Januari - Juli, 25 Anak di Gianyar Terinfeksi HIV
GIANYAR, NusaBali
Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar mencatat ada 25 anak terinfeksi virus HIV untuk periode Januari - Juli 2022.
Mereka dipastikan sudah mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas. Kepala Dinas Kesehatan Gianyar dr Ida Komang Upeksa mengatakan, dari jumlah tersebut, 20 orang rutin mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pengobatan ARV (antiretroviral) di RSUD Sanjiwani, 5 orang di Puskesmas Ubud dan seorang dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar karena memerlukan tindakan medis yang lebih intensif.
"Anak ODHA dirujuk ke RSUP Sanglah karena adanya indikasi gagal pengobatan dengan tanda-tanda akan sering sakit, berat badan tidak kunjung meningkat dan hasil pemeriksaan viral load masih tinggi," jelasnya saat dikonfirmasi Kamis (11/8).
Untuk anak yang positif HIV, di sarana pelayanan kesehatan diberikan tatalaksana seperti mengkaji status nutrisi dan pertumbuhan, pemberian vitamin A berkala, dan tanda infeksi oportunistik dan pajanan TB. "Diberikan pengobatan bila mengalami Infeksi Oportunistik sebelum pemberian ART (antiretroviral terapi) sebagai pengobatan HIV," terang Upeksa.
Keberhasilan pengobatan ART pada anak memerlukan kerjasama pengasuh atau orang tua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan dan pentingnya kontrol.
Dijelaskan, perkembangan epidemi HIV-AIDS saat ini menyebabkan HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. "Dengan meningkatnya kasus HIV-AIDS yang memerlukan pelayanan kesehatan termasuk pengobatan ARV (Antiretroviral), maka strategi penanggulangan HIV-AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan termasuk pada ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) anak," jelasnya.
Indikasi dalam penemuan kasus anak terinfeksi HIV pada sarana pelayanan kesehatan dan memerlukan tes HIV bila anak sakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB berat, malnutrisi, diare kronis, pnemonia kronis atau berulang. Temuan kasus juga diketahui terhadap bayi yang terlahir dari ibu terinfeksi HIV.
Untuk mengetahui status HIV anak, setelah salah satu saudara kandung didiagnosa HIV, salah satu atau kedua orangtuanya meninggal oleh sebab yang tidak diketahui, tetapi masih mungkin karena HIV. Namun pelaksanaan tes pada anak cenderung alami kendala ketika orangtua tidak kooperatif. "Karena untuk melakukan tes HIV pada anak, perlu izin orangtua atau walinya," jelas mantan Dirut RSUD Sanjiwani ini.
Dalam penanggulangan HIV-AIDS, saat ini seluruh UPTD Puskesmas telah melayani test HIV dan skrening pada ibu hamil. Termasuk RSUD Sanjiwani Gianyar, RSU Payangan, RSU Ari Santi, RSU Ganesha, RSU Famili Usada dan Klinik Bumi Sehat dengan rata-rata 8.250 orang tes HIV per tahun. Dari tes HIV tersebut, tahun 2018 diketahui terinfeksi HIV 193 orang, 2019 sejumlah 150 orang, 2020 sejumlah 140 orang, 2021 sejumlah 172 orang dan Januari - Juli 2022 diketahui terinfeksi HIV sejumlah 91 orang. Pelayanan pengobatan ART di Kabupaten Gianyar terdapat di RSUD Sanjiwani Gianyar, UPTD Puskesmas Ubud II dan UPTD Puskesmas Sukawati I. "Per Juli 2022 sejumlah 994 orang ODHA memperoleh layanan pengobatan ARV," jelas dr Upeksa. *nvi
"Anak ODHA dirujuk ke RSUP Sanglah karena adanya indikasi gagal pengobatan dengan tanda-tanda akan sering sakit, berat badan tidak kunjung meningkat dan hasil pemeriksaan viral load masih tinggi," jelasnya saat dikonfirmasi Kamis (11/8).
Untuk anak yang positif HIV, di sarana pelayanan kesehatan diberikan tatalaksana seperti mengkaji status nutrisi dan pertumbuhan, pemberian vitamin A berkala, dan tanda infeksi oportunistik dan pajanan TB. "Diberikan pengobatan bila mengalami Infeksi Oportunistik sebelum pemberian ART (antiretroviral terapi) sebagai pengobatan HIV," terang Upeksa.
Keberhasilan pengobatan ART pada anak memerlukan kerjasama pengasuh atau orang tua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan dan pentingnya kontrol.
Dijelaskan, perkembangan epidemi HIV-AIDS saat ini menyebabkan HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. "Dengan meningkatnya kasus HIV-AIDS yang memerlukan pelayanan kesehatan termasuk pengobatan ARV (Antiretroviral), maka strategi penanggulangan HIV-AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan termasuk pada ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) anak," jelasnya.
Indikasi dalam penemuan kasus anak terinfeksi HIV pada sarana pelayanan kesehatan dan memerlukan tes HIV bila anak sakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB berat, malnutrisi, diare kronis, pnemonia kronis atau berulang. Temuan kasus juga diketahui terhadap bayi yang terlahir dari ibu terinfeksi HIV.
Untuk mengetahui status HIV anak, setelah salah satu saudara kandung didiagnosa HIV, salah satu atau kedua orangtuanya meninggal oleh sebab yang tidak diketahui, tetapi masih mungkin karena HIV. Namun pelaksanaan tes pada anak cenderung alami kendala ketika orangtua tidak kooperatif. "Karena untuk melakukan tes HIV pada anak, perlu izin orangtua atau walinya," jelas mantan Dirut RSUD Sanjiwani ini.
Dalam penanggulangan HIV-AIDS, saat ini seluruh UPTD Puskesmas telah melayani test HIV dan skrening pada ibu hamil. Termasuk RSUD Sanjiwani Gianyar, RSU Payangan, RSU Ari Santi, RSU Ganesha, RSU Famili Usada dan Klinik Bumi Sehat dengan rata-rata 8.250 orang tes HIV per tahun. Dari tes HIV tersebut, tahun 2018 diketahui terinfeksi HIV 193 orang, 2019 sejumlah 150 orang, 2020 sejumlah 140 orang, 2021 sejumlah 172 orang dan Januari - Juli 2022 diketahui terinfeksi HIV sejumlah 91 orang. Pelayanan pengobatan ART di Kabupaten Gianyar terdapat di RSUD Sanjiwani Gianyar, UPTD Puskesmas Ubud II dan UPTD Puskesmas Sukawati I. "Per Juli 2022 sejumlah 994 orang ODHA memperoleh layanan pengobatan ARV," jelas dr Upeksa. *nvi
Komentar