Produksi Arak Sendiri, Oka Wijaya Berdayakan Puluhan Petani
DENPASAR, NusaBali
I Made Oka Wijaya,42, bertahun-tahun bergelut menjadi seorang bartender. Dia pun bertekad memproduksi minuman beralkohol untuk disajikan kepada para tamu.
Bersama beberapa rekan, dia membangun produk arak menggunakan bahan baku alami (tuak jaka), dengan merk Sajeng Patala. Memang, tidak mudah untuk memulai. Namun, Oka Wijaya telanjur bertekad membuat sesuatu yang berbeda menurut keyakinannya. Sebelumnya, selepas kuliah dia bertekad bisa bekerja di luar negeri sebelum kembali lagi ke Bali pada 2008, lanjut bekerja pada sektor pariwisata, termasuk sebagai bartender. Pada 2019 mulai terbersit Oka Wijaya membangun sendiri produksi arak Bali yang lebih senang dia sebut sajeng.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali turut mendorong semangatnya untuk merealisasikan mimpinya memiliki produk arak Bali yang berkualitas baik. Hingga pada akhirnya 14 Februari 2022 arak Bali dengan merk Sajeng Patala resmi diluncurkan. "Di sini ada pemberdayaan, nilai-nilai filosofis, nilai-nilai tradisi dan budaya ini yang kami kedepankan di sini," ujar Oka Wijaya kepada Nusa Bali, Sabtu (23/7).
Arak Bali sendiri merupakan minuman alkohol tradisional yang dikembangkan leluhur Bali menggunakan bahan dasar seperti nira ental, jaka, dan kelapa. Sebanyak 60an petani arak di Kabupaten Karangasem digandeng dalam proyek yang dilakukan Oka dan rekan-rekannya. Para petani tersebut nantinya menyerahkan bahan baku arak kepada pabrik yang dibangun Oka di Desa Angantelu, Kecamatan Manggis, Karangasem.
Sejak dirilis pada awal tahun ini, Oka Wijaya menyebut respon pasar sesuai dengan yang diharapkan. Pasar Oka kebanyakan adalah hotel/restoran/kafe dan outlet-outlet minuman beralkohol. Sejauh ini pihaknya sudah melakukan produksi sebanyak tiga batch. Batch pertama memproduksi 800 botol (ukuran 700 mililiter), batch kedua dan ketiga 1.200 botol.
Oka mengakui masalah permodalan menjadi salah satu tantangan untuk mengembangkan merk yang dimilikinya. Padahal potensi yang dimiliki sangat besar, untuk itu ia sangat terbuka dengan masuknya investor untuk menyuntikkan modal segar. "Siapapun yang minum ini, oh ini Indonesia banget," ujar Oka sembari menyebut kadar alkohol arak produksinya sebesar 34,70 persen (golongan C).
Kendati demikian, Oka mengakui juga bahwa sebagian orang masih memandang sebelah mata produk arak Bali dan tidak mau membeli dengan harga yang pantas. Hal itu, ungkap Oka, salah satunya karena nama arak itu sendiri.
Oka mengungkapkan arak sebenarnya merupakan istilah minuman beralkohol hasil destilasi yang yang spesifikasinya belum distandarkan. Dengan demikian orang yang paham dengan proses pembuatan minuman beralkohol akan otomatis berasumsi bahwa arak Bali sebagai salah satu minuman yang belum jelas 'asal-usulnya'. "Arak itu tidak masuk dalam Global Spirit Chart," ungkap laki-laki asal Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana.
Minuman terstandarisasi, menurut Oka, harus jelas apa bahan bakunya, dari mana bahan baku diambil, dan proses pembuatan, sebelum disuguhkan kepada konsumen. "Setelah proses destilasi dilanjutkan dengan aging selama satu bulan tujuh hari (abulan pitung dina) di dalam oak barel, setelah itu tes, baru bottling," ungkap Oka menjelaskan sebagian proses pembuatan produk araknya.
Kata Oka, untuk saat ini standar yang ditentukan pemerintah belum begitu ketat terhadap peredaran arak, asal jelas kadarnya, kandungannya, dan mendapat izin BPOM. Menurutnya, istilah arak tidak hanya ada di Bali, melainkan juga di banyak negara. Di Bali, menurut Oka, sebelum menggunakan istilah arak, masyarakat di Bali khususnya di Karangasem mengenal istilah 'sajeng' yang dimaknai sebagai minuman. "Makanya saya kasihan kalau produk yang sedari awal sudah memiliki spesifikasi jelas, masih disebut arak," ucap Ketua Koperasi Arak Semeton Bali.
Namun pria empat anak tidak begitu mempermasalahkan soal penggunaan istilah arak saat ini. Bersama ratusan stakeholder arak Bali yang tergabung dalam Koperasi Arak Semeton Bali, dia mendorong semakin banyak produk arak Bali yang terlegalisasi. Oka berharap industri arak di Bali bisa terus berkembang. Sehingga dengan perlahan bisa mendekati berbagai jenis minuman alkohol yang berkembang di negara-negara lainnya yang sudah jauh lebih awal melakukan standarisasi produknya secara sangat ketat, seperti misalnya tequila, wiski, ataupun vodka. *cr78
1
Komentar