Puluhan Babi di Bangli Mati Akibat Bakteri
Berdasarkan gejala klinis yang diungkapkan pemilik, kematian babi cenderung karena infeksi bakteri Ecoli.
BANGLI, NusaBali
Petugas Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan
Perikanan (PKP) Bangli mendatangi peternak babi di Banjar Penarukan,
Desa persiapan Pulasari, Kecamatan Tembuku, Rabu (3/8).
Petugas Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan
Perikanan (PKP) Bangli mendatangi peternak babi di Banjar Penarukan,
Desa persiapan Pulasari, Kecamatan Tembuku, Rabu (3/8).
Sesuai hasil investigasi, kematian puluhan babi di banjar ini diduga akibat serangan bakteri. Kepala Bagian Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas PKP Bangli I Wayan Darsa mengatakan, pihaknya telah turun untuk memastikan kematian puluhan ekor babi. Petugas lapangan dan dokter hewan menginvestigasi penyebab kematian babi tersebut. Didampingi Kepala Sub Koordinator Kesehatan Hewan I Made Armana, dia menyampaikan, pihaknya belum bisa memeriksa hewan ternak itu lebih lanjut. Sebab babi yang mati telah dikubur. Namun, berdasarkan gejala klinis yang diungkapkan pemilik, kematian babi cenderung karena infeksi bakteri Ecoli.
Menurut pemilik, babinya mengalami mencret. Jika mencret terjadi cukup lama, maka tidak menutup kemungkinan babi akan mati. "Bibit babi cukup rentan. Dengan gejala seperti itu, diagnosanya lebih mengarah akibat bakteri," kata Made Armana.
Tindak lanjut dari pemeriksaan ini, pihaknya menyarankan agar peternak memperhatikan sanitasi kandang. Selain karena kebersihan yang kurang, bakteri Ecoli juga bisa disebabkan perubahan musim. Kondisi cuaca dingin mengakibatkan kandang menjadi lembab, sehingga bakteri mudah berkembang biak. "Kami sudah mengedukasi para pemilik ternak, mengenai tindakan-tindakan yang harus dilakukan ketika babi sakit dan sebagainya," sambungnya.
Diakui, pihaknya sudah menyemprotkan desinfektan pada kandang ternak babi setempat. Para peternak disarankan lebih selektif saat membeli bibit babi. Sebab potensi kematian babi tidak hanya diakibatkan bakteri Ecoli saja, namun juga Asian Swine Fever (ASF).
Menurut Made Armana, ASF ini sebelumya sempat mereda, karena ada kebijakan pengosongan kandang. Namun sejatinya, kasus ASF belum benar-benar hilang. Biasanya sentral-sentral peternakan yang banyak babi keluar masuk, masih ditemukan laporan kematian babi. Sehingga perlu juga dipahami gejala-gejala ASF. Mulai dari muncul tanda kemerahan pada daerah perut dan telinga, demam tinggi, hingga gejala muntah. *esa.
1
Komentar