Jumlah Pasien Cuci Darah Naik, RSUD Tambah Ruang Hemodialisa
SINGARAJA, NusaBali
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng meresmikan dua Gedung Hemodialisa (unit cuci daerah) yang baru, Kamis (21/7).
Penambahan ruang dengan kapasitas 60 bed ini untuk mempercepat penanganan pasien cuci darah. Pembangunan dua Gedung Hemodialisa baru ini merupakan bagian dari Kerja Sama Operasional (KSO) mitra RSUD Buleleng dengan anggaran Rp 4 miliar. Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha, usai peresmian itu, mengatakan sebelum dua Gedung Hemodialisa ini beroperasi, RSUD Buleleng hanya memiliki ruangan berkapasitas 24 bed. Pasien cuci darah setiap hari rata-rata 170 orang.
“Kalau di ruang lama dulu dengan jumlah pasien tiap harinya 170, diambil tiga shift bisa sampai jam sepuluh malam baru selesai. Tidak baik sebenarnya untuk nakes dan pasien. Tetapi sekarang dengan kapasitas yang lebih banyak, bisa selesai dengan dua shift saja,” ungkap Arya Nugraha.
Menurutnya, anggaran pembangunan gedung dan sarana cuci darah ini didapatkan pada saat Pandemi Covid-19. Arya Nugraha pun menyebut RSUD Buleleng berani mengambil langkah pengembangan unit cuci darah karena trend pasien setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jumlah pasien cuci darah rata-rata disebabkan karena penyakit metabolik seperti kencing manis, darah tinggi hingga batu ginjal.
Bahkan ruang kapasitas 60 bed saat ini dalam kurun waktu kedepan kembali akan mengalami overload. Sehingga RSUD Buleleng berencana akan melakukan pengembanganlagi. Upaya pemenuhan sarana prasarana kesehatan di RSUD Buleleng juga disebut dokter penyakit dalam ini, untuk memenuhi penyiapan RSUD Buleleng menjadi rumah sakit rujukan regional dan rumah sakit tipe A. Selain pengembangan kapasitas ruang cuci darah, RSUD Buleleng secara bertahap juga sedang menyiapkan gedung pelayanan jantung terpadu (PJT, stroke centre dan kanker terpadu.
“Gedung PJT ini akan dibantu pemerintah pusat tahun depan. Sedangkan stroke center kita sudah punya SDM yang bisa cuci otak dengan prosedur medis. SDM memang perlu ditambah lagi seperti unit kanker terpadu masih perlu tambahan ahli kanker penyakit dalam, ahli kanker anak, sementara ini kita baru punya ahli kanker bidang bedah saja. Kalau semua terpenuhi, masyarakat tidak perlu ke selatan lagi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,” tegas dia.
Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra yang meresmikan gedung baru Hemodialisa mengapresiasi pengembangan RSUD secara bertahap itu. Menurutnya, pengembangan kualitas layanan dan sarana prasarana pendukung tidak hanya diperlukan untuk menuju rumah sakit rujukan regional, tetapi juga untuk memenuhi kriteria sebagai rumah sakit pendidikan. “Sekarang banyak mahasiswa kedokteran dan residen magang di RSUD Buleleng. Sarprasnya dan SDMnya juga harus ditingkatkan,” tegas Wabup yang juga seorang dokter spesialis kandungan ini.
Sutjidra menambahkan, kedepannya RSUD Buleleng dan pemerintah juga perlu mempertimbangkan penggantian nama rumah sakit. Salah satunya bisa diambil dari nama dokter perintis yang telah berjasa hingga RSUD Buleleng ini ada sampai sekarang. “Saya harap jajaran mendiskusikan nanti nama yang tepat. Seperti RSUP Sanglah sekarang sudah mulai menggunakan nama baru, sebagai wujud penghargaan yang telah berjasa merintis rumah sakit ini,” harap pejabat asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini.*k23
Komentar