Lembu 'Raksasa' Setinggi 10 Meter Jadi Pusat Perhatian
Ngaben Massal Pasemetonan Dalem Tarukan Manggis Hari Ini
AMLAPURA, NusaBali
Upacara ngaben massal yang digelar Pasemetonan Para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) Kecamatan Manggis, Karangasem yang mengupacarai 151 sawa menarik perhatian banyak kalangan.
Sebab dalam upacara ngaben ini menggunakan sarana lembu berukuran super besar, yakni setinggi 10 meter dengan panjang 6,5 meter. Lembu ‘raksasa’ pun digadang-gadang sebagai yang terbesar di Bali. Puncak upacara ngaben sendiri digelar pada Sukra Umanis Merakih, Jumat (29/7) hari ini di Setra Desa Adat Angantelu, Kecamatan Manggis, Karangasem.
Ketua Panitia Upacara Ngaben Massal Dadia Gede Pulasari Para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) Kecamatan Manggis, I Wayan Suwita Ariana ditemui di sela-sela persiapan ngaben di Bale Banjar Yehmalet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem, Kamis (28/7) mengatakan memang benar hal paling menarik perhatian dalam upacara ngaben massal yang digelar untuk ketiga kalinya ini adalah menggunakan lembu ukuran super besar, yakni tinggi 10 meter, lebar 4,5 meter, panjang 6,5 meter, panjang tanduk saja mencapai 1 meter, dan panjang ekor 2,5 meter. Lembu hitam itu dalam posisi keempat kakinya jongkok, jika lembu tersebut dibuat dalam posisi berdiri pada umumnya, tingginya bisa mencapai 13 meter. Lembu hitam yang digadang-gadang terbesar di Bali ini dibuat perajin bade UD Taksu Bali Ogoh-Ogoh I Wayan Bandem di Banjar Desa, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem.
Lembu bersama satu paket upacara ngaben dan ngeroras dibuat sejak bulan Juni lalu. Suwita Ariana mengatakan sebenarnya selain menggelar ngaben massal juga ngeroras massal, sehingga memesan satu paket sarana ngaben dan ngeroras, yakni bade, lembu, tempat pangelungahan, pangiriman, bale lunjuk, sangge, titi mahmah, bukur dengan total biaya Rp 105 juta. Khusus untuk lembu harganya Rp 23 juta.
Kenapa memesan lembu super besar, Suwita Ariana mengungkapkan sebab, di upacara ngaben massal itu mengikutkan 151 sawa, sehingga agar semua sawa bisa masuk bersama tigasan dan kajang. Sawa berupa tulang-tulang yang dimasukkan ke dalam lembu setelah menggelar upacara ngebet (menggali) kuburan kemudian mengambil tulang-tulang yang akan diupacarai. Upacara ngebet telah dilakukan pada Anggara Pon Merakih, Selasa (26/7) lalu.
Dengan kebutuhan ini, arsitek lembu I Wayan Simpen dan I Wayan Warsi lalu merancang bagian dalam lembu ukuran lubangnya 2,5 meter x 5,5 meter dengan tinggi 3 meter, agar mampu menampung semua sawa dan perlengkapan lainnya. Sehingga bagian bangunan luar lembu menyesuaikan.
Lembu itu sendiri diangkut ke lokasi acara pada, Sabtu (23/7) dari Banjar Desa, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem pukul 09.00 Wita menggunakan truk trailer. Pengangkutan lembu ini dikawal 180 krama yang berbagi tugas mulai memotong pepohonan di sepanjang perjalanan agar lancar pengangkutan lembu itu. Kemudian ada yang mengatur arus lalulintas, mengawasi kabel listrik, dan memegang lembu agar tidak bergeser dari truk trailer.
Perjalanan mengangkut lembu ukuran besar dari Banjar Desa menuju Lingkungan Jasri Kelod, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem sejauh sekitar 5 kilometer membutuhkan waktu 14 jam. Mereka berangkat pukul 09.00 Wita, sempat istirahat di Lingkungan Jasri Kelod pukul 23.00 Wita. Kemudian perjalanan dilanjutkan melintasi Desa Pertima, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, Objek Wisata Candidasa, Desa Nyuhtebel, Desa Sengkidu, Desa Manggis, Desa Antiga, dan Desa Antiga Kelod di Kecamatan Manggis. Lembu ini kemudian tiba pada, Minggu (24/7) pukul 03.00 Wita.
Lembu tersebut dengan sanan (sarana mengusung) terdiri dari 36 lubang ke depan, 36 lubang ke belakang, 12 lubang ke samping kanan dan 12 lubang ke samping kiri, dan kapasitas di sekeliling pinggir lembu untuk 50 krama, total nanti yang mengusung sebanyak 146 krama. Lembu tersebut telah ditempatkan di Banjar Kelod, Desa Antiga, Kecamatan Manggis, sehingga lebih memudahkan mengusung lembu menuju Setra Desa Adat Angantelu, sejauh sekitar 500 meter.
"Ini yang dibuat sebagai salah satu sarana upakara, lembu cemeng (sapi hitam). Kenapa hitam itu sesuai Bhisama Dalem Tarukan," kata Suwita Ariana. Sesuai mitologi Hindu, sapi atau lembu adalah kendaraan Dewa Siwa sebagai simbol untuk lebih cepat mengantarkan roh menuju surga.
Roh akan menuju surga setelah tuntas menggelar upacara ngaben. Di mana ngaben itu sendiri tujuannya memisahkan purusa dengan prakerti, yaitu jiwatman dengan sthulasarira.
Jiwatman yang berasal dari Tuhan dikembalikan kepada Tuhan, sthulasarira yang berasal dari panca mahabhuta, dikembalikan ke tanah atau dihanyut ke laut melalui prosesi pralina. Sehingga ngaben salah satu tujuannya menyucikan roh fase pertama, agar arwahnya bisa mencapai bhwah loka atau alam pitra.
Lembu itu sendiri sebelum digunakan menurut Suwita Ariana, terlebih dahulu dipelaspas. Prosesi melaspas nantinya diantarkan Ida Sri Begawan Dharma Sadha dari Geria Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Nantinya lembu tersebut diusung Bale Praja Kesatria Kampuh Poleng Tanpa Tepi, krama dari Perguruan Pencak Silat Kertha Wisesa, dan krama lainnya.
Sedangkan yang terlibat upacara ngaben berasal dari 10 dadia se-Kecamatan Manggis, yakni Dadia Penataran Sari Banjar Telengan, Dadia Naga Sari Banjar Telengan, Dadia Karangsari Banjar Telengan, Dadia Pajenengan Pulesari Banjar Kelod, Dadia Pura Batan Celagi Banjar Kelod, Dadia Banjar Taman Sari Banjar Labuhan, Dadia Karangsari Banjar Abian Canang, Dadia Taman Pulasari Banjar Tengah, Dadia Pulasari Banjar Delod Pasar, dan Dadia Pulasari Banjar Tengah. Krama yang ikut ngaben massal dikenakan biaya Rp 8 juta per sawa. Biaya itu satu paket untuk upacara ngeroras hingga upacara ngalinggihang. *k16
Komentar