Kompor Jenazah Meledak, 9 Orang Alami Luka Bakar
Petaka Saat Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Blahbatuh
Sejumlah krama di TKP menjadi korban. Luka bakar diderita oleh petugas kompor dan warga masyarakat yang berada di sekitar lokasi pembakaran.
GIANYAR, NusaBali
Petaka terjadi saat prosesi pembakaran petulangan puncak Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) petang pukul 19.30 Wita. Tabung minyak dari pembakaran petulangan diduga bocor hingga menyebabkan terjadinya ledakan hebat. Sedikitnya 9 orang krama dilarikan ke IGD RSUD Sanjiwani Gianyar. Satu diantaranya masih anak-anak, 3 tukang kompor dan 5 lainnya krama setempat.
Pantauan di IGD RSUD Sanjiwani, para korban mulai memenuhi IGD sekitar pukul 20.30 Wita. Kepanikan pun terlihat, baik keluarga, krama dan petugas yang mengantarkan korban maupun petugas medis RSUS Sanjiwani. Kondisi para korban cukup mengenaskan. Sebagian besar pakaian yang dikenakan para korban telah hangus menyatu dengan kulit. Begitu pula bagian kulit dari ujung kepala hingga kaki tampak melepuh. Bahkan ada yang wajahnya hangus menghitam.
Rata-rata mengalami luka bakar serius. Tangisan para kerabat tak terbendung di area rumah sakit terbesar di Bali timur ini. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pembakaran petulangan sudah berlangsung sekitar 30 menit. Pada pembakaran sesi terakhir, pada petulangan Singa yang lokasinya paling ujung selatan tiba-tiba terjadi ledakan. Mirisnya, ledakan besar terjadi saat warga sedang berkerumun. "Tiba-tiba ada ledakan dan seluruh areal dikepung api. Tabungnya loncat ke atas," ungkap salah satu korban luka bakar ringan, Gusti Yuliantara saat ditemui di IGD RSUD Sanjiwani.
Dalam situasi tersebut, Gusti Yuliantara mengaku tak bisa berbuat banyak ketika melihat langsung kerabatnya bermandikan api. "Semua terbakar seluruh tubuhnya," ungkapnya. Gusti Yuliantara pun mencoba menyelamatkan diri dengan cara merayap di tanah. "Saya merayap dan terbakar di bagian tangan kanan ini saja," ungkapnya. Mengenai penyebab ledakan, Gusti Yuliantara pun tak mengetahui pasti. Namun dari informasi di lapangan menyebutkan sebelum kejadian ada tercium bau gas atau BBM bocor.
Dari awal pembakaran krama menduga tabung yang digunakan sudah bocor. Hal itu diketahui dari upaya tukang kompor menutupi kebocoran dengan melilitkan kain pada bagian yang bocor. Terlebih lagi, satu tabung dicabangkan ke beberapa sumbu pembakaran. Bahkan ledakan terjadi di saat tukang kompor sedang mencoba mengecek kondisi tabung. Dari pendataan di IGD RSU Sanjiwani tercatat 9 orang korban terluka bakar parah.
Satu di antaranya seorang anak berusia 11 tahun. Tiga orang tukang kompor dan 5 krama. Korban dipastikan melebihi jumlah tersebut, namun dibawa ke rumah sakit lainnya. Beberapa korban yang terdata di IGD Sanjiwani diantaranya, Gusti Budiasa, Gusti Pradita,11, Gian, Gusti Nyoman Gede, Gusti Mukiana dan Gusti Yuliantara.
Kapolsek Blahbatuh Kompol I Made Tama mengatakan petaka pada prosesi Ngaben Massal di Desa Adat Selat, Desa Belega ini diduga karena tabung minyak kompor pembakaran jenazah meledak saat digunakan di kuburan setempat. Ledakan terjadi pada, Jumat (19/8) pukul 19.30 Wita. Polisi sudah meminta keterangan dari sejumlah saksi yang terkait. Di antaranya I Made Suweta alias Pak Kade selaku pemilik kompor pembakaran mayat asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring; Bendesa Adat Selat I Made Arto,50; serta Kelompok Arya Tanmundur Kadek Pariono,50.
Dari keterangan para saksi, bahwa sedang berlangsung kegiatan upacara ngaben masal yang diikuti oleh 14 kelompok dan 64 sawa dengan melakukan pembakaran terhadap tulang belulang atau kerangka jenazah dan prasarana upacara ngaben masal mulai pukul 18.30 Wita.
