G20, Pelaku UMKM Dapat Imbas
Mulai Banyak Order dari Luar Daerah
DENPASAR,NusaBali
Kalangan UMKM Bali mengaku menerima imbas positif dari pelaksanaan G20 yang puncaknya pada November depan.
Salah satunya dirasakan oleh Luh Gede Meiyana, pembuat alas kaki dan aksesori berbahan kulit untuk suvenir. “Ya sudah mulai ada pesanan,” ujar Luh Gede Meiyana, perajin pembuat sepadu, sandal dan asesori berbahan kulit dari Kesiman, Denpasar Timur.
Pesanan tersebut diantaranya nametag holder, saat pelaksanaan G20 (The 2end Health Working Group Meeting, Senin (6/6)- Rabu (8/6). Juga menyusul pesanan souvenir lain berupa tas berbahan baku kulit campuran bahan lain atau mix.
“Yang ini juga sudah terkirim waktu ada acara di Nusa Dua, 2 pekan lalu ,” ungkapnya. Pesanan souvenir tersebut, kata Luh Gede Meiyana, berasal dari Bank Indonesia Pusat berdasar referensi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Bali. “Kami merupakan UMKM binaan Bank Indonesia,” ungkapnya.
Karenanya Luh Gede Meiyana atau akrab dipanggil Jeni Mega, mengiyakan event G20, berdampak positif bagi pelaku usaha kecil seperti dia.
“Kami juga sudah mulai dapat pesanan lainnya,” ungkapnya sambil menyebut beberapa jenis produknya. Antara lain selop berbahan kulit dan imitasi untuk cowok, brides shoes payet original.
Pembeli kata Jeni Mega, juga lumayan ramai pada waktu Pesta Kesenian Bali (PKB) ke -44, pertengahan Juni sampai pertengahan Juli lalu.
“Karena kami juga ikut di pameran PKB berlanjut pada pameran Bali Bangkit sekarang,” lanjut dia.
Ketua Dekranasda Bali Ny Suastini Putri Koster membantu langsung pemasaran, dengan mengajak tamu-tamunya ke arena PKB dan Pameran Bali Bangkit.
“Ibu (Ny Suastini Putri Koster) sering datang membantu, mengajak tamu,” ungkapnya tentang Suastini Putri Koster, yang merupakan istri Gubernur Bali Wayan Koster.
Berkat perhelatan G20, Pameran PKB dan Pameran UMKM Bali Bangkit, Jenny Mega mengaku omsetnya meningkat. “Sekitar 50 persen. Kalau ada orderan,” ujar dia.
Namun saat mulai menggeliatnya pemasaran, terjadi kenaikan harga baku. Terutama untuk kulit ular Pithon. Harga kulit ular Pithon saat ini bisa mencapai Rp 350 ribu untuk ukuran 2 meter. Padahal, sebelumnya harganya berkisar Rp 220 ribu.
Kenaikkan harga kulit ular Pithon, karena stok langka akibat pandemi Covid-19 selama 2 tahun. Menurut Jeni Mega, suplier tak berani memasok terlalu banyak. Karena ketika permintaan meningkat, otomatis harga terangkat.Walau demikian, bahan baku tak sampai langka. “ Masih bisa mendapatkannya, hanya harga yang lebih mahal,” ucap Mega.
Kata dia kulit ular Pithon merupakan salah satu bahan baku produk sepatu, sandal dan alas kaki lain serta asesoris buatan Jeni Mega. Terutama produk alas kaki berbahan kulit ular pithon atau kain batik paling banyak dicari. Sedang bahan baku seperti kulit domba, masih relatif stabil. *K17
Komentar