Koster Kembangkan Transportasi Cerdas
Tandatangani MoU dengan Intelligent Transport System (ITS) Indonesia
MoU ini ruang lingkupnya adalah mewujudkan transportasi Bali Era Baru yang terkoneksi, terintegrasi, dan berkelanjutan melalui pemanfaatan sistem transportasi cerdas.
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster menandatangani kesepakatan bersama atau memorandum of understanding (MoU) antara Pemerintah Provinsi Bali dan Intelligent Transport System Indonesia (ITS Indonesia) di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar pada Saniscara Umanis Medangkungan, Sabtu (13/8) pagi. Penandatangan MoU ini terkait komitmen untuk mengembangkan sistem intelligent transport and tourism di Provinsi Bali.
Penandatanganan MoU disaksikan Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf RI Henky Hotma Parlindungan Manurung dan Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra. Gubernur Koster menegaskan, hal ini merupakan langkah maju dalam mewujudkan tatanan baru dalam sistem transportasi di Pulau Dewata.
“Saya kira ini merupakan satu tatanan baru dalam sistem transportasi di Bali. Apalagi tahun ini Bali menyambut KTT G20, dan atensinya tinggi sekali,” kata Gubernur Koster.
Setelah rangkaian pergelaran G20 pun, menurut Gubernur Koster, akan ada lagi sejumlah agenda internasional dilaksanakan di Bali. Oleh sebab itu, maka sistem transportasi yang didukung infrastruktur memadai akan jadi kebutuhan vital.
“Jadi G20 itu memancing sejumlah event internasional ke Bali. Jadi kebutuhan transportasi dan infrastruktur yang baik, sangat penting. Berita buruk kemacetan di Canggu, Seminyak, Kuta, mulai akan bisa kita atasi. Sehingga masyarakat internasional yang berkunjung ke Bali, yang saya yakin akan terus meningkat pasca G20 dan berakhirnya pandemi, akan jadi lebih nyaman,” tandas politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini.
Gubernur yang juga mantan anggota DPR RI ini menyampaikan, transportasi dan infrastruktur pendukung di Bali memang bermasalah sejak lama. Apalagi, meski wilayahnya terhitung kecil dan penduduknya tidak banyak ‘hanya’ 4 juta jiwa lebih, namun Bali punya aura yang kuat, daya tarik yang kuat sehingga menjadi destinasi utama pariwisata dunia. “Kalau situasi normal, wisman yang datang 6,3 juta orang, wisdom 10,5 juta. Hampir 17 juta orang wisatawan yang datang ke Bali. Kalau digabung maka aktivitas masyarakat lokal dan wisatawan itu tinggi, terutama di wilayah Bali Selatan, seperti Badung, Denpasar, Gianyar, dan sebagian Tabanan. Bahkan sudah mulai ke Klungkung pula,” kata Ketua DPD PDIP Bali ini.
Masalahnya, dikatakan Gubernur Koster, Pemerintah Provinsi Bali sejak lama tidak punya desain infrastruktur dan transportasi untuk mendukung kegiatan masyarakat lokal dan wisatawan untuk kebutuhan standar modern. Karena di Bali kebanyakan dilintasi oleh jalan yang kecil dan sifatnya tradisional.
“Bali termasuk yang sangat terlambat membangun transportasi dan infrastruktur. Karena itu saya sekarang mulai gencar membangun infrastruktur dan transportasi dalam rangka memenuhi kenyamanan dan kelancaran layanan transportasi. Saya susun masterplan-nya. Mulai berjalan sekarang, secara terencana,” tandasnya.
“Infrastruktur di Bali kebanyakan bukan by design tapi by accident. Tidak dirancang pemerintah daerah. Karena kebutuhan, misalnya event APEC ada perluasan bandara, jalan tol di atas air. Lalu ada IMF Bank Dunia, ada subway. Jadi pembangunannya parsial, sporadis. Tidak harmonis satu dengan yang lain,” imbuhnya.