Pembakaran awalnya berlangsung lancar, namun sekira pukul 19.30 Wita terjadi peristiwa kebakaran. Api diduga berasal dari tabung minyak kompor jenazah di lokasi pembakaran sawa kelompok Arya Tanmundur yang berisi solar tiba-tiba meledak. Mengakibatkan terjadi kebakaran. Bahkan sejumlah krama yang berada di TKP menjadi korban. Luka bakar diderita oleh petugas kompor dan warga masyarakat yang berada di sekitar lokasi pembakaran.
"Keterangan dari pemilik kompor jenazah bahwa kompor pembakaran jenasah digunakan sebanyak 7 kompor dengan menggunakan 5 buah tabung minyak dan satu unit kompresor dengan menggunakan bahan bakar solar dan kompresor menggunakan bahan bakar pertalite," jelas Kompol Tama yang mantan Kapolsek Ubud ini.
Adapun 9 korban yang terdata diantaranya I Ketut Muliana,49, kedua jari tangan melepuh; Ketut Adi Wiranata,32, tukang kompor sekujur tubuhnya melepuh dan luka pada kedua tangan; I Gusti Nyoman Gede,60, mengalami siku tangan kiri luka; I Kadek Dwi Putra Jaya,32, tukang kompor mengalami luka melepuh sekujur tubuh; I Gusti Ngurah Pradita,11, bocah mengalami luka melepuh pada bagian tubuh; Bagus Oscar, 34, tukang kompor mengalami luka lmelepuh sekujur tubuh; I Gusti Made Budiarta,50, mengalami luka melepuh pada sekujur tubuh; I Kadek Gian Pramana Putra,15, mengalami luka bakar sekujur tubuh; dan Gusti Ketut Wiriantara,38, mengalami luka bakar ringan.
Mengatasi musibah ini, Polsek Blahbatuh telah berkoordinasi dengan Damkar Gianyar untuk pemadaman Api sebanyak 3 Unit, Mobil ambulan dari PMI Gianyar sebanyak 1 Unit. "Korban yang mengalami luka bakar sudah dibawa ke RSUD Sanjiwani Gianyar," jelas Kompol Tama. Terpisah, dua unit mobil pemadam kebakaran masih disiagakan di TKP hingga Jumat (19/8) malam untuk mengamankan situasi. Pemilik kompor, I Made Suarta, ditemui di lokasi mengatakan pihaknya membawa 7 kompor dengan 5 tabung minyak berukuran besar.
Dia juga tidak mengetahui pasti kenapa kompornya bisa meledak. Sebab sebelum digunakan sudah dilakukan pengecekan. Kata dia, kompornya menggunakan bahan bakar solar dengan pompa mengggunakan bensin. Tabungnya telah dimodifikasi. Ukurannya lebih besar dari tabung gas biasa. "Saya juga tidak tahu situasinya tadi, tidak menyangka kejadiannya bisa seperti ini," ujarnya panik.
Sementara Kelian Adat Selat Belega, I Wayan Suartawan mengatakan terdapat 60 sawa dalam pengaben masal tersebut. Dia tidak tahu persis kronologisnya. Sebab saat kejadian sedang mempersiapakan keperluan untuk Nganyut yang dijadwalkan, Sabtu (20/8) hari ini. Sehingga saat terjadinya insiden tersebut dia tidak berada di lokasi. Mendengar kabar dan situasi dari masyarakat dia pun sempat gemetar. "Saya sedang tidak di lokasi, tiba-tiba mendengar laporan tersebut dari masyarakat saya jadi gemetar," ujarnya.
Dia mengatakan terdapat 9 orang mengalami luka bakar sedang mendapat perawatan di RSUD Sanjiwani. "Semua dalam keadaan tertangani, mudah-mudahan semua korban baik-baik saja," harapnya. Dikonfirmasi terpisah, Camat Blahbatuh Wayan Gede Eka Putra mengatakan jika saat ini pihaknya masih fokus pada penanganan warganya yang menjadi korban. “Sebab ada yang harus dirujuk ke RSUP Sanglah karena memang mengalami luka bakar cukup parah,” tegasnya. Ditambahkannya jika ada 9 orang korban yang dilarikan ke IGD RSU Sanjiwani, dan yang mengalami luka bakar parah sebanyak 3 orang. “Ya jadi yang akan dibawa ke RSUP Sanglah itu ada 3 orang,” imbuhnya.
