Sang Putu Eka Pertama Kembali Raih Top Hospitality Leader 2022
GIANYAR, NusaBali
Perjuangan Sang Putu Eka Pertama SE Ak CA MTr Par alis Sang Tu Eka menggeluti kepemimpinan bidang kepariwisataan makin membuahkan hasil, baik untuk orang lain dan dirinya.
Mantan akuntan mumpuni di sejumlah akomodasi wisata di Bali dan luar Bali ini kembali meraih penghargaan Top Hospitality Leader (THL) dalam ajang Bali Tourism Awards (BTA) 2022. Penghargaan diserahkan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace, didampingi President ITTA (Indonesia Travel & Tourism Awards) Foundation, Panca Rudolf Sarungu SE MMsi CTE, di Bali Safari & Marine Park, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Gianyar, Jumat (5/8).
Penghargaan THL ini adalah kali kedua setelah sebelumnya, laki-laki asal Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, ini meraih award yang sama tahun 2019. Saat itu, Senin (27/5/2019), penghargaan diserahkan oleh Wagub Cok Ace di The Trans Resort, Seminyak, Kecamatan Kuta, Badung.
Saat dihubungi NusaBali, Minggu (7/8), Sang Tu Eka membeberkan kiat-kiat kepemimpinannya hingga dua kali meraih penghargaan THL. Menurutnya, secara prinsip hospitality leadership (HL) berbeda dengan model leadership konvensional. Sebagaimana dilakoni, seorang hospitality leader dalam industri pariwisata wajib memfokuskan kesadaran untuk mewujudkan pelayanan prima. Terlebih di Bali dengan konsep pariwisata budaya, kesadaran atau awareness tersebut sangat penting, terutama meliputi kepedulian pada aspek pelestarian kearifan lokal, selain fokus pada capaian keuntungan finansial. Jelas dia, dua hal itu harus berjalan seirama dan saling menguatkan demi keberlanjutan usaha. Hal itu pula mesti melalui beberapa aspek mendasar, yakni keseimbangan pada manusianya yang menyangkut kesejahteraan dan kualitas, profit untuk pembiayaan operasional usaha dan planet berupa pelestarian sumber daya alam hingga pemuliaan potensi wisata.
Sang Tu Eka menekankan hospitality leadership khas Bali dilandasi dengan konsep pariwisata budaya. Konsep ini diperkuat dengan komitmen untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal, mengejawantahkan konsep Tri Hita Karana secara konsisten dan otentik. Pemimpin juga mesti aktif menempa diri sehingga punya kemampuan, berwawasan global, dan terampil. Keputusan yang diambil mesti adaptif dengan kemajuan zaman dan IT. ‘’Sehingga praktik manajemennya akan relevan dan beradaptasi terhadap potensi lokal. Bukan malah merusak,’’ jelas mantan Bendesa Adat Kedewatan, Ubud ini.
Tak kalah penting, jelas dia, hospitality leadership juga berkomitmen untuk menciptakan daya kewirausahaan lokal, serta mempertajam talenta SDM lokal hingga mampu bersaing secara sehat. ‘’Pengusaha dan tenaga kerja wajib meningkatkan kompetensi dan membuka ruang berkarya demi kemajuan kolektif,’’ jelas GM The One Legian Hotel di Kuta, Badung ini.
Sang Tu Eka yang juga Presiden Terpilih Rotary Club Denpasar 2020 ini, menegaskan pemimpin wajib punya cognitive skill yakni kemampuan bernalar untuk menganalisa segenap persoalan secara baik dan tepat. Kemampuan ini penting serangkaian pengambilan keputusan yang bersumbu pada pengembangan pariwisata budaya. Karakter inovatif, adaptif, dan kolaborasi antar sektor, juga mutlak sehingga pengembangan pariwisata budaya dapat dioptimalkan.
President ITTA (Indonesia Travel & Tourism Awards) Foundation, Panca Rudolf Sarungu SE MMsi CTE, mengharapkan agar penghargaan BTA, sebagaimana diraih Sang Tu Eka, dapat menjadi penyemangat untuk peningkatan mutu pelayanan pariwisata. Terlebih, pariwisata Bali selalu jadi tolok ukur pariwisata nasional. ‘’Pariwisata Bali sudah the best. Perusahaan dan orangnya, juga terbaik. Ini kebanggaan bersama yang harus dipertahankan,’’ jelasnya. Menurutnya, BTA adalah momen penting untuk peningkatan pariwisata berkelanjutan sesuai karakter bangsa dalam kancah global. ‘’Oleh karena itu, inovasi merupakan kebutuhan mutlak ke depan,’’ jelasnya. *lsa
1
Komentar