Karena itu Gubernur Koster mengatakan masterplan infrastruktur darat, laut, udara secara terkoneksi dan terintegrasi dibangun dengan menggenjot beberapa proyek infrastruktur vital, seperti shortcut yang mengkoneksikan Bali Utara dan Bali Selatan yang tahun 2023 direncanakan selesai sampai titik 10. Lalu yang berikut adalah pembangunan Pelabuhan Sanur, Denpasar – Sampalan Nusa Penida – Bias Munjul Nusa Ceningan. “Tiga pelabuhan ini saya bangun sekaligus. Oleh-oleh dari Bapak Jokowi karena di Bali menang 90 persen lebih,” tandasnya.
Setelah itu dilanjutkan lagi dengan Pelabuhan Gunaksa, Pelabuhan Amed, Lovina, dan Celukan Bawang. Lalu direncanakan pula pada 10 September 2022 mendatang akan dilaksanakan groundbreaking Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi.
Jika semua proyek infrastruktur ini selesai, maka menurut Gubernur Koster, sudah pasti konsekuensinya adalah di Denpasar dan Badung akan makin tinggi aktivitasnya karena arus yang masuk akan meningkat. ”Karenanya program ITS Indonesia ini bagus sekali untuk melakukan manajemen yang lebih handal. Selama ini tidak ada yang memikirkan, kemacetan di sana-sini. Tapi kita tidak bisa berpikir sepotong-sepotong. Kalau membangun harus menyeluruh. Harus sangat terintegrasi,” tegasnya.
Gubernur Koster juga menekankan bahwa Bali saat ini sedang dilirik bahkan jadi perhatian dunia karena mengembangkan kebijakan dan regulasi yang disusun untuk menciptakan ekosistem yang lebih baik. Termasuk bagi dunia pariwisata. “Selain karena keunikan budayanya yang sangat kuat, tapi karena sekarang juga sedang dibangun ekosistem. Pariwisata yang dibangun atas daya tarik budaya, ekosistem, dan infrastruktur dan transportasi. Kalau dibangun secara konsisten maka Bali akan betul-betul jadi daya tarik dunia dan meningkat daya saingnya,” tuturnya.
“Saya sudah pasti dukung penuh program ini. Saya tugaskan Pak Kadis koordinasikan dengan kabupaten-kabupaten di kawasan Bali Selatan agar bisa diintegrasikan dengan baik. Dan saya kira ini terobosan luar biasa dalam pelaksanaan visi pembangunan Bali. Kami inginkan tatanan seluruh aspek di Bali ini. Kami perbaiki lebih berkarakter lokal Bali dalam suatu tema Bali Era Baru. Tentu kesepakatan ini harus berlanjut, setelah tandatangan harus dilanjutkan, jangan berhenti. ‘Kau yang mulai, kau yang mengakhiri’,” kata Gubernur Koster.
Presiden Perkumpulan Sistem Transportasi Cerdas Indonesia atau Intelligent Transport System Indonesia (ITS Indonesia) William P Sabandar, mengatakan MoU tersebut untuk mendukung kebijakan Gubernur Koster, menuju Bali Era Baru.
“ITS Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang didirikan untuk membangun sistem transportasi cerdas dan terintegrasi di Indonesia. ITS Indonesia hadir untuk menjadi alternatif solusi dari kemacetan, menyediakan kenyamanan dalam bertransportasi, serta ramah lingkungan. Organisasi ITS Indonesia memiliki anggota yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, akademisi, komunitas, serta pelaku industri. Anggota ITS Indonesia sebagian besar terdiri dari operator transportasi di Indonesia,” ucap Subandar.
Subandar mengatakan, dirinya banyak diskusi dengan pemangku kepentingan di Bali untuk menghadirkan transportasi cerdas lebih banyak dan mengakar. “Kita ketahui bahwa inisiatif pengembangan pariwisata yang sedang didorong dalam Bali Era Baru, kita inisiasi dengan membawa parekraf dan kita dorong di Bali untuk mendukung tourism. Transport dan tourism ini tidak bisa dipisahkan. Kita percaya kalau tourism maju, transportasi harus bagus,” tegasnya.
Subandar menyatakan pula bahwa Bali dipilih karena jadi daerah yang paling diandalkan di sektor pariwisata. “Tunjukkan bahwa sektor transportasi sangat membantu kemajuan pariwisata,” katanya.
