Libatkan 88 Sarad dan 43 Kotak Ampilan Dalam
Sebanyak 88 sarad dan 43 kotak ampilan, tedun dalam upacara Melasti Desa Pakraman Buleleng, yang bertepatan pada Purnama Sasih Kadasa, Anggara Umanis Kuningan, Selasa (11/4) kemarin.
Melasti Desa Pakraman Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Semua sarad, sebelumnya berkumpul di Pura Desa Pakraman Buleleng dan kemudian menuju ke Pura Segara Buleleng di kawasan Eks Pelabuhan Buleleng.
Semua sarad dan kotak ampilan yang akan mengikuti upacara Melasti sudah mulai ramai sejak pukul 13.00 Wita di Pura Desa. Setelah mengikuti prosesi nedunang pralingga dan pratima Pura Desa Buleleng selanjutnya dilaksanakan persembahyangan bersama krama dari 14 desa adat yang ada di bawah naungan Desa Pakraman Buleleng.
Sekitar pukul 14.00 Wita rombongan melasti diawali oleh sarad dari Pura Siwa Sapuh Jagat Banjar Paketan diakhiri dengan sarad dari Pura Desa Banjar Adat Bale Agung, diiringi gamelan baleganjur. Dalam perjalanan rombongan dari Banjar Adat Delod Peken, Penataran, Banjar Tengah, Banjar Jawa, Kaliuntu dan Banjar Adat Kampung Baru bergabung ditengah rombongan menuju Pura Segara Buleleng.
Dari Pura Desa Buleleng, semua krama menuju ke Pura Segara dengan melintasi jalur sekitar 4 kilometer. Dengan melewati Jalan Gajah Mada menuju Jalan Imam Bonjol dan berakhir di Pura Segara Buleleng. Sebelumnya masuk ke areal Pura Segara para pamedek yang mengusung sarad dan kotak ampilan, wajib melintas pada air laut di bibir pantai atau dikenal dengan sitilah mekekobok.
Kelian Desa Pakraman Buleleng, Nyoman Sutrisna yang ditemui di sela-sela upacara melasti mengatakan khusus untuk Desa Pakraman Buleleng memang melaksanakan melasti setelah pelaksanaan Tahun Baru Saka di Hari Raya Nyepi. “Pelaksanaan melasti ada yang melaksanakan pada sasih kasanga, namun Ida Sesuhunan kami inginnya di sasih kadasa, setelah Nyepi, yang dimaksudkan untuk melakukan pembersihan sekala dan niskala sebelum pratima tersebut dilinggihkan kembali di masing-masing banjar adat dan dadya,” ujar Sutrisna.
Ia menjelaskan bahwa makna melasti berdasarkan lontar Sundarigama dan lontar Aji Swamandala adalah nganyudang malaning gumi, ngamet tirta amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Adapun tujuan melasti menurut Sutrisna ada empat yakni Ngiring Parwateka Dewata atau mengingatkan umat untuk meningkatkan bakti kepada Ida sanghyang Widhi wasa, anganyutaken laraning jagat atau membangun kepedulian untuk mengentaskan penderitaan masyarakat, anganyut aken papa klesa atau menguatkan diri dengan membersihkan diri dari kekotoran rohani serta anganyut aken letuhan bhuwana atau bersama-sama menjaga kelestarian alam.
Prosesi upacara melasti di Pura Segara Buleleng dipimpin oleh Pamangku Kahyangan Tiga Desa Pakraman Buleleng. Prosesi diawali dengan mendak tirta di tengah laut dilanjutkan proses ngewangsuh paica kahyangan tiga dan diakhiri Persembahyangan bersama dan nunas tirta. Setelah itu karma kembali ke merajan masing-masing. *k23
Komentar