Sapi Petani di Marga Mati Mendadak
Seekor sapi yang mati mendadak di Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga, akibat bloat. Ada beberapa penyebab sapi terkena bloat, antara lain pakan yang hijau tidak dilayukan, diberikan rumput yang disabit pagi hari.
TABANAN, NusaBali
Sapi petani di Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga, Tabanan, mati mendadak. Namun matinya sapi peternak ini bukan karena virus penyakit mulut dan kuku (PMK), melainkan karena bloat atau perut kembung.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia mengatakan perihal matinya sapi petani di Desa Tegal Jadi sudah dilakukan pengecekan. Dilihat dari gejala klinisnya, sapi kena penyakit perut kembung atau bloat. “Sudah dipastikan tidak PMK, melainkan bloat. Mati mendadak tadi (Rabu, 27 Juli 2022). Jumlahnya satu ekor,” tegas Subagia, Rabu (27/7).
Kata dia, sapi terserang bloat karena kesalahan pola makan. Ada beberapa penyebab sapi terkena bloat, yakni pakan yang hijau tidak dilayukan, diberikan rumput yang disabit pagi hari, dan sapi diberikan rumput terlalu muda.
“Kondisi ini menyebabkan perut sapi atau kambing terlalu banyak gas, sehingga susah dikeluarkan dan menimbulkan mati mendadak. Namun apabila peternak awas, pencegahannya bisa diberikan minuman bersoda,” tutur Subagia.
Terhadap sapi warga yang mati ini, kata Subagia, Dinas Pertanian akan memberikan Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTSK). “Saat ini kami sedang urus asuransinya. Sapi mati mendadak ini petaninya tidak rungu kelebihan gas,” kata Subagia.
Sementara di sisi lain, Kabupaten Tabanan mendapatkan tambahan amunisi vaksin terhadap hewan ternak rentan terserang virus penyakit kuku dan mulut (PMK) pada Rabu kemarin. Vaksin yang didapat sebanyak 2.000 dosis. Amunisi tersebut akan digunakan untuk proses vaksinasi di Kecamatan Kediri pasca 3 ekor sapi positif PMK.
Subagia menambahkan, vaksin diterima Rabu (27/7) sebanyak 2.000 dosis. Vaksin tambahan yang didapat ini akan difokuskan untuk penanganan sapi di radius 3 sampai 10 kilometer dari 3 ekor sapi yang ditemukan positif di Banjar Demung, Desa/Kecamatan Kediri. “Kita prioritaskan di Desa Cepaka, Desa Nyambu, hingga Desa Abiantuwung. Jadi di Kediri kita akan atensi terus supaya penyebaran virus tidak meluas,” tegas Subagia.
Sedangkan untuk mengantisipasi penyebaran di kecamatan lain, petugas saat ini masih mendata dan memantau. Bahkan Dinas Pertanian juga masih menunggu informasi adanya indikasi ternak masyarakat yang mengarah ke PMK. “Semua masih bergerak di lapangan, karena ada laporan seperti perut kembung, tetapi itu bukan mengarah ke PMK, melainkan bloat atau gangguan pencernaan karena gas berlebihan,” tandas mantan Kadis Lingkungan Hidup Tabanan, ini. *des
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia mengatakan perihal matinya sapi petani di Desa Tegal Jadi sudah dilakukan pengecekan. Dilihat dari gejala klinisnya, sapi kena penyakit perut kembung atau bloat. “Sudah dipastikan tidak PMK, melainkan bloat. Mati mendadak tadi (Rabu, 27 Juli 2022). Jumlahnya satu ekor,” tegas Subagia, Rabu (27/7).
Kata dia, sapi terserang bloat karena kesalahan pola makan. Ada beberapa penyebab sapi terkena bloat, yakni pakan yang hijau tidak dilayukan, diberikan rumput yang disabit pagi hari, dan sapi diberikan rumput terlalu muda.
“Kondisi ini menyebabkan perut sapi atau kambing terlalu banyak gas, sehingga susah dikeluarkan dan menimbulkan mati mendadak. Namun apabila peternak awas, pencegahannya bisa diberikan minuman bersoda,” tutur Subagia.
Terhadap sapi warga yang mati ini, kata Subagia, Dinas Pertanian akan memberikan Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTSK). “Saat ini kami sedang urus asuransinya. Sapi mati mendadak ini petaninya tidak rungu kelebihan gas,” kata Subagia.
Sementara di sisi lain, Kabupaten Tabanan mendapatkan tambahan amunisi vaksin terhadap hewan ternak rentan terserang virus penyakit kuku dan mulut (PMK) pada Rabu kemarin. Vaksin yang didapat sebanyak 2.000 dosis. Amunisi tersebut akan digunakan untuk proses vaksinasi di Kecamatan Kediri pasca 3 ekor sapi positif PMK.
Subagia menambahkan, vaksin diterima Rabu (27/7) sebanyak 2.000 dosis. Vaksin tambahan yang didapat ini akan difokuskan untuk penanganan sapi di radius 3 sampai 10 kilometer dari 3 ekor sapi yang ditemukan positif di Banjar Demung, Desa/Kecamatan Kediri. “Kita prioritaskan di Desa Cepaka, Desa Nyambu, hingga Desa Abiantuwung. Jadi di Kediri kita akan atensi terus supaya penyebaran virus tidak meluas,” tegas Subagia.
Sedangkan untuk mengantisipasi penyebaran di kecamatan lain, petugas saat ini masih mendata dan memantau. Bahkan Dinas Pertanian juga masih menunggu informasi adanya indikasi ternak masyarakat yang mengarah ke PMK. “Semua masih bergerak di lapangan, karena ada laporan seperti perut kembung, tetapi itu bukan mengarah ke PMK, melainkan bloat atau gangguan pencernaan karena gas berlebihan,” tandas mantan Kadis Lingkungan Hidup Tabanan, ini. *des
1
Komentar