I Made Adi Parbawa, Pemenang Desain Kemasan Garam Disperindag Bali
Suka Menggambar Sejak Anak-anak, Kini Penggiat Konveksi
DENPASAR, NusaBali
I Made Adi Parbawa, 42, menjadi pemenang Lomba Desain Kemasan Garam yang dilaksanakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Kreatif Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali tahun 2022.
Seniman asal Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara ini berhak atas piagam penghargaan, piala, dan uang pembinaan Rp 2,5 juta. Pengumuman pemenang lomba desain kemasan garam yang dilaksanakan UPTD Rumah Kreatif Disperindag Bali itu pun disambut suka cita.
Adi Parbawa mengikuti lomba desain kemasan garam bukan mengejar target uang, namun lebih kepada pengakuan. “Uang tentu penting, tapi yang lebih penting adalah pengakuan,” ungkap suami Ni Made Ari Astuti ini saat ditemui di tempat usahanya, Jalan Siulan No 250, Desa Penatih, Denpasar Timur, Selasa (26/7). Ayah empat anak ini mengaku hobi menggambar sejak sekolah dasar (SD). Dia sekolah di SDN 32 Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Utara, tamat tahun 1992. “Saya memang suka menggambar,” tuturnya. Kecintaannya dengan seni gambar menuntunnya kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Udayana. Beragam kesibukan membuatnya ‘istirahat’ di semester 8.
Menurut Adi Parbawa, seni desain di Bali berkembang positif. Terbukti dengan banyaknya sekolah atau kampus desain bermunculan, menjadi tempat studi bagi para desainer-desainer muda. Ruang kreativitas juga terbuka. Apresiasi pemerintah lumayan bagus, dengan digelarnya event-event atau lomba uji ketrampilan merancang desain. Apresiasi pemerintah bisa membantu membangkitkan gairah para perancang muda untuk mengembangkan ide, gagasan, dan pikiran dalam bentuk karya desain. “Semakin banyak event semakin bagus,” ucap bungsu dari 6 saudara putra dari almarhum I Wayan Tarka dengan Ni Wayan Sukeni ini.
Semakin banyak peserta yang mengikuti event semakin bagus. Suasana kompetisi makin terasa sehingga semakin tertantang membuat rancangan desain terbaik. “Bagus kalau peserta kompetisi semakin banyak,” ungkapnya. Baginya, terjun pada seni desain harus tekun. Jangan pernah lelah belajar. Ikuti perkembangan teknologi, khususnya digital. “Istilahnya terus update. Jika tidak, akan tertinggal dan tak mungkin bisa bersaing ke depan,” ungkap Adi Parbawa. Menurutnya, seni desain tak bisa dikesampingkan dalam ekonomi bisnis. Hampir semua produk membutuhkan desain. Baik merk maupun desain kemasan.
Adi Parbawa mengatakan, seni desain berperan menunjang pemasaran dan bangkitnya produk IKM/UMKM. “Misalnya menjadi produk oleh-oleh khas Bali,” ujar tamatan SMAN 2 Denpasar tahun 1998 ini. Ayah Ni Putu Arya Adnya Pradnyaswari ini sudah beberapa kali mengikuti lomba desain kemasan produk. Pernah mendapatkan juara harapan II dan dua kali juara III di ajang Denpasar Festival (Denfest) untuk kain endek tahun 2014 dan tahun 2015. Terbaru meraih juara I Desain Kemasan Produk Garam yang digelar UPTD Rumah Kreatif Disperindag Provinsi Bali.
Adi Parbawa mendesain kemasan garam Amed, salah satu produk garam tradisional di Pantai Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem. Desain digarap dengan detail yang memuat deskripsi produk, meliputi branding, bahan, warna, dan tekstur dimensi. Menentukan bahan yang pas untuk kemasan merupakan hal paling pelik dalam merancang kemasan garam Amed. Syarat kemasan harus ramah lingkungan, seminimal mungkin menggunakan plastik. Adi Parbawa pilih kotak kaca sebagai wadah dengan tutup kayu. Sedangkan bungkus luar dari kertas karton. Pilihan warna coklat untuk memberi kesan natural. “Astungkara dapat apresiasi,” ucap Adi Parbawa.
Selain menggeluti desain, Adi Parbawa juga mengelola usaha konveksi. Sejak pandemi Covid-19 melandai, bisnis konveksi kembali bergerak. Sudah mulai terima pesanan seragam sekolah, kampus, kantor, dan lainnya. “Saat pandemi masih ada orderan, namun tidak banyak,” kenangnya. *k17
1
Komentar