Dekan FKH Unud: ‘Disinfektan’ PMK Paling Murah Bisa Pakai Detergen
DENPASAR, NusaBali.com – Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Universitas Udayana (Unud), Prof Dr drh I Nyoman Suartha MSi, menjelaskan untuk melakukan disinfeksi terhadap kadang ternak tidak perlu mengeluarkan biaya mahal cukup menggunakan campuran air dengan detergen saja.
Solusi murah untuk semua peternak itu, Prof Suartha sampaikan kepada NusaBali.com pada sesi audiensi permohonan informasi dan rekomendasi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dan mekanisme biosekuriti, Rabu (27/7/2022) di ruang kerjanya di Kampus Kedokteran Hewan di Jalan PB Sudirman, Denpasar.
“Kalau PMK disinfektan yang paling murah itu ya Bayclin,” cetus Prof Suartha kepada NusaBali.com. Cairan pemutih itu, menurut Prof Suartha dibuat dengan campuran 30 ppm (part per million atau bagian per sejuta bagian) atau satu gram bubuk atau cairan tersebut dicampur dengan 30 liter air.
Hal yang sama juga disampaikan oleh drh I Nyoman Oka Widiarta MSi, penanggungjawab Sentra Ternak Sobangan di Kecamatan Mengwi yang juga mantan anak didik Prof Suartha. Penggunaan cairan alternatif itu, diutarakan drh Oka belum lama ini saat ditemui NusaBali.com untuk mengetahui situasi tindak lanjut pasca vaksinasi di sentra pembibitan sapi Bali terbesar di Pulau Dewata itu.
“Selain disinfektan juga bisa pakai detergen bekas cucian, semprotkan ke kandang dan area di sekitar kandang,” jelas drh Oka. Solusi ini, menurut drh Oka bisa menghemat biaya para peternak yang tidak mampu membeli atau belum menerima bantuan disinfektan.
Lebih lanjut, Prof Suartha menjelaskan selain detergen, materi lain yang bisa digunakan adalah kaporit atau cuka dapur dengan konsentrasi 1 persen. “Yang paling murah kan Bayclin karena gampang dicari, kemudian cuka dapur yang asam itu, karena virus ini akan mati dengan asam; cuka itu dibuat dengan konsentrasi 1 persen, Rinso pun juga bisa karena ada unsur pemutihnya,” ujar akademisi asal Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi itu.
Alternatif dari disinfektan dari materi pemutih yang disebutkan Dekan FKH Unud itu, bukan sembarang bahan yang dijadikan pembunuh virus, melainkan mengandung senyawa yang mampu meluluhkan struktur dari virus yang menyerang hewan berkaki belah itu, yaitu Sodium Hipoklorit.
Prof Suartha yang juga bagian dari Tim Pencegahan di Satuan Tugas (Satgas) Penanganan PMK Provinsi Bali ini pun membeberkan jenis-jenis senyawa yang bisa digunakan sebagai alternatif cairan disinfektan.
“Senyawanya itu ada 0,2 persen Sodium Hidroksida (terdapat pada sabun), 4 persen Sodium Karbonat (terdapat pada produk pembersih), 0,2 Asam Sitrat (terdapat pada jeruk-jerukan seperti lemon dan jeruk nipis), 2 persen Asam Asetat (cuka), dan 3 persen Sodium Hipoklorit (pemutih),” pungkas dekan yang baru menjabat sejak Desember 2021 itu. *rat
1
Komentar