Desa Pejeng Kaja Tertarik Pertanian Organik
GIANYAR, NusaBali
Pemerintah Desa Pejeng Kaja, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, menggelar acara studi tiru ke Desa Sidan, Gianyar, Selasa (26/7).
Pemerintahan desa ini tertarik belajar dan mengembangkan pertanian organik untuk memaksimalkan hasil pertanian.Perbekel Desa Pejeng Kaja I Wayan Jana menyatakan Pejeng Kaja terdiri dari 9 subak dan pendamping kawasan wisata Ubud. Desa ini ingin mengembangkan desa wisata berbasis pertanian. “Hampir 200 hektare kami akan bikin jalan lingkar, sarana sudah siap, tinggal kami tata kelola, agar jadi desa wisata berbasis organik,” ujarnya.
Pihaknya komitmen menjaga alam Pejeng Kaja dan bertumbuh kembang menjadi wisata berbasis organik. Hasil studi tiru di Sidan agar ditularkan ke petani di desa Pejeng Kaja. “Sekalipun kami langsung ambil tiga hektare untuk pilot project,” jelasnya. Pihaknya berusaha mengedukasi petani agar beralih ke organik. “Dengan keadaan alam yang asri, maka saya melihat kenyataan di Sidan,” ujarnya.
Guna merangsang ketertarikan petani, pihak desa menggelar rapat Musdes. “Tidak disangka, banyak petani ingin, namun biaya kami terbatas untuk tahun ini. Tahun ini kembangkan ketahanan pangan cukup 3 hektare, biaya Rp 100 juta. Tidak menutup kemungkinan kami bentuk ketahanan hewani,” jelasnya.
Harapannya, ke depan agar menjadi penyangga wisata Ubud dengan menjaga alam agar ajeg dan asri. “Agar ke depan ikut bersama menanam padi berpatokan pada organik untuk pertahankan fungsi tanah,” ujarnya.
Pesan kepada petani, pihaknya mengajak mengembalikan tanah agar berfungsi dan mendapatkan hasil yang bagus. “Tingkat keasaman tanah Pejeng Kaja tinggi. Maka hasilnya saat ini tipis karena dulu 45 kampil sekarang 20 kampil, berarti sekarang drop,” jelas dia. Dia berharap pemerintah daerah ikut menata ulang tanah mengatur zat asam tinggi melalui pola tanam organik. “Biar petani ke depan meningkat penghasilannya,” harapnya. *nvi
Pihaknya komitmen menjaga alam Pejeng Kaja dan bertumbuh kembang menjadi wisata berbasis organik. Hasil studi tiru di Sidan agar ditularkan ke petani di desa Pejeng Kaja. “Sekalipun kami langsung ambil tiga hektare untuk pilot project,” jelasnya. Pihaknya berusaha mengedukasi petani agar beralih ke organik. “Dengan keadaan alam yang asri, maka saya melihat kenyataan di Sidan,” ujarnya.
Guna merangsang ketertarikan petani, pihak desa menggelar rapat Musdes. “Tidak disangka, banyak petani ingin, namun biaya kami terbatas untuk tahun ini. Tahun ini kembangkan ketahanan pangan cukup 3 hektare, biaya Rp 100 juta. Tidak menutup kemungkinan kami bentuk ketahanan hewani,” jelasnya.
Harapannya, ke depan agar menjadi penyangga wisata Ubud dengan menjaga alam agar ajeg dan asri. “Agar ke depan ikut bersama menanam padi berpatokan pada organik untuk pertahankan fungsi tanah,” ujarnya.
Pesan kepada petani, pihaknya mengajak mengembalikan tanah agar berfungsi dan mendapatkan hasil yang bagus. “Tingkat keasaman tanah Pejeng Kaja tinggi. Maka hasilnya saat ini tipis karena dulu 45 kampil sekarang 20 kampil, berarti sekarang drop,” jelas dia. Dia berharap pemerintah daerah ikut menata ulang tanah mengatur zat asam tinggi melalui pola tanam organik. “Biar petani ke depan meningkat penghasilannya,” harapnya. *nvi
Komentar