Elemen Masyarakat Gelar Diskusi Atasi Masalah Sampah
Semua Pihak Diajak Berinovasi dalam Pengelolaan Sampah
MANGUPURA, NusaBali
Dalam mengatasi persoalan sampah di Pulau Dewata, sejumlah elemen masyarakat, mahasiswa dan juga LSM internasional menggelar diskusi di Jimbaran Hub, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Minggu (31/7).
Kegiatan dengan tema ‘Tackling Waste Management in Bali Through Innovation’ itu para peserta dibekali dengan keilmuan dalam mencegah, mengatasi dan mencari solusi dalam penanganan sampah. Hal ini dianggap penting karena Bali merupakan tujuan destinasi wisata dunia, yang sudah menjadi suatu keharusan dalam menangani persoalan sampah.
Salah seorang pembicara dari University of Geneva, Dr Thomas Maillart mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi dengan sejumlah pihak, termasuk dengan Jimbaran Hub. Tujuan dari kegiatan ini adalah suatu inisiatif yang kreatif dalam upaya pemecahan masalah sampah untuk membuat Bali lebih bersih. Dikatakan kegiatan Sustainable Development Goals (SDG) Open Hack Bali ini terlaksana berkat kerja sama antara University of Geneva, The United Nations Institute for Training and Research, Geneva Tsinghua Initiative, Open Geneva, Meaningful Design Group dan Jimbaran Hub. Serta didukung penuh oleh Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC). “Peserta yang mengikuti ini berasal dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, aktivitis, karyawan, dan organisasi,” katanya.
Perwakilan dari The United Nations Institute for Training and Research, Afroditi Anastasaki, mengatakan pengelolaan sampah merupakan salah satu tantangan lingkungan dan sosial terbesar saat ini, karena mempengaruhi perekonomian, khususnya sektor pariwisata sebagai industri terbesar di Bali. “Ini sangat penting karena Bali adalah destinasi wisata dunia. Untuk itu, dalam menjaganya tetap bersih, perlu dilakukan sebuah inovasi dalam mengatasi persoalan sampah,” katanya di lokasi yang sama.
Sementara, CEO Jimbaran Hijau Putu Agung Prianta, mengatakan kegiatan tersebut sangat selaras dengan filosofi Tri Hita Karana, di mana pengimplementasian filosofi tersebut bertujuan untuk mewujudkan interaksi tiga ranah manusia, alam, dan leluhur, dengan menempatkan komunitas lokal Bali sebagai pusatnya. Nilai-nilai kerukunan ini diharapkan dapat diterapkan dalam proses bekerja secara kolektif untuk sebuah solusi, dan juga untuk diintegrasikan ke dalam solusi itu sendiri, yang pada akhirnya harus inklusif dan seimbang untuk kesejahteraan masyarakat.
Dikatakan, tiga ide gagasan terbaik akan dipilih dan akan mendapatkan mentoring khusus dari Meaningful Design Group, sehingga menghasilkan dampak yang lebih masif. “Idealnya, inisiasi yang dihasilkan dari kegiatan ini berpeluang untuk ditingkatkan lebih lanjut pada event-event mendatang,” sebut Agung Prianta seraya berharap akan banyak muncul kegiatan serupa untuk menggerakkan masyarakat Indonesia agar dapat memecahkan suatu masalah secara kreatif. *dar
1
Komentar