Berkaitan Sejarah Bali Kuna yang Diwarisi Turun Temurun
Peed Tenganan Pegringsingan Saat Piodalan Pura Pengastulan, Desa Adat Bedulu, Blahbatuh
Dikawal pecalang dan Prajuru Desa Bedulu, iringan Peed dimulai dari Pura Pengastulan menuju Pura Kahyangan Jagat Samuantiga yang berjarak sekitar 1,5 kilometer.
GIANYAR, NusaBali
Peed Tenganan Pegringsingan dari Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem berlangsung di Pura Pengastulan, Desa Adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar pada Purnama Karo, Sukra Kliwon Medangkungan, Jumat (12/8) sore.
Bendesa Adat Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana mengatakan Peed sakral dengan mengenakan pakaian adat geringsing ini dilaksanakan serangkaian dengan ritual mendak Ida Bhatara Lingsir Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. Kolaborasi dua desa adat ini berkaitan dengan sejarah Bali Kuna yang diwarisi turun temurun.
"Peed dilaksanakan setiap piodalan di Pura Pengastulan. Ini merupakan prosesi ritual nunas tirta untuk upacara piodalan Pura Pengastulan yang ada di Desa Bedulu," jelasnya. Peed yang melibatkan pula rangkaian para pamangku dan sekaa teruna dari lima Banjar adat di Bedulu serta barisan ibu ibu dari Paiketan Krama Istri (Pakis) Desa Adat Bedulu dan ribuan krama pengiring.
Dikawal pecalang dan Prajuru Desa Bedulu, iringan Peed dimulai dari Pura Pengastulan menuju Pura Kahyangan Jagat Samuantiga yang berjarak sekitar 1,5 kilometer. Dimulai pukul 16.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita. "Rangkaian piodalan Pura Pengastulan Ida Bhatara nyejer selama tiga hari, dengan diikuti kehadiran tapakan dari berbagai Pura yang ada di Desa Adat Bedulu beserta tapakan Ida Bhatara Pura Goa Gajah yang ada di Desa Adat Bedulu," jelas Bendesa Gusti Ngurah Serana.
Dia mengatakan keterlibatan peed daha teruna Tenganan Pegringsingan telah berlangsung sejak lama. Sedangkan keterlibatan warga Desa Tenganan Pegringsingan Karangsem disebutkan terkait perjalanan sejarah Bali kuna yang menyebutkan leluhur warga Desa Tenganan Pegringsingan berasal dari Desa Bedulu. "Dari sejarah Bali Kuna, disebutkan Ki Tunjung Biru bersama sejumlah pengikutnya diberikan hadiah berupa tanah yang kini dikenal sebagai Desa Tenganan Pegringsingan," tutur Gusti Ngurah Serana. Ketika kerajaan Bali Kuna beristana di Desa Bedahulu yang kini lazim dikenal dengan nama Desa Bedulu, seekor kuda kesayangan raja tiba-tiba hilang. Kaburnya kuda yang dikenal dengan nama Oncesrawa itu akhirnya ditemukan oleh Ki Tunjung Biru di sebuah perbukitan yang kini dikenal dengan nama Tenganan Pegringsingan.
Sebagai rasa terimakasih dan rasa syukur ditemukan kuda Oncesrawa itu, maka Raja memberikan hadiah berupa sebidang tanah. Sedangkan luas tanah tersebut disepakati raja seluas bau kuda yang ditemukan sudah mati itu. "Untuk lebih meluaskan bau bangkai kuda itu, maka mayat kuda itu dipecah dan ditebar ke segala penjuru," jelas Bendesa Gusti Serana. Bukti tersebut pun kini bisa dilihat berupa peninggalan bebatuan yang menyerupai bangkai kuda.
"Saat ini bisa dijumpai di Desa Tenganan Pegringsingan. Bebatuan itu dipercaya sebagai bagian dari bangkai kuda Oncesrawa itu," jelasnya. Sementara itu, Ketua DPRD Gianyar I Wayan Tagel Winartha, menghadiri rangkaian upacara piodalan di Pura Pengastulan di Desa Adat Bedulu, kemarin.
Kehadiran Ketua DPRD asal Mancawarna, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring ini, disambut Bendesa Adat Bedulu I Gusti Ngurah Made Serana, Kelian Adat Banjar Tengah I Ketut John, Ketua Pecalang I Gusti Ketut Alit, beserta prajuru dan panglingsir Banjar Tengah, yang tahun ini selaku penyanggra piodalan Pura Pengastulan.
Selain menghadiri rangkaian ritual, menghaturkan upacara piodalan yang dilaksanakan, Wayan Tagel Winartha yang juga mantan Perbekel Desa Sanding ini, juga menghaturkan ilen ilen atau tarian Cupak, yang akan dipentaskan, Jumat malam. Tarian Cupak yang sempat menjadi idola pada masanya, sejak beberapa tahun sempat tenggelam. Kondisi selain beragamnya hiburan yang muncul, Tari Cupak memiliki pakem tersendiri, sehingga untuk membentuk Sekaa Tari Cupak harus memenuhi beberapa persyaratan. Berkat kepedulian seorang Wayan Tagel Winartha, Sekaa Tari Cupak asal Tegalalang diberi ruang untuk tampil di berbagai hajatan piodalan. *nvi
Peed Tenganan Pegringsingan dari Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem berlangsung di Pura Pengastulan, Desa Adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar pada Purnama Karo, Sukra Kliwon Medangkungan, Jumat (12/8) sore.
