Pengalaman yang Tak Terlupakan
“Ini kali pertama saya mendapat kesempatan mengarungi luasnya perairan Indonesia. Juga kali pertama saya naik kapal laut”
Adi Brata Mahendra Duta Bahari KPN Sail Karimata 2016
DENPASAR, NusaBali
Kapal Pemuda Nusantara (KPN) Sail Selat Karimata pada Oktober 2016 lalu memberikan kesempatan emas bagi 3 muda-mudi terbaik Bali menjadi Duta Bahari. Selain AA Istri Putri Dwijayanti yang menjadi peserta terbaik, ada dua pemuda Bali yang berkesempatan menjelajah luasnya perairan Indonesia. Salah satunya, IG Adi Brata Mahendra, pemuda kelahiran Payangan, 3 April 1996.
Mahasiswa Manajemen Teknologi Informatika STIKI Indonesia ini menjelajah perairan Indonesia dan menginjakkan kaki pada Festival Sail Selat Karimata yang berlangsung di Pantai Pulau Datok, Kabupaten Kayong Utara. Festival ini secara resmi dibuka Presiden RI Joko Widodo.
Hendra beserta ratusan peserta KPN Sail Karimata melakukan pelayaran selama beberapa hari dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dengan menaiki Kapal Lawit milik PT Pelni. Putra-putri Bahari Nusantara ini kemudian berlabuh di Pelabuhan Dwikora Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat (Kalbar).
Setibanya di Pelabuhan Dwikora, Pontianak, ratusan peserta Kapal Pemuda Nusantara (KPN) ‘Sail Karimata 2016’ disambut tarian persembahan Dayak dan melanjutkan pelayaran menuju Kabupaten Kayong Utara. Pengalaman menarik yang tak pernah dilupakan yakni berkesempatan mengarungi sungai Kapuas sebagai terpanjang di Indonesia. Selama 14 jam, Hendra mengarungi sungai bersama sekitar 300 orang dengan menaiki kapal klotok khas Kalimantan Barat. "Sungguh pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan," ungkapnya saat ditemui di Denpasar belum lama ini. Hendra beserta Duta Bahari Provinsi Bali mempersembahkan sebuah garapan tari yang diambil dari epos Ramayana. Ketiganya menampilkan cuplikan penculikan Dewi Sitha oleh Rahwana hingga dibawa ke Alengka Pura. Atas penculikan tersebut, Sang Rama kemudian berusaha mendapatkan istrinya kembali dengan mengalahkan Rahwana. Segala persiapan pementasan dan tata rias dilakukan secara mandiri. "Kita berhias sendiri," ungkapnya.
Untuk bisa menjadi duta bahari, Pemuda asal Banjar Penyabangan, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar ini melewati proses seleksi yang cukup ketat. Bermula dari ajakan seorang teman, Hendra selanjutnya mempersiapkan segala persyaratan administrasi. Selain itu, pihaknya harus menuliskan essay terkait kebaharian Indonesia, melewati tes wawancara, tes bakat, tes psikologi, dan beradu argumen dalam fokus grup diskusi. Dari banyaknya peserta, dilakukan seleksi kembali memilih 5 besar terbaik. Untuk selanjutnya ditentukan 2 putra dan 1 putri sebagai duta bahari. Betapa senangnya ia, namanya dinyatakan lolos sebagai duta bahari untuk Kapal Pemuda Nusantara Sail Selat Karimata. "Ini kali pertama saya mendapat kesempatan mengarungi luasnya perairan Indonesia. Juga kali pertama saya naik kapal laut," ungkapnya. Selama di atas kapal, Hendra pun termenung dengan keindahan alam Indonesia. "Kapan lagi bisa seperti ini, saya pikir ini kesempatan langka. Untuk mengulangnya kembali pun rasanya sulit," terangnya. Meski sempat dihadang badai saat berada di tengah laut, rasa bangga terhadap negeri tercinta selalu menjadi penyemangat. "Saat itu cuaca sedang ekstrem menjelang hujan. Saya sempat melihat kilatan petir dan badai yang cukup besar sekitar jam 2 dini hari. Goncangan kapal sangat terasa, sampai-sampai paginya terasa sangat pusing," kenangnya.
Diungkapkan Hendra, pengalaman seru bersama ratusan pemuda se Indonesia ini membuktikan bahwa segala yang tak mungkin bisa menjadi mungkin. "Di masa kanak-kanak saya masuk kategori anak nakal. Mungkin tak pernah terbayangkan saya akan bisa seperti sekarang," kenangnya.
Semasa menjadi siswa di SDN 3 Kerta, Hendra sering bolos sekolah dan memilih untuk bermain playstation bersama teman-temannya. Bahkan saking serunya bermain, Hendra sampai lupa waktu. "Sempat gak sekolah seharian, dan itu main PS sama teman-teman. Nggak ngasi kabar pula ke rumah, dan parahnya lagi pulang malam jam 9 malam dan gak dikasi masuk ke rumah," ujarnya.
Dalam kondisi kelelahan dan mengantuk, Hendra pun terpaksa tidur di depan gerbang. "Tapi tidurnya hanya sebentar, karena akhirnya dibukain pintu dengan penuh terpaksa dan dinasehati," ungkapnya.
Selain itu, Hendra juga termasuk salah satu siswa yang sering telat masuk kelas. "Bahkan sehari-hari, sewaktu kecil saya jarang mandi, cuci muka dan gosok gigi," ujarnya sembari tertawa.
Saking nakalnya itulah, oleh orangtuanya Hendra disekolahkan di SMP Gurukula Bangli. Berharap dengan pendidikan berbasis pasraman, Hendra bisa belajar mandiri. Benar saja, selama 3 tahun berada di SMP Gurukula Bangli banyak perubahan yang terjadi. "Ketika sekolah di pasraman gurukula, ada momen saya merasakan harus menjadi orang hebat kelak," kata Duta Endek Kota Denpasar tahun 2015 ini.
Selain menempuh pendidikan, Hendra juga mulai aktif di organisasi PMI (Palang Merah Indonesia). Berawal dari tingkat sekolah (pasraman) hingga tingkat Kabupaten Bangli. Suatu ketika, Hendra mendapatkan kesempatan untuk mengikuti ajang JUMBARA PMI tingkat Nasional yang hanya di ikuti oleh 5 PMR Madya se Provinsi Bali. "Itu kesempatan yang tak saya sangka melihat dari kenakalan saya sebelumnya. Dari sana saya berpikir bahwa yang bisa merubah diri sendiri hanyalah niat dan didukung lingkungan. "Yang bagi saya tak mungkin, ternyata bisa diwujudkan asal ada niat dan kesempatan," ujarnya. * nvi
Komentar