Koster Dorong Pembentukan BUMD Pangan
Salah Satu Upaya Kendalikan Inflasi di Bali
Dikatakan dengan adanya BUMD Pangan, petani misalnya tak harus menjual gabahnya dengan harga murah kepada tengkulak, karena keperluan mendesak.
DENPASAR, NusaBali
Tim Pengendalian Inflasi Daerah Bali (TPID Bali) melaksanakan High Level Meeting (HLM) di Balai Gajah, Jaya Sabha, Denpasar pada, Selasa (16/8) lalu. Pertemuan dipimpin Gubernur Bali Wayan Koster didampingi Sekda Dewa Made Indra dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KpwBI Bali) Trisno Nugroho. HLM ini membahas kondisi inflasi Bali yang pada Juli mencapai 6,73 persen (YoY atau tahunan). Angka tersebut di atas rata-rata nasional yang hanya 3,1 persen. Terkait upaya pengendalian inflasi, Gubernur Koster mendorong Bupati/Walikota untuk membentuk BUMD Pangan demi membantu pemerintah menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok.
Dalan arahannya Gubernur Koster menyampaikan Bali sebelumnya belum pernah mengalami inflasi sampai 6,73 persen. Karena biasanya inflasi Bali selalu di bawah nasional. Indikator makronya biasanya selalu lebih baik dari nasional, baik pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran hingga unsur-unsur mikronya lebih baik. “Maka diperlukan ekstra effort (upaya) untuk menanganinya ke depan,” tegasnya dalam rapat yang juga dihadiri pimpinan instansi vertikal (Pusat), para kepala dinas/pimpinan OPD dan TPID Kabupaten/Kota se Bali ini.
Terkait upaya pengendalian inflasi Gubernur Koster mendorong Bupati/Walikota untuk membentuk BUMD Pangan untuk membantu pemerintah menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok. Diharapkan, paling lambat sampai akhir tahun ini semua kabupaten/kota di Bali sudah punya BUMD Pangan.
“BUMD Pangan itu harus memiliki skema permodalan yang bagus,” ujarnya. Dengan demikian bisa membeli secara cash kepada petani, seperti gabah. Dikatakan dengan adanya BUMD Pangan, petani misalnya tak harus menjual gabahnya dengan harga murah kepada tengkulak, karena keperluan mendesak.
Sementara dalam penjelasan persnya usai pertemuan Gubernur Koster menyatakan pada triwulan II 2022 ekonomi Bali mengalami pertumbuhan 3,04 persen. Hanya saja pertumbuhan tersebut diimbangi kenaikan inflasi yang cukup tinggi, tidak sepadan dengan pertumbuhan ekonomi. “Ini kurang baik. Semestinya pertumbuhan dan tingkat inflasi berimbang. Malah kalau bisa inflasi lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Itu yang paling sehat sebenarnnya,” ujarnya.
Karena itulah kata Gubernur Koster, pihaknya sudah dapat masukan dari Kepala BI Bali Bali Trisno Nugroho, untuk segera mengambil langkah-langkah pengendalian inflasi dalam jangka pendek. “Kami sudah diskusi tadi secara mendalam dengan Sekda, Asisten yang mewakili bupati/walikota” ujarnya. Dalam jangka pendek akan mengambil langkah pengendalian inflasi sampai bulan Desember nanti.
Dia juga menyatakan agar dilakukan manajemen secara berkelanjutan yang permanen untuk selalu memantau perkembangan ekonomi makro di Bali. Dari sisi pertumbuhannya, inflasi, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran serta faktor-faktor yang menjadi penentu pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dikatakan Gubernur Koster, hal itu sudah dipetakan secara umum, namun akan didalami lagi. Lanjutnya sudah pula disepakati bagaimana agar perekonomian Bali bisa dikelola dengan baik ke depan.
HLM juga ditandai dengan Deklarasi Dukungan Kepala Daerah Terhadap Pelaksnaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) Guna Menjaga Kestabilan Harga Pangan. Selain itu pemberian bantuan bibit cabai dari BI Provinsi Bali kepada TPID Kabupaten/Kota.
