Perumda Mangu Giri Sedana Terancam Kehilangan Sumber Pemasukan
Pasar Hewan Beringkit Tutup Lagi
MANGUPURA, NusaBali.com – Penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Pulau Dewata mendorong Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan kebijakan yang dilematis antara ekonomi dan kesehatan hewan.
Sejauh ini kebijakan yang diambil cenderung mengarah pada prioritasi kesehatan hewan, mengingat seluruh pasar hewan di Bali masih akan ditutup hingga awal bulan Agustus.
Berkaca dari kebijakan sebelumnya, tidak ada yang bisa menjamin setelah tanggal 1 Agustus 2022, pasar hewan akan dibuka kembali dan kegiatan ekonomi yang berputar pada transaksi jual beli ternak hidup lagi.
Pasar Hewan Beringkit yang merupakan pasar hewan terbesar di Pulau Bali juga tidak luput dari penerapan kebijakan terbaru. Tidak hanya para peternak dan saudagar sapi yang biasa beroperasi di Pasar Hewan Beringkit saja yang merasakan dampak ekonomi penutupan keran penghidupan mereka, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Mangu Giri Sedana sebagai induk Pasar Hewan Beringkit juga terdampak.
Setelah penerapan kebijakan pedagang esensial dan non-esensial pada masa PPKM, kini perusahaan daerah yang menaungi 10 unit pasar di Kabupaten Badung ini harus memutar otak untuk mengelola biaya operasional mereka setelah sumber pemasukan terbesar, Pasar Hewan Beringkit tidak beroperasi selama 2 minggu dan 11 hari ke depan.
“Kalau kerugian pasti, karena setiap ada transaksi (di Pasar Hewan Beringkit), kami kenakan iuran pengelolaan pasar,” ujar I Made Sukantra, Direktur Utama Perumda Pasar Mangu Giri Sedana, saat ditemui NusaBali.com, Selasa (19/7/2022) siang.
Ia menjelaskan bahwa sumber pemasukan utama perumda yang dipimpinnya berasal dari unit pasar hewan. “Sumber utamanya itu ada di pasar hewan, kemudian pasar umum, pasar Kuta 1, Kuta 2, dan Nusa Dua; paling tinggi menghasilkan itu pasar hewan yang menyuplai operasional per bulan,” ungkap Sukantra.
Menurut Kepala Bidang Keuangan Perumda Pasar Mangu Giri Sedana, Gede Rudita, saat ini pihaknya tengah memutar otak untuk mengelola biaya operasional yang sebelumnya ditunjang dari pemasukan Pasar Hewan Beringkit. Selain itu, keterbatasan biaya operasional juga berpengaruh terhadap para pegawai. “Efeknya ke kita dengan sekian pegawai; ada kurang lebih 210 pegawai,” kata Rudita.
Rudita juga menjelaskan sampai bulan Juni tahun 2022, Pasar Hewan Beringkit menyumbang 36,14 persen dari total pendapatan Perumda Pasar Mangu Giri Sedana. Selain pendapatan langsung, Pasar Hewan Beringkit juga membantu dari jumlah pengunjung. “Pengunjung berkurang, otomatis pendapatan parkir kita turun juga, harapan kita kemarin malam, hari ini (Selasa, ada informasi akan) buka,” tutur Rudita.
Sukantra mengakui bahwa kerugian ekonomi sudah dirasakan sejak bulan Juni, sebelum dilakukannya penutupan, akibat ada pelarangan sapi dari Bali menyeberang ke Pulau Jawa. “Pengaruhnya sudah ada dari bulan Juni, karena di Surabaya, melarang sapi Bali ke sana, sebelum ditutup pun sudah berpengaruh secara ekonomi terhadap perusahaan,” kata Sukantra kepada NusaBali.com, saat mengonfirmasi kepastian perpanjangan penutupan Pasar Hewan Beringkit, Selasa siang.
Meski demikian, Sukantra berkomitmen mengikuti kebijakan yang ada dan mendukung giat pemerintah untuk menanggulangi wabah PMK. “Namun, demi kepentingan yang lebih besar, demi keselamatan masyarakat dan kesehatan hewan kita di seluruh Bali, kita siap mengorbankan ekonomi, tutup Sukantra. *rat
Komentar