Peternak Harapkan Buka Lockdwon Pengiriman Babi
Saat normal, setiap minggu peternak di Bangli kirim seratusan babi ke luar Bali.
BANGLI, NusaBali
Harga babi di pasaran berangsur turun. Penutupan pintu pengiriman babi ke luar daerah ditengarai mempengaruhi harga babi. Imbas lainnya, populasi babi di Bangli tinggi. Peternak berharap pengiriman babi ke luar daerah kembali dibuka. Pengiriman babi keluar Bali dilockdown sejak 1 Juli 2022 akibat merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK).
Salah seorang peternak sekaligus pengepul babi di Bangli, Ida Bagus Putu Sinarbawa mengatakan, peningkatan populasi babi menjadi penyebab harga babi di pasaran menurun. Awalnya harga babi Rp 39.0000 per kilogram, sekarang Rp 38.000 hingga Rp 37.000 per kilogram. “Jika harga babi Rp 38.000 per kilogram, kami para peternak hanya dapat lelah. Tidak dapat untung,” ungkap Sinarbawa, Senin (8/8).
Menurut Sinarbawa, belum ada tanda-tanda kran pengiriman babi keluar Bali dibuka. Sinarbawa sempat bertanya ke Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli namun belum mendapatkan jawaban pasti. “Kami diminta menunggu, sementara babi kan tidak bisa menunggu. Babi harus tetap harus diberi makan,” ungkap Sinarbawa. Dia berharap pengiriman babi ke luar Bali bisa segera dibuka.
Peternak asal Kecamatan Tembuku ini menambahkan, babi menjadi penolong perekonomian masyarakat Bali saat sektor pariwisata dihantam pandemi Covid-19. Babi yang dijual ke luar Bali dengan harga Rp 45.000 per kilogram. Saat kondisi normal, setiap minggu mengirim babi ke luar Bali. Sekali kirim, satu hingga dua truk. Satu truk kira-kira 80 ekor babi. Adanya lockdown, Sinarbawa gagal mengirim 400 ekor babi. Pengiriman babi ke wilayah Jawa dan Lampung. *esa
Salah seorang peternak sekaligus pengepul babi di Bangli, Ida Bagus Putu Sinarbawa mengatakan, peningkatan populasi babi menjadi penyebab harga babi di pasaran menurun. Awalnya harga babi Rp 39.0000 per kilogram, sekarang Rp 38.000 hingga Rp 37.000 per kilogram. “Jika harga babi Rp 38.000 per kilogram, kami para peternak hanya dapat lelah. Tidak dapat untung,” ungkap Sinarbawa, Senin (8/8).
Menurut Sinarbawa, belum ada tanda-tanda kran pengiriman babi keluar Bali dibuka. Sinarbawa sempat bertanya ke Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli namun belum mendapatkan jawaban pasti. “Kami diminta menunggu, sementara babi kan tidak bisa menunggu. Babi harus tetap harus diberi makan,” ungkap Sinarbawa. Dia berharap pengiriman babi ke luar Bali bisa segera dibuka.
Peternak asal Kecamatan Tembuku ini menambahkan, babi menjadi penolong perekonomian masyarakat Bali saat sektor pariwisata dihantam pandemi Covid-19. Babi yang dijual ke luar Bali dengan harga Rp 45.000 per kilogram. Saat kondisi normal, setiap minggu mengirim babi ke luar Bali. Sekali kirim, satu hingga dua truk. Satu truk kira-kira 80 ekor babi. Adanya lockdown, Sinarbawa gagal mengirim 400 ekor babi. Pengiriman babi ke wilayah Jawa dan Lampung. *esa
Komentar