil (tempat suci umat Buddha) di Kamboja.
Sementara itu, seusai sembahyang di Pura Sad Kahyangan Lempuyang, Kamis sore, ketiga biksu asal Kamboja ini kembali ke penginapannya di Hotel Ashyana Candidasa, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Terungkap, ketiga biksu ini sudah selama hampir sebulan berada di Bali, sejak 17 Maret 2017, untuk mengunjungi sejulah pura.
Dalam melakukan perjalangan spiritual ke pura-pura di Bali, ketiga biksu ini selalu didampingi Manaher Hotel Ashyana Candidasa, I Wayan Kariasa, yang juga Sekretaris PHRI Karangasem dan sekaligus menjadi penerjemah mereka. Menurut Wayan Kariasa, sejak tiba di Bali, ketiga biksu tersebut langsung memilih tinggal di Karangasem, karena alasan vibrasi spiritualnya masih kuat, ditandai banyaknya ada Pura Sad Kahyangan di Gumi Lahar. Rencananya, mereka akan menginap di Hotel Ashyana Candidasa hingga 30 April 2017, sebelum melanjutkan perjalanan spiritual ke Pura Goa Giri Putri di kawasan seberang Nusa Penida, Klungkung.
“Selama ini, jika tidak melakukan perjalanan spiritual ke pura-pura, ketiga biksu asal Kamboja tersebut setiap pagi menggelar doa di Palinggih Padmasana hotel. Ketiga biksu ini meyakini leluhurnya dari Bali. Keyakinan itu berdasarkan kontak bathin mereka,” jelas Kariasa. * k16
AMLAPURA, NusaBali
Karya pujawali di Pura Penataran Agung Sad Kahyangan Lempuyang, Desa Pakraman Purwayu, Kecamatan Abang, Karangasem tepat Umanis Galungan pada Wraspati Umanis Dunggulan, Kamis (6/4), berbeda dari biasanya. Kali ini, ada tiga biksu dari Kamboja tangkil ke Pura Lempuyang seraya membagi-bagikan kain merah yang diyakini mengandung khasiat sebagai penolak bala.
Tiga biksu dari Kamboja yang melakukan perjalanan spiritual dan tangkil sembahyang ke Pura SAad Kahyangan Lempuyang, Kamis kemarin, masing-masing Pres Ong Majes Hai, Pres Ong Bonna, dan Pres Ong Sak. Dari ketiga orang suci umat Budha ini, hanya Pres Ong Sak yang mengerti bahasa Inggris.
Biksu Pres Ong Sak menuturkan, sebelum trangkil ke Pura Lempuyang, mereka telah melakukan perjalanan spiritual di Pura Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Selain itu, ketiga biksu asal Kamboja ini juga sempat tangkil ke Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli di mana Palinggih Ratu Ayu Subandar---stana dari istri dari Raja Sri Aji Jaya Pangus asal China, Kang Cing We---berada. Mereka juga sempat tangkil ke Pura Luhur Tanah Lot, Desa Pakraman Beraban, Kecamatan Kedairi, Tabanan.
Menurut biksu Pres Ong Sak, perjalanan spiritual ke Bali ini mereka lakukan untuk mendoakan agar umat dikaruniai keselamatan lahir dan bathin. “Kami sangat menyukai Bali, alamnya indah, rindang, dan hijau, masyarakatnya juga ramah. Dalam setiap upacara, mereka begitu khusyuk bersembahyang. Ini menandakan kedamaian ada di Bali,” jelas biksu Pres Ong Sak Melalui penerjemahnya, I Wayan Kariasa, di Pura Lempuyang kemariun.
Di setiap tempat suci yang dikunjunginya selama di Bali, kata biksu Pres Ong Sak, aura sakralnya berbeda-beda. Aura sangat berbeda terutama mereka rasakan di Pura Besakih dan Pura Sad kahyangan Lempuyang. “Kami baru pertama datang ke Pura Sad Kahyang-an Lempuyang ini,” tutur Pres Ong Sak.
Sementara, kedatangan tiga biksu asal Kamboja di Pura Lempuyang, Kamis siang sekitar pukul 11.00 Wita, diterima Bendesa Pakraman Purwayu, I Nyoman Jati, dan Ketua Panitia Pembangunan Pura I Wayan Putu Aryawan. Mereka dipersilakan duduk di deretan paling depan, dekat pamangku, saat sembahyang. “Di sini (Pura Sad Kahyangan Lempuyang, Red) terbuka bagi umat lintas agama untuk melakukan persembahyangan,” jelas Bendesa Pakraman Purwayu, I Nyoman Jati.
Sebelum sembahyang, ketiga biksu asal Kamboja ini sempat satu per satu menyembah ke palinggih Ida Batara Hyang Gni Jaya di Pura Sad Kahyangan Lempuyang, sebagai bentuk permakluman hendak melakukan persembahyangan. Seusai melakukan persembah-yangan ala Hindu, ketiga biksu mohon tirtha (air suci dari Jro Mangku.
Kemudian, biksu Pres Ong Sak membagi-bagikan kain warna merah kepada prajuru pura. Kain merah dengan ukuran masing-masing 100 cm x 50 cm itu berisikan gambar-gambar tokoh dalam epos Mahabharata dan Ramayana, serta tulisan Kamboja yang merupakan goresan tangan para biksu. Tokoh yang dilukis dalam kain merah tersebut, antara lain, Sri Kreshna dan Arjuna (epos Mahabharata) serta Sri Rama dan Laksmana (epos Ramayana).
Kain merah tersebut diyakini berkhasiat untuk tolak bala (menolak bahaya). Biksu Pres Ong Sak juga sekalian memberitahukan cara menggunakan kain merah tersebut, dengan dikalungkan di leher. Menurut Pres Ong Sak, kain ini memiliki khasiat karena sebelumnya telah dipasupati (upacara pengisian energi) di kuil (tempat suci umat Buddha) di Kamboja.
Sementara itu, seusai sembahyang di Pura Sad Kahyangan Lempuyang, Kamis sore, ketiga biksu asal Kamboja ini kembali ke penginapannya di Hotel Ashyana Candidasa, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Terungkap, ketiga biksu ini sudah selama hampir sebulan berada di Bali, sejak 17 Maret 2017, untuk mengunjungi sejulah pura.
Dalam melakukan perjalangan spiritual ke pura-pura di Bali, ketiga biksu ini selalu didampingi Manaher Hotel Ashyana Candidasa, I Wayan Kariasa, yang juga Sekretaris PHRI Karangasem dan sekaligus menjadi penerjemah mereka. Menurut Wayan Kariasa, sejak tiba di Bali, ketiga biksu tersebut langsung memilih tinggal di Karangasem, karena alasan vibrasi spiritualnya masih kuat, ditandai banyaknya ada Pura Sad Kahyangan di Gumi Lahar. Rencananya, mereka akan menginap di Hotel Ashyana Candidasa hingga 30 April 2017, sebelum melanjutkan perjalanan spiritual ke Pura Goa Giri Putri di kawasan seberang Nusa Penida, Klungkung.
“Selama ini, jika tidak melakukan perjalanan spiritual ke pura-pura, ketiga biksu asal Kamboja tersebut setiap pagi menggelar doa di Palinggih Padmasana hotel. Ketiga biksu ini meyakini leluhurnya dari Bali. Keyakinan itu berdasarkan kontak bathin mereka,” jelas Kariasa. * k16
1
Komentar