H-1 Pujawali, Umat Hindu Padati Pura Sakenan
Ribuan umat Hindu memadati Pura Sakenan bahkan sehari sebelum pelaksanaan (H-1) pujawali yang puncak acaranya jatuh bertepatan dengan hari raya Kuningan, Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, Sabtu (15/4), hari ini.
DENPASAR, NusaBali
Sejak sore bahkan hingga malam hari kemarin pamedek terus berdatangan. Manggala Yadnya, Ida Bagus Gede Pidada mengatakan, kendati malam kemarin umat sudah berduyun-duyun ke Pura Sakenan, namun pemedek pada puncak pujawali hari ini dipastikan akan lebih membeludak seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya. "Hari ini (kemarin,red) dari 18 pura yang ada kaitannya dengan Pura Sakenan, sami lunga ke Sakenan, dihias dan dilinggihkan di Pura Pesamuhan Agung. Di Sakenan, terdapat tiga pura yakni Pura Dalem Sakenan, Pura Pesamuhan Agung, dan Pura Susunan Wadon. Nah, di ketiga pura ini hari ini dihaturkan persembahyangan dan upakara," ujarnya di sela persembahyangan kemarin malam.
IB Pidada melanjutkan, pujawali kali ini masih sama dengan pujawali seperti biasanya, dimana masih dengan sarana upakara pebangkit dan pulegembal. Barulah, Pujawali enam bulan berikutnya diadakan Padudusan Alit bersarana upakara dengan tingkat yang lebih besar. "Berdasarkan keputusan paruman pangempon Sakenan yaitu Puri Kesiman, bahwa setiap lima kali pujawali, akan diadakan Padudusan Alit di Pura Sakenan. Demikian pula 10 tahun sekali akan diadakan Padudusan Agung dengan banten yang tentunya lebih banyak. Nah, untuk upacara kali ini masih menggunakan pebangkit dan pulegembal, ditambah pakelem alit berupa ayam dan bebek berwarna hitam. Pakelem ini, karena Pura Sakenan ada di tengah laut atau Segara Kertih," jelasnya.
Seperti biasa, pelaksanaan puncak pujawali hari ini akan dipuput oleh dua sulinggih yaitu Ida Pedanda Gede Putra Bajing selaku Bhagawanta Puri Kesiman dan Ida Pedanda Gede Telaga yang Ketua PHDI Kota Denpasar. Berikutnya, pujawali akan ngadeg selama tiga hari. Umat masih bisa menghaturkan sembah bakti sampai pujawali disineb Anggara Pon Langkir, Selasa (18/4) mendatang. Setiap harinya persembahyangan akan dipuput oleh satu sulinggih yakni hari Minggu Ida Pedanda Gede Putraka Timbul Griya Timbul Kesiman. Sementara Senin oleh Ida Pedanda Gede Oka Giri Griya Oka Sanur, dan penyineban hari Selasa dipuput Ida Pedanda Gede Oka Manuaba.
IB Pidada menambahkan, pihaknya mengimbau para pamedek untuk tidak terkonsetrasi sembahyang pada puncak pujawali, sebab masih ada waktu untuk menghaturkan persembahyangan hingga Selasa ke depan. Namun memang tidak bisa dihindari bahwa kepadatan persembahyangan hari ini memang berlangsung tiap pujawali dilakukan. Maka, untuk mengatur ketertiban umat masuk ke pura, dilakukan sistem buka tutup oleh pecalang. "Namun demikian, sejak dua tahun terakhir, setiap nyejer tiga hari pamedeknya semakin merata. Artinya umat tidak lagi terfokus pada puncak Sakenan saat Kuningan. Kendati sudah bagus kami tetap imbau umat bisa sembahyang pas nyejer," imbuhnya.
Pujawali juga didukung penuh oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan menyiagakan sejumlah bantuan seperti punia dan beberapa tenaga seperti DKP, Perhubungan, keamanan dari Polsek Denpasar Selatan, Pecalang se-kota Denpasar, hingga kesehatan dan PDAM. Sementara untuk parkir dan pengaturan pedagang berjualan di areal pura diserahkan sepenuhnya kepada Desa Adat Serangan selaku pemilik wilayah.
