Patung Gajah Mina di Pelabuhan Sanur Rampung Akhir Juli
DENPASAR, NusaBali.com – Patung Gajah Mina yang menjadi bagian dari bangunan Pelabuhan Sanur yang berbentuk perahu tradisional khas Bali, ‘jukungan,’ dalam tahap finishing dan direncanakan sudah rampung pada akhir bulan Juli ini.
Gajah Mina yang merupakan wahana Dewa Baruna, sang penguasa samudera, dipadupadankan kepala dan ekornya dengan bangunan yang berbentuk jukungan. Menurut sang kreator, Wayan Winten, hal ini merupakan visualisasi dari bentuk perahu tradisional yang dahulu kepala perahunya biasa mengambil bentuk ikan ataupun gajah.
“Bangunan (Pelabuhan Sanur) itu bentuknya jukungan; jukungan tradisional itu dahulu kepalanya berbentuk ikan atau gajah,” ungkap Winten kepala NusaBali.com, Kamis (21/7/2022) sore.
Menurut seniman patung asal Banjar Teges Yangloni, Peliatan, Ubud, yang kaya pengalaman ini, ia diberikan desain bangunan berbentuk jukungan oleh kontraktor Pelabuhan Sanur, kemudian ia diberi tugas memvisualisasikan bentuk patung yang sesuai dengan bangunan tersebut.
“Yang diberikan kontraktor itu adalah (desain) bangunan berbentuk jukungan, kemudian saya memvisualisasikan, kira-kira apa yang bagus untuk ditambah pada bangunan itu,” jelas seniman yang juga penekun yoga ini.
Patung kepala Gajah Mina yang dibuat Wayan Winten berukuran tinggi dan lebar 9 meter begitu juga bagian ekor Gajah Mina yang miliki tinggi yang sama. Namun, ia tidak bisa memastikan ukuran tersebut dalam bentuk fisiknya mengingat desain awal sudah dikembang dalam proses realisasinya.
“Di gambar itu ukurannya 9 meter untuk kepalanya, bentuk jadinya para seniman yang mengembangkan,” kata Winten.
Selain Gajah Mina, pada bangunan pelabuhan tersebut juga terdapat patung Burung Garuda yang bertengger di ujung atap utara bangunan. Menurut Winten, patung tersebut menyimbolkan burung yang sedang mengintai ikan.
“Burung itu kan mengontrol ikan, kalau banyak ikan di bawah (laut), pasti banyak burung yang mengintai di atas,” ujar seniman yang menghasilkan patung-patung penghias Pulau Dewata ini.
Wayan Winten pun membeberkan proses pembuatan patung-patung penghias bangunan Pelabuhan yang akan mengubungkan Sanur dengan Nusa Penida dan Nusa Ceningan itu. “Pertama dibuat dulu gambarnya, kemudian dibuat modelnya, lanjut dibuat rangkanya, terus dicor,” papar Winten.
Ditambahkan oleh sang mandor, Pande Nyoman Wirasa, proses finishing menggunakan mill atau campuran semen yang dibentuk sedemikian rupa menjadi bentuk yang bernilai seni. “Dibuat dulu skalanya, kemudian rangka, dicor, di-finishing pakai mill, kemudian dicat,” jelas Wirasa saat ditemui NusaBali.com di lokasi proyek, Kamis pagi.
Menurut Wirasa, saat ini bagian ekor dan satu kepala patung Gajah Mina sudah rampung. Saat ditemui NusaBali.com, timnya masih mengerjakan satu kepala patung pada tahap finishing pengecatan.
“Yang ini (Wirasa menunjuk ke arah kepala Gajah Mina di sebelah kiri) sudah selesai, yang dilihat ini sudah bentuk jadinya,” ujar Wirasa yang sudah bekerja sama dengan Winten selama 25 tahun.
Proyek yang dikerjakan oleh 25 seniman selama kurang lebih 6 bulan ini ditargetkan selesai akhir Juli ini mengingat Wayan Winten dan kawan-kawan akan mengerjakan proyek lain di Kuta.
Menurut Winten, proyek patung yang dikerjakannya menghabiskan dana sebesar Rp 1,5 miliar, meski ia tidak bisa menjamin angka pasti dan mewanti-wanti untuk mengonfirmasi ke bagian budgeting kontraktor di bawah PT Hutama Karya yang bertanggung jawab menggeber proyek Pelabuhan Sanur.
Selain patung pelengkap yang ia buat di proyek Pelabuhan Sanur, beberapa proyek besar lain sudah pernah Winten garap, seperti patung Catur Muka setinggi 26 meter di Benoa, patung kepala Krisna, 55 meter di Solo, patung Dewa Ruci, patung kuda di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Taman Bung Karno di Singaraja, dan masih banyak lagi.
Menurut Winten, setiap proyek memiliki tantangan tersendiri sesuai dengan variasi karyanya. “Kalau tidak sama (tematiknya) ada tantangan, tergantung tematiknya masing-masing,” tutup Winten. *rat
Komentar