Delapan Murid SLB Ikut UN, 22 Orang US
Sebanyak 22 orang murid SLB Negeri Badung, terdiri dari 19 orang penyandang tuna grahita dan 3 orang autis, hanya mengikuti ujian sekolah.
MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak delapan orang murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Badung di Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, hari ini mengikuti ujian nasional (UN). Sebelum UN, kedelapan siswa penyandang tuna rungu tersebut sudah mengikuti ujian pemantapan serta ujian praktik.
Ujian praktik yang diujikan adalah program tata boga, busana, kriya kayu, otomotif, dan tata rias. Bobot ujian praktik itu 60 persen dan 40 persennya adalah ujian tulis dan teori.
“Meski memiliki keterbatasan pendengaran (tuna rungu), namun bobot waktu pengerjaan jawaban dalam lembar jawaban kerja (LJK) sama dengan murid SMK dan SMA reguler. Perbedaannya terletak pada grade soal dan kurikulum yang diajarkan di SLB. Bahasanya lebih simpel dan tidak panjang agar mudah dimengerti. Untuk model soalnya sama, seperti ada pilihan jawaban dan uraian. Mata pelajaran yang diujikan sama dengan siswa reguler, tidak ada perbedaan sama sekali. Kami kurikulumnya seperti SMK, bukan SMA,” tutur Kepala SLB Negeri Badung Made Murdani saat dikonfirmasi, Minggu (9/4).
Murdani menjelaskan pihaknya tidak menyediakan pendampingan kepada siswanya yang mengikuti UN, karena siswa tersebut hanya memiliki keterbatasan pada pendengaran, sementara untuk membaca dan memahami soal hampir sama kemampuannya dengan murid normal. “Yang ada hanya pengawasan saja. Hanya sebatas membantu anak-anak jika ada kesulitan,” imbuhnya.
Selain kedelapan murid tuna rungu itu, di SLB Negeri Badung ada 22 siswa yang telah mengikuti ujian sekolah. Mereka terdiri dari 19 orang penyandang tuna grahita dan 3 orang autis. Mereka hanya mengikuti ujian sekolah saja karena memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
“SLB di Badung hanya ada dua, untuk di negeri hanya kami saja, sementara yang swasta di YPAC. Siswa kami ada 8 orang tuna rungu yang mengikuti UN. Kalau YPAC itu yang penyandang disabilitas fisik, tapi saat ini tidak ada siswanya yang ikut UN (hari ini),” ujar Murdani. * cr64
Ujian praktik yang diujikan adalah program tata boga, busana, kriya kayu, otomotif, dan tata rias. Bobot ujian praktik itu 60 persen dan 40 persennya adalah ujian tulis dan teori.
“Meski memiliki keterbatasan pendengaran (tuna rungu), namun bobot waktu pengerjaan jawaban dalam lembar jawaban kerja (LJK) sama dengan murid SMK dan SMA reguler. Perbedaannya terletak pada grade soal dan kurikulum yang diajarkan di SLB. Bahasanya lebih simpel dan tidak panjang agar mudah dimengerti. Untuk model soalnya sama, seperti ada pilihan jawaban dan uraian. Mata pelajaran yang diujikan sama dengan siswa reguler, tidak ada perbedaan sama sekali. Kami kurikulumnya seperti SMK, bukan SMA,” tutur Kepala SLB Negeri Badung Made Murdani saat dikonfirmasi, Minggu (9/4).
Murdani menjelaskan pihaknya tidak menyediakan pendampingan kepada siswanya yang mengikuti UN, karena siswa tersebut hanya memiliki keterbatasan pada pendengaran, sementara untuk membaca dan memahami soal hampir sama kemampuannya dengan murid normal. “Yang ada hanya pengawasan saja. Hanya sebatas membantu anak-anak jika ada kesulitan,” imbuhnya.
Selain kedelapan murid tuna rungu itu, di SLB Negeri Badung ada 22 siswa yang telah mengikuti ujian sekolah. Mereka terdiri dari 19 orang penyandang tuna grahita dan 3 orang autis. Mereka hanya mengikuti ujian sekolah saja karena memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
“SLB di Badung hanya ada dua, untuk di negeri hanya kami saja, sementara yang swasta di YPAC. Siswa kami ada 8 orang tuna rungu yang mengikuti UN. Kalau YPAC itu yang penyandang disabilitas fisik, tapi saat ini tidak ada siswanya yang ikut UN (hari ini),” ujar Murdani. * cr64
1
Komentar