300 Krama Istri di Penarukan Ngeed Pajegan

Ritual ini serangkaian Nyineb Piodalan di Pura Dalem Agung, desa adat setempat.  Puncak piodalan di pura tersebut pada Anggara Kliwon Tambir, Selasa (2/8) lalu. Sekitar 300 krama istri tersebut dari Banjar Penarukan, Pindi, dan Pagutan, Desa Adat Penarukan. Ritual diawali oleh para krama istri menjunjung Banten Pajegan dari rumah masing-masing untuk dibawa ke lokasi Ngeed, jalan raya desa setempat. Krama istri menjunjung Banten Pajegan menghadap utara atau lokasi pura. Mereka berjejer di jalan raya, panjang sekitar 280 meter.

Puncak ritual ini dimulai dari pangrauh (kedatangan) para pamangku yang memimpin iring-iringan pamendak (penjemput) Banten Pajegan dari Pura Dalem Agung. Pamendak ini mundut (membawa) perlengkapan berupa Payung, Kober, Lontek (umbul-umbul), Tigasan, tirta-tirta dalam botol, dan lainnya.

Selanjutnya, iring-iringan pamendak mengitari jejeran Banten Pajegan yang dijunjung krama istri. Setelah tiga kali putaran, deretan Banten Panjegan bergerak perlahan menuju Pura Dalem Agung. Jarak antara Banten Pejegan terdepan dengan jaba (halaman luar) pura ini sekitar 700 meter. Prosesi ritual ini diiringi gambelan Baleganjur dari teruna adat. Aura khidmat dan khusyuk terpancar dari ritual tersebut.

Menurut Jero Mangku Pura Dalem Purwa, Desa Adat  Penarukan, ritual tersebut bermakna penyucian persembahan berupa Banten Pajegan. Banten ini dipersembahkan kepada Ida Batara-batari, sebelum katuran masineb, Jumat sore kemarin. Sedangkan Banten Pejegan merupakan simbolisasi persembahan tulus dan iklhas krama kepada Ida Batara-batari. Ritual ini mengundang decak kagum sejumlah wisatawan yang melintas di jalur tersebut. Tidak terkecuali, prosesi ini menjadikan tangkapan estetik sejumlah fotografer profesional yang khusus datang ke lokasi. *lsa