Subandar juga menguraikan, kesepakatan yang ditandatangani ini ruang lingkupnya adalah kerjasama untuk mewujudkan transportasi Bali Era Baru yang terkoneksi, terintegrasi, dan berkelanjutan melalui pemanfaatan sistem transportasi cerdas dan mendorong pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), penyusunan peta jalan transportasi cerdas Bali Era Baru, termasuk pertukaran informasi, data, dan pengembangan knowledge hub Intelligent Transport System (ITS) Indonesia di Bali, mendorong pelaku industri, akademisi, dan komunitas untuk melakukan percepatan transformasi digital melalui pengintegrasian sistem transportasi umum, logistik, dan pariwisata di Provinsi Bali dengan konsep mobility-as-a-service dimulai dari subsektor lalu lintas dan angkutan jalan.
Juga untuk mendorong pelaku industri, akademisi, dan komunitas untuk berperan dalam pengembangan ekosistem dan implementasi KBLBB di Provinsi Bali, diseminasi informasi terkait hasil penelitian dan penyelenggaraan kegiatan yang menunjang peningkatan kesadaran dan kapasitas terkait sistem transportasi rendah emisi karbon dan sistem transportasi cerdas dan pendampingan perencanaan pembangunan, dan penyelenggaraan transportasi cerdas lainnya. ”Kerja sama ini akan menandai perubahan Bali Era Baru dengan transformasi yang terintegrasi,” ujar Subandar.
Beberapa perusahaan yang turut dalam penandatangan komitmen ini adalah PT MRT Jakarta, WRI Indonesia, PT Grab Indonesia, PT Marktel Indonesia, PT Qlue Performa Indonesia, PT Teknologi Karya Digital Nusantara, PT Aino Indonesia, PT Hisense International Indonesia, dan PT Blue Bird Indonesia.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Henky Hotma Parlindungan Manurung juga menyampaikan dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terhadap inisiatif ini. “Penandatanganan kesepakatan bersama ini menunjukkan adanya arah Bali menuju quality tourism; menjunjung nilai easiness, kemudahan bagi publik dalam mengakses situs-situs pariwisata. Bali akan mengalami perubahan yang menunjang pariwisatanya, baik untuk masyarakat lokal, turis domestik, dan turis internasional. Selain itu, inisiatif ini juga sejalan dengan upaya pengurangan jejak emisi karbon (carbon footprint) di Pulau Bali.” *nat
Penandatanganan MoU disaksikan Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf RI Henky Hotma Parlindungan Manurung dan Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra. Gubernur Koster menegaskan, hal ini merupakan langkah maju dalam mewujudkan tatanan baru dalam sistem transportasi di Pulau Dewata.
“Saya kira ini merupakan satu tatanan baru dalam sistem transportasi di Bali. Apalagi tahun ini Bali menyambut KTT G20, dan atensinya tinggi sekali,” kata Gubernur Koster.
Setelah rangkaian pergelaran G20 pun, menurut Gubernur Koster, akan ada lagi sejumlah agenda internasional dilaksanakan di Bali. Oleh sebab itu, maka sistem transportasi yang didukung infrastruktur memadai akan jadi kebutuhan vital.
“Jadi G20 itu memancing sejumlah event internasional ke Bali. Jadi kebutuhan transportasi dan infrastruktur yang baik, sangat penting. Berita buruk kemacetan di Canggu, Seminyak, Kuta, mulai akan bisa kita atasi. Sehingga masyarakat internasional yang berkunjung ke Bali, yang saya yakin akan terus meningkat pasca G20 dan berakhirnya pandemi, akan jadi lebih nyaman,” tandas politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini.
Gubernur yang juga mantan anggota DPR RI ini menyampaikan, transportasi dan infrastruktur pendukung di Bali memang bermasalah sejak lama. Apalagi, meski wilayahnya terhitung kecil dan penduduknya tidak banyak ‘hanya’ 4 juta jiwa lebih, namun Bali punya aura yang kuat, daya tarik yang kuat sehingga menjadi destinasi utama pariwisata dunia. “Kalau situasi normal, wisman yang datang 6,3 juta orang, wisdom 10,5 juta. Hampir 17 juta orang wisatawan yang datang ke Bali. Kalau digabung maka aktivitas masyarakat lokal dan wisatawan itu tinggi, terutama di wilayah Bali Selatan, seperti Badung, Denpasar, Gianyar, dan sebagian Tabanan. Bahkan sudah mulai ke Klungkung pula,” kata Ketua DPD PDIP Bali ini.
