Target Investasi Rp 3,5 Triliun di Tabanan Terancam Tak Tercapai
TABANAN, NusaBali
Target investasi di Kabupaten Tabanan tahun 2022 cukup tinggi. Sesuai data dari indikator kinerja daerah dalam dokumen perencanaan strategis ditarget Rp 3,5 triliun.
Jumlah yang cukup tinggi terancam tak terpenuhi. Di tahun 2021 saja dari target Rp 8 triliun hanya bisa terealisasi Rp 2.102.030.000.000 atau hanya tercapai 25,72 persen. Sementara untuk capaian investasi pada triwulan I tahun 2022 baru terpenuhi Rp 247.925.097.723.
Berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Tabanan, Rincian realisasi investasi di tahun 2021 naik turun, triwulan I sebesar Rp 676.306.000.000, triwulan II 198.188.000.000, triwulan III Rp 553.075.000.000, dan triwulan IV Rp 674.461.000.000.
Kepala Dinas PMPTSP Tabanan I Made Sumertayasa, mengatakan pihaknya optimistis mengejar target Rp 3,5 triliun ini. Berbagai upaya akan dilakukan salah satunya melaksanakan jemput bola ke desa-desa dalam proses perizinan. Kemudian mengoptimalkan pelayanan online. “Kemarin layanan jemput bola, kita sudah lakukan ke Kecamatan Penebel. Upaya jemput bola ini akan terus kami lakukan,” tegas Sumertayasa, Rabu (27/7).
Hal senada juga disampaikan pejabat fungsional bagian Penanaman Modal Dinas PMPTSP I Nengah Arimbawa. Dia oprimistis target Rp 3,5 triliun ini akan terkejar. Salah satu yang menjadi prioritas adalah mensosialisasikan proses perizinan ke lapangan. “Ketika proses perizinan ini sudah disosialisasikan dengan baik, otomatis investor akan melakukan investasi ke Tabanan,” kata Arimbawa.
Meskipun optimistis bisa mengejar target ini, Dinas PMPTSP masih dibuat galau akan banyaknya regulasi baru dalam kepengurusan izin. Selain itu tahun 2022 perekonomian juga masih belum pulih akibat pandemi. “Target investasi di tahun 2021 kita memang tidak bisa penuhi karena pandemi, mudah-mudahan yang tahun sekarang bisa,” harapnya.
Menurut Arimbawa penyumbang investasi terbesar di Tabanan masih di bidang pariwisata. Seperti pembangunan hotel, vila, maupun restoran. Kemudian disusul oleh investasi di bidang pertanian yakni sayur mayur. “Namun investasi di bidang sandang atau pertanian ini sifatnya masih pendukung. Yang utama itu di bidang wisata,” ucap Arimbawa. *des
1
Komentar