Dirinya sendiri mengaku tidak mengetahui pasti bagaimana kronologi peristiwa tersebut, hanya saja memang warga Desa Adat Selat tengah melaksanakan upacara Ngaben Massal. “Ya warga di Selat memang sedang ada upacara Ngaben,” ujar Camat Eka Putra saat dihubungi semalam. *nvi
Pantauan di IGD RSUD Sanjiwani, para korban mulai memenuhi IGD sekitar pukul 20.30 Wita. Kepanikan pun terlihat, baik keluarga, krama dan petugas yang mengantarkan korban maupun petugas medis RSUS Sanjiwani. Kondisi para korban cukup mengenaskan. Sebagian besar pakaian yang dikenakan para korban telah hangus menyatu dengan kulit. Begitu pula bagian kulit dari ujung kepala hingga kaki tampak melepuh. Bahkan ada yang wajahnya hangus menghitam.
Rata-rata mengalami luka bakar serius. Tangisan para kerabat tak terbendung di area rumah sakit terbesar di Bali timur ini. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pembakaran petulangan sudah berlangsung sekitar 30 menit. Pada pembakaran sesi terakhir, pada petulangan Singa yang lokasinya paling ujung selatan tiba-tiba terjadi ledakan. Mirisnya, ledakan besar terjadi saat warga sedang berkerumun. "Tiba-tiba ada ledakan dan seluruh areal dikepung api. Tabungnya loncat ke atas," ungkap salah satu korban luka bakar ringan, Gusti Yuliantara saat ditemui di IGD RSUD Sanjiwani.
Dalam situasi tersebut, Gusti Yuliantara mengaku tak bisa berbuat banyak ketika melihat langsung kerabatnya bermandikan api. "Semua terbakar seluruh tubuhnya," ungkapnya. Gusti Yuliantara pun mencoba menyelamatkan diri dengan cara merayap di tanah. "Saya merayap dan terbakar di bagian tangan kanan ini saja," ungkapnya. Mengenai penyebab ledakan, Gusti Yuliantara pun tak mengetahui pasti. Namun dari informasi di lapangan menyebutkan sebelum kejadian ada tercium bau gas atau BBM bocor.
Dari awal pembakaran krama menduga tabung yang digunakan sudah bocor. Hal itu diketahui dari upaya tukang kompor menutupi kebocoran dengan melilitkan kain pada bagian yang bocor. Terlebih lagi, satu tabung dicabangkan ke beberapa sumbu pembakaran. Bahkan ledakan terjadi di saat tukang kompor sedang mencoba mengecek kondisi tabung. Dari pendataan di IGD RSU Sanjiwani tercatat 9 orang korban terluka bakar parah.
Satu di antaranya seorang anak berusia 11 tahun. Tiga orang tukang kompor dan 5 krama. Korban dipastikan melebihi jumlah tersebut, namun dibawa ke rumah sakit lainnya. Beberapa korban yang terdata di IGD Sanjiwani diantaranya, Gusti Budiasa, Gusti Pradita,11, Gian, Gusti Nyoman Gede, Gusti Mukiana dan Gusti Yuliantara.
Kapolsek Blahbatuh Kompol I Made Tama mengatakan petaka pada prosesi Ngaben Massal di Desa Adat Selat, Desa Belega ini diduga karena tabung minyak kompor pembakaran jenazah meledak saat digunakan di kuburan setempat. Ledakan terjadi pada, Jumat (19/8) pukul 19.30 Wita. Polisi sudah meminta keterangan dari sejumlah saksi yang terkait. Di antaranya I Made Suweta alias Pak Kade selaku pemilik kompor pembakaran mayat asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring; Bendesa Adat Selat I Made Arto,50; serta Kelompok Arya Tanmundur Kadek Pariono,50.
Dari keterangan para saksi, bahwa sedang berlangsung kegiatan upacara ngaben masal yang diikuti oleh 14 kelompok dan 64 sawa dengan melakukan pembakaran terhadap tulang belulang atau kerangka jenazah dan prasarana upacara ngaben masal mulai pukul 18.30 Wita.
Pembakaran awalnya berlangsung lancar, namun sekira pukul 19.30 Wita terjadi peristiwa kebakaran. Api diduga berasal dari tabung minyak kompor jenazah di lokasi pembakaran sawa kelompok Arya Tanmundur yang berisi solar tiba-tiba meledak. Mengakibatkan terjadi kebakaran. Bahkan sejumlah krama yang berada di TKP menjadi korban. Luka bakar diderita oleh petugas kompor dan warga masyarakat yang berada di sekitar lokasi pembakaran.