Masalahnya, dikatakan Gubernur Koster, Pemerintah Provinsi Bali sejak lama tidak punya desain infrastruktur dan transportasi untuk mendukung kegiatan masyarakat lokal dan wisatawan untuk kebutuhan standar modern. Karena di Bali kebanyakan dilintasi oleh jalan yang kecil dan sifatnya tradisional.
“Bali termasuk yang sangat terlambat membangun transportasi dan infrastruktur. Karena itu saya sekarang mulai gencar membangun infrastruktur dan transportasi dalam rangka memenuhi kenyamanan dan kelancaran layanan transportasi. Saya susun masterplan-nya. Mulai berjalan sekarang, secara terencana,” tandasnya.
“Infrastruktur di Bali kebanyakan bukan by design tapi by accident. Tidak dirancang pemerintah daerah. Karena kebutuhan, misalnya event APEC ada perluasan bandara, jalan tol di atas air. Lalu ada IMF Bank Dunia, ada subway. Jadi pembangunannya parsial, sporadis. Tidak harmonis satu dengan yang lain,” imbuhnya.
Karena itu Gubernur Koster mengatakan masterplan infrastruktur darat, laut, udara secara terkoneksi dan terintegrasi dibangun dengan menggenjot beberapa proyek infrastruktur vital, seperti shortcut yang mengkoneksikan Bali Utara dan Bali Selatan yang tahun 2023 direncanakan selesai sampai titik 10. Lalu yang berikut adalah pembangunan Pelabuhan Sanur, Denpasar – Sampalan Nusa Penida – Bias Munjul Nusa Ceningan. “Tiga pelabuhan ini saya bangun sekaligus. Oleh-oleh dari Bapak Jokowi karena di Bali menang 90 persen lebih,” tandasnya.
Setelah itu dilanjutkan lagi dengan Pelabuhan Gunaksa, Pelabuhan Amed, Lovina, dan Celukan Bawang. Lalu direncanakan pula pada 10 September 2022 mendatang akan dilaksanakan groundbreaking Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi.
Jika semua proyek infrastruktur ini selesai, maka menurut Gubernur Koster, sudah pasti konsekuensinya adalah di Denpasar dan Badung akan makin tinggi aktivitasnya karena arus yang masuk akan meningkat. ”Karenanya program ITS Indonesia ini bagus sekali untuk melakukan manajemen yang lebih handal. Selama ini tidak ada yang memikirkan, kemacetan di sana-sini. Tapi kita tidak bisa berpikir sepotong-sepotong. Kalau membangun harus menyeluruh. Harus sangat terintegrasi,” tegasnya.
Gubernur Koster juga menekankan bahwa Bali saat ini sedang dilirik bahkan jadi perhatian dunia karena mengembangkan kebijakan dan regulasi yang disusun untuk menciptakan ekosistem yang lebih baik. Termasuk bagi dunia pariwisata. “Selain karena keunikan budayanya yang sangat kuat, tapi karena sekarang juga sedang dibangun ekosistem. Pariwisata yang dibangun atas daya tarik budaya, ekosistem, dan infrastruktur dan transportasi. Kalau dibangun secara konsisten maka Bali akan betul-betul jadi daya tarik dunia dan meningkat daya saingnya,” tuturnya.
“Saya sudah pasti dukung penuh program ini. Saya tugaskan Pak Kadis koordinasikan dengan kabupaten-kabupaten di kawasan Bali Selatan agar bisa diintegrasikan dengan baik. Dan saya kira ini terobosan luar biasa dalam pelaksanaan visi pembangunan Bali. Kami inginkan tatanan seluruh aspek di Bali ini. Kami perbaiki lebih berkarakter lokal Bali dalam suatu tema Bali Era Baru. Tentu kesepakatan ini harus berlanjut, setelah tandatangan harus dilanjutkan, jangan berhenti. ‘Kau yang mulai, kau yang mengakhiri’,” kata Gubernur Koster.
