Mangku Pastika Minta Seniman Kuatkan Narasi Karya
GIANYAR, NusaBali
Anggota DPD RI dapil Bali Made Mangku Pastika temu kangen dengan sejumlah seniman di rumah Paros, Banjar Palak, Desa/Kecamatan Sukawati, Rabu (27/7) pagi.
Mantan Gubernur Bali ini minta para seniman kuat dalam menarasikan karya. Menurut Mangku Pastika, roh Bali itu seni. Bali tidak pernah kering dengan kesenian karena jiwanya selalu dibangun oleh para seniman. Maka dari itu, dirinya melepas rasa rindu dengan para seniman ini. Senator yang duduk di Komisi II membidangi seni ini meminta kepada para seniman untuk tetap menjaga roh Bali. Tidak cukup hanya menjaga, seniman juga diminta melestarikan, meneruskan dan terpenting bisa menguatkan hasil karya dalam bentuk narasi.
Menurutnya, narasi penting untuk mengangkat nilai suatu karya. Mangku Pastika mencontohkan, sebuah patung tanpa penjelasan proses produksi maupun latar belakang pematungnya bisa dihargai hanya Rp 100.000. Namun ketika dibawa ke tempat yang tepat dan dibubuhkan narasi yang sesuai, patung tersebut bisa bernilai Rp 50 juta. "Kemampuan narasi, agak ngarang dikit gak apa. Yang penting masuk di orang. Bagaimana agar orang lain ngerti karya," pintanya. Tidak saja sebatas kesenian, Bali secara keseluruhan juga perlu digenjot lagi kemampuan mengemas sebuah produk. Termasuk produk pertanian. "Ada dua yang penting, yakni kemampuan narasi dan stage panggung. Maka itu seniman harus sering-sering pameran," ujarnya.
Selaku tuan rumah, perupa Made 'Kaek' Darma Susila mengakui bahwa seniman Bali masih lemah dalam bercerita. "Memang betul kita masih lemah dalam hal bercerita, menarasikan karya. Menyadari itu pula lah, saya jengah membuat galeri di rumah. Agak jengah juga kenapa pameran selalu di Ubud. Saya coba dirumah, buat sesuatu kreatif sounding ke temen temen. Akhirnya berhasil," ungkapnya.
Sementara itu, rasa rindu kepada Mangku Pastika diungkapkan Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan I Ketut Sadia. Katea dia, semasa menjabat Gubernur Bali, perkumpulan pelukis ini pernah dikunjungi secara tiba-tiba oleh Mangku Pastika. "Waktu itu baru tiga bulan berdiri Baturulangun. Ketika lukisan gaya Batuan hampir saja punah yang membuat pelukis muda Batuan menghimpun diri," ungkapnya.
Gayung bersambut, perkumpulan ini diundang ke Jayasabha untuk menyampaikan keluh kesah. "Bahkan bisa saya katakan, kita bisa eksis sampai sekarang berkat beliau. Secara teknik, lukisan Batuan juga sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda nasional," jelasnya.
Terkait penguatan narasi karya, diakui sangat penting oleh Ketut Sadia. "Saya sendiri biasanya melukis secara spontanitas. Ada inspirasi, ambil kanvas. Jiwa kita ke lukisan. Bagaimana kita menceritakan lukisan, biasanya itu yang kurang (penguatan narasi). Karena kita buat spontan apa adanya. Biar lukisan yang bicara," ujarnya. Memahami pentingnya narasi, kini dalam meregenerasi teknik gaya melukis Batuan pihaknya mengarahkan anak-anak agar menentukan tema. "Sebenarnya harus begitu, mainset ini harus sedikit berubah. Ajak temen bagaimana secara tema agar tidak monoton ke tradisi, moderen sedikit dengan tetap mengacu pada pakem. Agar tidak mentok," ujarnya. Setelah ngobrol dengan pelukis dan pematung, Mangku Pastika juga menyempatkan melihat kelompok usaha pemuda produktif pengrajin ukiran pelawak gong Bali di Banjar setempat.
Mangku Pastika juga mengunjungi dan memotivasi Kelompok Usaha Pemuda Produktif Pengerajin Ukiran Pelawah Gong Bali di Desa Sukawati Gianyar, Rabu (27/7). Upaya itu agar seniman Bali khususnya bidang seni ukir tetap semangat dalam menghadapi berbagai tantangan baik dalam melestarikan budaya dan pendapatan yang layak. Kata dia, tantangan ke depan semakin sulit, apalagi dampak pandemi Covid-19 berpengaruh signifikan. Mereka baru saja sekitar 2,5 bulan lalu mendapatkan order kembali mengukir Pelawah Gong Bali sejak pandemi Maret 2020. *nvi
Komentar