"Keterangan dari pemilik kompor jenazah bahwa kompor pembakaran jenasah digunakan sebanyak 7 kompor dengan menggunakan 5 buah tabung minyak dan satu unit kompresor dengan menggunakan bahan bakar solar dan kompresor menggunakan bahan bakar pertalite," jelas Kompol Tama yang mantan Kapolsek Ubud ini.
Adapun 9 korban yang terdata diantaranya I Ketut Muliana,49, kedua jari tangan melepuh; Ketut Adi Wiranata,32, tukang kompor sekujur tubuhnya melepuh dan luka pada kedua tangan; I Gusti Nyoman Gede,60, mengalami siku tangan kiri luka; I Kadek Dwi Putra Jaya,32, tukang kompor mengalami luka melepuh sekujur tubuh; I Gusti Ngurah Pradita,11, bocah mengalami luka melepuh pada bagian tubuh; Bagus Oscar, 34, tukang kompor mengalami luka lmelepuh sekujur tubuh; I Gusti Made Budiarta,50, mengalami luka melepuh pada sekujur tubuh; I Kadek Gian Pramana Putra,15, mengalami luka bakar sekujur tubuh; dan Gusti Ketut Wiriantara,38, mengalami luka bakar ringan.
Mengatasi musibah ini, Polsek Blahbatuh telah berkoordinasi dengan Damkar Gianyar untuk pemadaman Api sebanyak 3 Unit, Mobil ambulan dari PMI Gianyar sebanyak 1 Unit. "Korban yang mengalami luka bakar sudah dibawa ke RSUD Sanjiwani Gianyar," jelas Kompol Tama. Terpisah, dua unit mobil pemadam kebakaran masih disiagakan di TKP hingga Jumat (19/8) malam untuk mengamankan situasi. Pemilik kompor, I Made Suarta, ditemui di lokasi mengatakan pihaknya membawa 7 kompor dengan 5 tabung minyak berukuran besar.
Dia juga tidak mengetahui pasti kenapa kompornya bisa meledak. Sebab sebelum digunakan sudah dilakukan pengecekan. Kata dia, kompornya menggunakan bahan bakar solar dengan pompa mengggunakan bensin. Tabungnya telah dimodifikasi. Ukurannya lebih besar dari tabung gas biasa. "Saya juga tidak tahu situasinya tadi, tidak menyangka kejadiannya bisa seperti ini," ujarnya panik.
Sementara Kelian Adat Selat Belega, I Wayan Suartawan mengatakan terdapat 60 sawa dalam pengaben masal tersebut. Dia tidak tahu persis kronologisnya. Sebab saat kejadian sedang mempersiapakan keperluan untuk Nganyut yang dijadwalkan, Sabtu (20/8) hari ini. Sehingga saat terjadinya insiden tersebut dia tidak berada di lokasi. Mendengar kabar dan situasi dari masyarakat dia pun sempat gemetar. "Saya sedang tidak di lokasi, tiba-tiba mendengar laporan tersebut dari masyarakat saya jadi gemetar," ujarnya.
Dia mengatakan terdapat 9 orang mengalami luka bakar sedang mendapat perawatan di RSUD Sanjiwani. "Semua dalam keadaan tertangani, mudah-mudahan semua korban baik-baik saja," harapnya. Dikonfirmasi terpisah, Camat Blahbatuh Wayan Gede Eka Putra mengatakan jika saat ini pihaknya masih fokus pada penanganan warganya yang menjadi korban. “Sebab ada yang harus dirujuk ke RSUP Sanglah karena memang mengalami luka bakar cukup parah,” tegasnya. Ditambahkannya jika ada 9 orang korban yang dilarikan ke IGD RSU Sanjiwani, dan yang mengalami luka bakar parah sebanyak 3 orang. “Ya jadi yang akan dibawa ke RSUP Sanglah itu ada 3 orang,” imbuhnya.
Dirinya sendiri mengaku tidak mengetahui pasti bagaimana kronologi peristiwa tersebut, hanya saja memang warga Desa Adat Selat tengah melaksanakan upacara Ngaben Massal. “Ya warga di Selat memang sedang ada upacara Ngaben,” ujar Camat Eka Putra saat dihubungi semalam. *nvi
Komentar