Presiden Perkumpulan Sistem Transportasi Cerdas Indonesia atau Intelligent Transport System Indonesia (ITS Indonesia) William P Sabandar, mengatakan MoU tersebut untuk mendukung kebijakan Gubernur Koster, menuju Bali Era Baru.
“ITS Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang didirikan untuk membangun sistem transportasi cerdas dan terintegrasi di Indonesia. ITS Indonesia hadir untuk menjadi alternatif solusi dari kemacetan, menyediakan kenyamanan dalam bertransportasi, serta ramah lingkungan. Organisasi ITS Indonesia memiliki anggota yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, akademisi, komunitas, serta pelaku industri. Anggota ITS Indonesia sebagian besar terdiri dari operator transportasi di Indonesia,” ucap Subandar.
Subandar mengatakan, dirinya banyak diskusi dengan pemangku kepentingan di Bali untuk menghadirkan transportasi cerdas lebih banyak dan mengakar. “Kita ketahui bahwa inisiatif pengembangan pariwisata yang sedang didorong dalam Bali Era Baru, kita inisiasi dengan membawa parekraf dan kita dorong di Bali untuk mendukung tourism. Transport dan tourism ini tidak bisa dipisahkan. Kita percaya kalau tourism maju, transportasi harus bagus,” tegasnya.
Subandar menyatakan pula bahwa Bali dipilih karena jadi daerah yang paling diandalkan di sektor pariwisata. “Tunjukkan bahwa sektor transportasi sangat membantu kemajuan pariwisata,” katanya.
Subandar juga menguraikan, kesepakatan yang ditandatangani ini ruang lingkupnya adalah kerjasama untuk mewujudkan transportasi Bali Era Baru yang terkoneksi, terintegrasi, dan berkelanjutan melalui pemanfaatan sistem transportasi cerdas dan mendorong pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), penyusunan peta jalan transportasi cerdas Bali Era Baru, termasuk pertukaran informasi, data, dan pengembangan knowledge hub Intelligent Transport System (ITS) Indonesia di Bali, mendorong pelaku industri, akademisi, dan komunitas untuk melakukan percepatan transformasi digital melalui pengintegrasian sistem transportasi umum, logistik, dan pariwisata di Provinsi Bali dengan konsep mobility-as-a-service dimulai dari subsektor lalu lintas dan angkutan jalan.
Juga untuk mendorong pelaku industri, akademisi, dan komunitas untuk berperan dalam pengembangan ekosistem dan implementasi KBLBB di Provinsi Bali, diseminasi informasi terkait hasil penelitian dan penyelenggaraan kegiatan yang menunjang peningkatan kesadaran dan kapasitas terkait sistem transportasi rendah emisi karbon dan sistem transportasi cerdas dan pendampingan perencanaan pembangunan, dan penyelenggaraan transportasi cerdas lainnya. ”Kerja sama ini akan menandai perubahan Bali Era Baru dengan transformasi yang terintegrasi,” ujar Subandar.
Beberapa perusahaan yang turut dalam penandatangan komitmen ini adalah PT MRT Jakarta, WRI Indonesia, PT Grab Indonesia, PT Marktel Indonesia, PT Qlue Performa Indonesia, PT Teknologi Karya Digital Nusantara, PT Aino Indonesia, PT Hisense International Indonesia, dan PT Blue Bird Indonesia.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Henky Hotma Parlindungan Manurung juga menyampaikan dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terhadap inisiatif ini. “Penandatanganan kesepakatan bersama ini menunjukkan adanya arah Bali menuju quality tourism; menjunjung nilai easiness, kemudahan bagi publik dalam mengakses situs-situs pariwisata. Bali akan mengalami perubahan yang menunjang pariwisatanya, baik untuk masyarakat lokal, turis domestik, dan turis internasional. Selain itu, inisiatif ini juga sejalan dengan upaya pengurangan jejak emisi karbon (carbon footprint) di Pulau Bali.” *nat
Komentar