Pura Sakenan sendiri diemong oleh empat Desa Adat yakni Desa Adat Serangan, Desa Adat Suwung Kepaon, Desa Adat Pemogan, dan Desa Adat Kelan, Tuban dan Puri Agung Kesiman. Sejarah Pura Sakenan tertuang dalam Purana Sakenan yang menyebutkan Pura Sakenan merupakan pura penangluk merana yang artinya berfungsi sebagai penetralisir alam dari hama penyakit. "Hampir setiap desa adat memiliki penyiwian (sungsungan) Pura Sakenan. Karena berada di tengah laut, maka Pura Sakenan dikatakan sebagai penangluk merana," ujar IB Pidada. * in
IB Pidada melanjutkan, pujawali kali ini masih sama dengan pujawali seperti biasanya, dimana masih dengan sarana upakara pebangkit dan pulegembal. Barulah, Pujawali enam bulan berikutnya diadakan Padudusan Alit bersarana upakara dengan tingkat yang lebih besar. "Berdasarkan keputusan paruman pangempon Sakenan yaitu Puri Kesiman, bahwa setiap lima kali pujawali, akan diadakan Padudusan Alit di Pura Sakenan. Demikian pula 10 tahun sekali akan diadakan Padudusan Agung dengan banten yang tentunya lebih banyak. Nah, untuk upacara kali ini masih menggunakan pebangkit dan pulegembal, ditambah pakelem alit berupa ayam dan bebek berwarna hitam. Pakelem ini, karena Pura Sakenan ada di tengah laut atau Segara Kertih," jelasnya.
Seperti biasa, pelaksanaan puncak pujawali hari ini akan dipuput oleh dua sulinggih yaitu Ida Pedanda Gede Putra Bajing selaku Bhagawanta Puri Kesiman dan Ida Pedanda Gede Telaga yang Ketua PHDI Kota Denpasar. Berikutnya, pujawali akan ngadeg selama tiga hari. Umat masih bisa menghaturkan sembah bakti sampai pujawali disineb Anggara Pon Langkir, Selasa (18/4) mendatang. Setiap harinya persembahyangan akan dipuput oleh satu sulinggih yakni hari Minggu Ida Pedanda Gede Putraka Timbul Griya Timbul Kesiman. Sementara Senin oleh Ida Pedanda Gede Oka Giri Griya Oka Sanur, dan penyineban hari Selasa dipuput Ida Pedanda Gede Oka Manuaba.
IB Pidada menambahkan, pihaknya mengimbau para pamedek untuk tidak terkonsetrasi sembahyang pada puncak pujawali, sebab masih ada waktu untuk menghaturkan persembahyangan hingga Selasa ke depan. Namun memang tidak bisa dihindari bahwa kepadatan persembahyangan hari ini memang berlangsung tiap pujawali dilakukan. Maka, untuk mengatur ketertiban umat masuk ke pura, dilakukan sistem buka tutup oleh pecalang. "Namun demikian, sejak dua tahun terakhir, setiap nyejer tiga hari pamedeknya semakin merata. Artinya umat tidak lagi terfokus pada puncak Sakenan saat Kuningan. Kendati sudah bagus kami tetap imbau umat bisa sembahyang pas nyejer," imbuhnya.
Pujawali juga didukung penuh oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan menyiagakan sejumlah bantuan seperti punia dan beberapa tenaga seperti DKP, Perhubungan, keamanan dari Polsek Denpasar Selatan, Pecalang se-kota Denpasar, hingga kesehatan dan PDAM. Sementara untuk parkir dan pengaturan pedagang berjualan di areal pura diserahkan sepenuhnya kepada Desa Adat Serangan selaku pemilik wilayah.
Pura Sakenan sendiri diemong oleh empat Desa Adat yakni Desa Adat Serangan, Desa Adat Suwung Kepaon, Desa Adat Pemogan, dan Desa Adat Kelan, Tuban dan Puri Agung Kesiman. Sejarah Pura Sakenan tertuang dalam Purana Sakenan yang menyebutkan Pura Sakenan merupakan pura penangluk merana yang artinya berfungsi sebagai penetralisir alam dari hama penyakit. "Hampir setiap desa adat memiliki penyiwian (sungsungan) Pura Sakenan. Karena berada di tengah laut, maka Pura Sakenan dikatakan sebagai penangluk merana," ujar IB Pidada. * in
1
Komentar