Bendesa Adat Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana mengatakan Peed sakral dengan mengenakan pakaian adat geringsing ini dilaksanakan serangkaian dengan ritual mendak Ida Bhatara Lingsir Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. Kolaborasi dua desa adat ini berkaitan dengan sejarah Bali Kuna yang diwarisi turun temurun.
"Peed dilaksanakan setiap piodalan di Pura Pengastulan. Ini merupakan prosesi ritual nunas tirta untuk upacara piodalan Pura Pengastulan yang ada di Desa Bedulu," jelasnya. Peed yang melibatkan pula rangkaian para pamangku dan sekaa teruna dari lima Banjar adat di Bedulu serta barisan ibu ibu dari Paiketan Krama Istri (Pakis) Desa Adat Bedulu dan ribuan krama pengiring.
Dikawal pecalang dan Prajuru Desa Bedulu, iringan Peed dimulai dari Pura Pengastulan menuju Pura Kahyangan Jagat Samuantiga yang berjarak sekitar 1,5 kilometer. Dimulai pukul 16.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita. "Rangkaian piodalan Pura Pengastulan Ida Bhatara nyejer selama tiga hari, dengan diikuti kehadiran tapakan dari berbagai Pura yang ada di Desa Adat Bedulu beserta tapakan Ida Bhatara Pura Goa Gajah yang ada di Desa Adat Bedulu," jelas Bendesa Gusti Ngurah Serana.
Dia mengatakan keterlibatan peed daha teruna Tenganan Pegringsingan telah berlangsung sejak lama. Sedangkan keterlibatan warga Desa Tenganan Pegringsingan Karangsem disebutkan terkait perjalanan sejarah Bali kuna yang menyebutkan leluhur warga Desa Tenganan Pegringsingan berasal dari Desa Bedulu. "Dari sejarah Bali Kuna, disebutkan Ki Tunjung Biru bersama sejumlah pengikutnya diberikan hadiah berupa tanah yang kini dikenal sebagai Desa Tenganan Pegringsingan," tutur Gusti Ngurah Serana. Ketika kerajaan Bali Kuna beristana di Desa Bedahulu yang kini lazim dikenal dengan nama Desa Bedulu, seekor kuda kesayangan raja tiba-tiba hilang. Kaburnya kuda yang dikenal dengan nama Oncesrawa itu akhirnya ditemukan oleh Ki Tunjung Biru di sebuah perbukitan yang kini dikenal dengan nama Tenganan Pegringsingan.
Sebagai rasa terimakasih dan rasa syukur ditemukan kuda Oncesrawa itu, maka Raja memberikan hadiah berupa sebidang tanah. Sedangkan luas tanah tersebut disepakati raja seluas bau kuda yang ditemukan sudah mati itu. "Untuk lebih meluaskan bau bangkai kuda itu, maka mayat kuda itu dipecah dan ditebar ke segala penjuru," jelas Bendesa Gusti Serana. Bukti tersebut pun kini bisa dilihat berupa peninggalan bebatuan yang menyerupai bangkai kuda.
"Saat ini bisa dijumpai di Desa Tenganan Pegringsingan. Bebatuan itu dipercaya sebagai bagian dari bangkai kuda Oncesrawa itu," jelasnya. Sementara itu, Ketua DPRD Gianyar I Wayan Tagel Winartha, menghadiri rangkaian upacara piodalan di Pura Pengastulan di Desa Adat Bedulu, kemarin.
Kehadiran Ketua DPRD asal Mancawarna, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring ini, disambut Bendesa Adat Bedulu I Gusti Ngurah Made Serana, Kelian Adat Banjar Tengah I Ketut John, Ketua Pecalang I Gusti Ketut Alit, beserta prajuru dan panglingsir Banjar Tengah, yang tahun ini selaku penyanggra piodalan Pura Pengastulan.
Selain menghadiri rangkaian ritual, menghaturkan upacara piodalan yang dilaksanakan, Wayan Tagel Winartha yang juga mantan Perbekel Desa Sanding ini, juga menghaturkan ilen ilen atau tarian Cupak, yang akan dipentaskan, Jumat malam. Tarian Cupak yang sempat menjadi idola pada masanya, sejak beberapa tahun sempat tenggelam. Kondisi selain beragamnya hiburan yang muncul, Tari Cupak memiliki pakem tersendiri, sehingga untuk membentuk Sekaa Tari Cupak harus memenuhi beberapa persyaratan. Berkat kepedulian seorang Wayan Tagel Winartha, Sekaa Tari Cupak asal Tegalalang diberi ruang untuk tampil di berbagai hajatan piodalan. *nvi
1
Komentar