Dikatakan Gubernur Koster, pemberian bantuan bibit cabai sebagai simbol untuk membangun spirit menggerakkan perekonomian rakyat yang menyediakan kebutuhan pokok terutama cabai. “Cabai dan bawang,” ujar Gubernur Koster. Karena lanjut Gubernur, faktor penyebab tingginya inflasi di Bali antara lain tingginya harga cabai dan dinamika harga bawang merah.
Karena itu dari Bank Indonesia berinisiatif dan merupakan gerakan secara nasional oleh Bank Indonesia. Bibit ini langsung ditanam bekerjasama dengan PKK. Dimana PKK ada program ‘Hatinya PKK’. Berkebun cabai di bekakang rumah.
“Tetapi tidak hanya di situ. Kita harus memikirkan bagaimana agar produksi cabai dan konsumsi cabai di Bali dapat diatasi dengan manajemen yang baik, sehingga dapat menstabilkan harga. Termasuk juga komoditas yang lain, bawang putih, bawang merah beras, telur, buah-buahan maupun sayur-sayuran,” katanya.
Disampaikan Gubernur ini momentum untuk memperkuat kesadaran, dalam rangka menyeimbangkan struktur perekonomian Bali supaya tidak didominasi satu sektor pariwisata saja. Melakukan transformasi, diantaranya adalah pertanian dan harus dorong secara bersama-sama. Sebelumnya Kepala BI Provinsi Bali Trisno Nugroho memaparkan dinamika perkembangan ekonomi Bali sampai dengan komoditas-komoditas yang mendorong terjadinya inflasi. Pihaknya merekomendasikan langkah-langkah untuk menangani inflasi jangka pendek dan jangka panjang. Tentang pertumbuhan pada kuartal II 2022, ekonomi Bali tumbuh 3,04 persen. Kata Trisno Nugroho perlu kerja lebih keras lagi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali. Karena dengan pertumbuhan 3,04 persen tersebut Bali masih berada pada 5 besar di bawah (dari 34 provinsi). Padahal biasanya Bali berada di 5 top atau 5 besar nasional pertumbuhan ekonominya. “Kita masih kerja keras lagi,” ucap Trisno Nugroho tentang pertumbuhan ekonomi Bali tersebut.
Sebelumnya di awal arahannya Gubernur Koster mengingatkan,masalah yang dibahas dalam HLM masalah penting, karena itu seharusnya bupati/walikota hadir. Seorang kepala daerah, kata Gubernur Koster harus memahami kondisi ekonomi daerahnya. Memahami perkembangan terkait ekonomi makro, inflasi, pertumbuhan dan sektor-sektor yang berpengaruh terhadap ekonomi. “Bagaimana tingkat kemiskinanannya, bagaimana penganggurannya… blaa…blaa…Jadi harus tahu. Jangan ini situasi di lepas..,” ujar Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. *k17
Dalan arahannya Gubernur Koster menyampaikan Bali sebelumnya belum pernah mengalami inflasi sampai 6,73 persen. Karena biasanya inflasi Bali selalu di bawah nasional. Indikator makronya biasanya selalu lebih baik dari nasional, baik pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran hingga unsur-unsur mikronya lebih baik. “Maka diperlukan ekstra effort (upaya) untuk menanganinya ke depan,” tegasnya dalam rapat yang juga dihadiri pimpinan instansi vertikal (Pusat), para kepala dinas/pimpinan OPD dan TPID Kabupaten/Kota se Bali ini.
Terkait upaya pengendalian inflasi Gubernur Koster mendorong Bupati/Walikota untuk membentuk BUMD Pangan untuk membantu pemerintah menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok. Diharapkan, paling lambat sampai akhir tahun ini semua kabupaten/kota di Bali sudah punya BUMD Pangan.
“BUMD Pangan itu harus memiliki skema permodalan yang bagus,” ujarnya. Dengan demikian bisa membeli secara cash kepada petani, seperti gabah. Dikatakan dengan adanya BUMD Pangan, petani misalnya tak harus menjual gabahnya dengan harga murah kepada tengkulak, karena keperluan mendesak.
Sementara dalam penjelasan persnya usai pertemuan Gubernur Koster menyatakan pada triwulan II 2022 ekonomi Bali mengalami pertumbuhan 3,04 persen. Hanya saja pertumbuhan tersebut diimbangi kenaikan inflasi yang cukup tinggi, tidak sepadan dengan pertumbuhan ekonomi. “Ini kurang baik. Semestinya pertumbuhan dan tingkat inflasi berimbang. Malah kalau bisa inflasi lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Itu yang paling sehat sebenarnnya,” ujarnya.
