Desa Adat Buleleng Pelatihan Eco Enzyme
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah krama Desa Adat Buleleng, Kecamatan Buleleng, dilatih membuat cairan eco enzyme dari sampah organik.
Pelatihan ini, untuk mengenalkan eco enzyme serta mengajak masyarakat menjaga lingkungan. Krama diedukasi memanfaatkan limbah dapur menjadi eco enzyme. Cairan ini diyakini memiliki segudang kegunaan dan manfaat yang baik untuk lingkungan.
Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, selain digunakan untuk kebersihan lingkungan, eco enzyme juga bisa digunakan sebagai obat. "Kami sudah membuktikan gatal-gatal yang luka itu dioleskan eco enzyme murni itu cepat sekali sembuh. Untuk kesuburan tanah juga bisa," kata Sutrisna, Kamis (18/8) pagi
Pelatihan diikuti oleh krama, perwakilan dari Kelian Banjar, ibu-ibu PKK, anggota LPD, hingga Penyuluh Bahasa Bali. Tak hanya itu, pelatihan tersebut juga menyasar generasi muda di Desa Adat Buleleng. Nantinya, mereka diharapkan bisa memberikan edukasi ke masyarakat terkait kegunaan dan manfaat dari eco enzyme.
"Kami ikutkan para generasi muda ini agar bisa mengedukasi, baik itu lebih kecil maupun yang lebih besar. Karena generasi muda di sini benar-benar aktif. Jadi harapannya mereka mengedukasi kramanya dan membuat eco enzyime, untuk menjaga alam ini," terangnya.
Di tempat yang sama, Ketua komunitas Eco Enzyme Nusantara Buleleng Feri Tanaya mengatakan, pembuatan eco enzyme ini mudah untuk dilakukan. Adapun bahan-bahan yang digunakan seperti kulit buah, dan bantang sayur. Kemudian siapakan wadah berbahan plastic yang tak mudah pecah. Karena nantinya dalam proses pembuatan eco enzyme ini akan mengeluarkan gas. Jika wadah tersebut kapasitasnya 1,5 liter, maka wadah tersebut diisi air sebanyak 1 liter, gula atau molase 100 gram dan bahan organik 300 gram.
"Panen bisa dilakukan setelah 90 hari atau 3 bulan. Tidak boleh ditawar. Setelah dipanen lalu disaring, agar mendapat cairan yang bening," katanya.
Menurut Feri, saat ini belum bisa dilakukan pembuatan eco enzyme dari bahan bunga karena bisa menghambat proses fermentasi. Namun, jika pembuat eco enzyme ingin menambahkan aroma bunga bisa ditambahkan setelah eco enzyme itu dipanen. "Bunga bisa disiapkan saat membuat aroma. Kalau mau beraroma kita tambahkan wangi bunga yang kita mau, diamkan selama satu bulan," jelasnya.
Feri menambahkan, komunitas yang diketuainya terbentuk sejak Maret 2020 lalu. Saat ini, anggota dari komunitas tersebut sudah mencapai ratusan orang. "Komunitas eco enzyme di Buleleng sudah banyak, anggotanya sudah sampai ratusan. Belum lagi yang di desa-desa," ungkap Feri. *mz
Komentar