Tenun Cagcag Desa Padangan Lesu Pembeli
TABANAN, NusaBali
Tenun Cagcag yang diproduksi warga Banjar Dauh Tukad, Desa Padangan, Kecamatan Pupuan lesu pembeli.
Padahal dalam ajang pameran lokal maupun nasional sudah diundang untuk memasarkan produk. Perbekel Desa Padangan I Wayan Wardhita mengatakan, pemasaran Tenun Cagcag memang terasa lesu. Diperkirakan kondisi ini terkait dengan ekonomi yang belum pulih. Di samping itu hasil tenun yang dibuat warganya ini terbilang premium. "Satu produk harganya sampai Rp 1.000.000," ungkap Wardhita, Jumat (19/8).
Selain harga premium, Tenun Cagcag ini masih dibuat dengan alat tradisional dan memakan waktu pengerjaan satu bulan. Begitu pula bahan yang digunakan lumayan mahal. "Kita masih gunakan alat manual untuk membuatnya ini, jadi bisa sampai satu produk selesai sebulan," katanya.
Pemerintah desa dan pemerintah kabupaten sebenarya sudah membantu mengenalkan produk yang dibuat warga Pupuan ini. Salah satunya sudah diikutsertakan dalam pameran lokal dan nasional. "Sempat waktu ini ikut pameran ke Jakarta, tetapi tidak ada yang beli satu produk pun," tambah Wardhita.
Menurutnya upaya untuk membantu pembuatan Tenun Cagcag ini pemerintah desa sudah membantu membelikan peralatan menenun. Bantuan sudah dianggarkan di tahun 2017. "Kami anggarkan untuk membeli peralatan dari Dana Desa (DD). Jumlahnya saya lupa, karena itu tahun 2017," katanya.
Dia pun berharap dengan adanya potensi penenun di Kecamatan Pupuan, daya beli masyarakat ataupun pejabat terhadap hasil tenun di Tabanan meningkat. "Mudah-mudahan ada para kadis yang mau menggunakan songket," harapnya.
Dengan lesunya pembeli ini, Wardhita menambahkan, penenun Cagcag di Desa Padangan tidak setiap hari berproduksi. Jika ada pesanan baru berproduksi. "Selama mereka tidak produksi, penenun ini menjadi petani. Jadi tidak pekerjaan menenun yang menjadi pekerjaan utama. Kalau hanya mengandalkan itu, tidak bisa makan," tandasnya.*des
Komentar