Pembersihan Niskala, Bade Diarak ke Laut
Tradisi Ngaben Massal di Desa Padangbai
AMLAPURA, NusaBali
Desa Adat Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem mempersiapkan upacara Ngaben massal.
Puncak Pangabenan ditandai mengarak Bade ke tengah laut pada Sukra Umanis Merakih, Jumat ( 29 Juli 2022), mengupacarai 116 sawa. Pangabenan berlanjut upacara Ngaroras massal, mengupacarai 129 pitra.
22 dadia se-Desa Adat Padangbai terlibat. Bendesa Adat Padangbai I Komang Nuriada memaparkan hal itu di sela-sela memantau persiapan ngaben, di Bale Masyarakat Desa Adat Padangbai, Banjar Melanting, Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Jumat (22/7). "Ini pertama kali Desa Adat Padangbai menggelar ngaben massal dengan merangkul seluruh golongan masyarakat tidak mengenal soroh, semuanya bersatu," jelas I Komang Nuriada, didampingi Ketua Panitia I Ketut Widana.
Tiap krama Desa Adat Padangbai yang memiliki sawa dikenakan biaya Rp 4 juta, biaya itu termasuk upacara Ngaroras hingga Ngalinggihang. Kekurangan dari biaya itu disubsidi Desa Adat Padangbai. Ngaben dengan disertai mengarak Bade (menara tinggi untuk digunakan mengusung jenazah) ke tengah laut merupakan tradisi Desa Adat Padangbai. Nantinya Bade setinggi 6 meter sebelum dibawa ke Setra Desa Adat Padangbai, mesti diarak ke parkir Terminal Pura Silayukti, Banjar Segara, lanjut menuju ke tengah laut, melalui Pantai Banjar Segara. Pantai ini di timur Pelabuhan Padangbai atau timur Pelabuhan Rakyat Padangbai, sekitar 100 meter dari lepas pantai.
Nuriada mengatakan, sesuai keyakinan dan dresta setempat, laut adalah pusat air yang merupakan pusat kemakmuran. Cara ini juga untuk melebur segala jenis kotoran batin. Sebab, perjalanan menuju pusat air bertujuan untuk menghanyutkan seluruh kotoran semesta. Laut pula sebagai pusat peleburan segala jenis kotoran. Karena laut merupakan pusat pertemuan semua aliran sungai termasuk sungai suci. "Sehingga tujuan ke laut untuk membuang kotoran bumi, selanjutnya mengambil air kehidupan dari dalam laut juga," jelasnya.
Setelah Bade diarak ke laut, maka seluruh pengusung Bade juga dapat anugerah kasucian dari Dewa Baruna, dewa penguasa lautan. Selanjutnya Bade diarak ke Setra Desa Adat Padangbai, berlanjut melaksanakan prosesi Ngaben. Setelah tuntas seluruh rangkaian Ngaben, maka kembali nganyut ke laut. Tujuannya agar perjalanan sang roh yang diaben dalam kondisi suci secara bathin. Prosesi ini tahap penyucian dua kali, melalui puja sang sulinggih dengan dilengkapi upakara, dan disucikan dengan anugerah Dewa Baruna, saat melakukan arak-arakan ke laut.
Usai Ngaben massal, nantinya berlanjut upacara Ngaroras, diisi upacara Potong Gigi, tetapi krama tidak dikenakan biaya. "Kami berupaya meringankan beban krama, tujuannya agar upacara tuntas tidak lagi punya utang kepada sang pitara," tambahnya.
Desa Padangbai yang mewilayahi empat banjar dinas yakni Banjar Luhur, Banjar Melanting, Banjar Mimba dan Banjar Segara, semua krama dilibatkan.
Ketua Panitia I Ketut Widana mengatakan, persiapan Ngaben dan Ngaroras massal diawali Redite Umanis Warigadean, Minggu (15/5) menggelar upacara Matur Piuning di pura dadia se-Desa Adat Padangbai. Selanjutnya membangun bangunan tempat upacara. Sedangkan upacara Ngaskara pada Wraspati Kliwon Merakih, Kamis (28/7), puncak Ngaben Sukra Umanis Merakih, Jumat (29/7), diawali Mlaspas Bade dan Pangiriman (bade kecil), Bale gumi, berlanjut upacara Ngaben dan Nganyut ke segara. Rencananya, kata I Ketut Widana, upacara Ngaroras, Buda Pon Medangkungan, Rabu (10/8), atau 12 hari setelah ngaben. "Persiapan Ngaben di Terminal Pura Silayukti, dan ngeroras di Bale Masyarakat Desa Adat Padangbai," kata I Ketut Widana. *k16
1
Komentar