Karena itulah kata Gubernur Koster, pihaknya sudah dapat masukan dari Kepala BI Bali Bali Trisno Nugroho, untuk segera mengambil langkah-langkah pengendalian inflasi dalam jangka pendek. “Kami sudah diskusi tadi secara mendalam dengan Sekda, Asisten yang mewakili bupati/walikota” ujarnya. Dalam jangka pendek akan mengambil langkah pengendalian inflasi sampai bulan Desember nanti.
Dia juga menyatakan agar dilakukan manajemen secara berkelanjutan yang permanen untuk selalu memantau perkembangan ekonomi makro di Bali. Dari sisi pertumbuhannya, inflasi, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran serta faktor-faktor yang menjadi penentu pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dikatakan Gubernur Koster, hal itu sudah dipetakan secara umum, namun akan didalami lagi. Lanjutnya sudah pula disepakati bagaimana agar perekonomian Bali bisa dikelola dengan baik ke depan.
HLM juga ditandai dengan Deklarasi Dukungan Kepala Daerah Terhadap Pelaksnaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) Guna Menjaga Kestabilan Harga Pangan. Selain itu pemberian bantuan bibit cabai dari BI Provinsi Bali kepada TPID Kabupaten/Kota.
Dikatakan Gubernur Koster, pemberian bantuan bibit cabai sebagai simbol untuk membangun spirit menggerakkan perekonomian rakyat yang menyediakan kebutuhan pokok terutama cabai. “Cabai dan bawang,” ujar Gubernur Koster. Karena lanjut Gubernur, faktor penyebab tingginya inflasi di Bali antara lain tingginya harga cabai dan dinamika harga bawang merah.
Karena itu dari Bank Indonesia berinisiatif dan merupakan gerakan secara nasional oleh Bank Indonesia. Bibit ini langsung ditanam bekerjasama dengan PKK. Dimana PKK ada program ‘Hatinya PKK’. Berkebun cabai di bekakang rumah.
“Tetapi tidak hanya di situ. Kita harus memikirkan bagaimana agar produksi cabai dan konsumsi cabai di Bali dapat diatasi dengan manajemen yang baik, sehingga dapat menstabilkan harga. Termasuk juga komoditas yang lain, bawang putih, bawang merah beras, telur, buah-buahan maupun sayur-sayuran,” katanya.
Disampaikan Gubernur ini momentum untuk memperkuat kesadaran, dalam rangka menyeimbangkan struktur perekonomian Bali supaya tidak didominasi satu sektor pariwisata saja. Melakukan transformasi, diantaranya adalah pertanian dan harus dorong secara bersama-sama. Sebelumnya Kepala BI Provinsi Bali Trisno Nugroho memaparkan dinamika perkembangan ekonomi Bali sampai dengan komoditas-komoditas yang mendorong terjadinya inflasi. Pihaknya merekomendasikan langkah-langkah untuk menangani inflasi jangka pendek dan jangka panjang. Tentang pertumbuhan pada kuartal II 2022, ekonomi Bali tumbuh 3,04 persen. Kata Trisno Nugroho perlu kerja lebih keras lagi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali. Karena dengan pertumbuhan 3,04 persen tersebut Bali masih berada pada 5 besar di bawah (dari 34 provinsi). Padahal biasanya Bali berada di 5 top atau 5 besar nasional pertumbuhan ekonominya. “Kita masih kerja keras lagi,” ucap Trisno Nugroho tentang pertumbuhan ekonomi Bali tersebut.
Sebelumnya di awal arahannya Gubernur Koster mengingatkan,masalah yang dibahas dalam HLM masalah penting, karena itu seharusnya bupati/walikota hadir. Seorang kepala daerah, kata Gubernur Koster harus memahami kondisi ekonomi daerahnya. Memahami perkembangan terkait ekonomi makro, inflasi, pertumbuhan dan sektor-sektor yang berpengaruh terhadap ekonomi. “Bagaimana tingkat kemiskinanannya, bagaimana penganggurannya… blaa…blaa…Jadi harus tahu. Jangan ini situasi di lepas..,” ujar Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. *k17
1
Komentar