Eksportir Manggis Berharap Ada Akses Langsung ke China
DENPASAR,NusaBali
Tidak saja stakeholder kepariwisataan, pelaku ekonomi Bali lain yakni eksportir berharap ada penerbangan langsung dari Bali ke China atau sebaliknya.
Pasalnya karena tidak ada penerbangan langsung ke Tiongkok dari Bali menyulitkan eksportir. Kesulitan itu berdampak pada waktu dan biaya. Ketua Asosiasi Manggis Bali Jro Putu Tesan selama ini kegiatan ekspor ke China mau tidak mau harus dilakukan lewat Jakarta. "Karena tidak ada penerbangan direct ke Bali, " ujarnya Minggu(21/8).
Biaya angkut dengan pesawat sekitar Rp 9.000 per kilo, selama 5 jam. Sedangkan bila menggunakan kontainer Rp 2.600 perkilo. Waktunya lumayan yakni 21 hari dari Pelabuhan Tanjung Priok. Bisa juga melalui PelabuhanTanjung Perak, Surabaya.
Hanya saja kapal yang berlayar tujuan China dari Tanjung Perak, hanya 2 kali seminggu. Walaupun sesungguhnya untuk mengirimkan barang dari Bali, jelas lebih cepat ke Tanjung Perak.
Karena itulah kata Jro Putu Tesan, eksportir seperti asosiasi manggis berharap segera ada akses penerbangan langsung dari Denpasar ke China.
"Secara logika tentu lebih murah biayanya dan lebih cepat, " ucap pria asal Pupuan, Tabanan. Apalagi pada Desember hingga Maret 2023 nanti merupakan masa panen manggis di NTB, Bali dan Jawa Timur. Kalau semua normal, tentu pasokan manggis melimpah untuk dikirim. Karena itulah mengantisipasi panen raya Jro Putu Tesan berharap kebijakan penerbangan langsung dari China terwujud.
"Selain bawa wisatawan, pesawat juga bisa angkut manggis dan produk buah lainnya, " ucap Jro Putu Tesan. Walau saat ini belum musim panen, namun ekspor manggis ke Chna sudah mulai. Hanya belum banyak.
"Waktu ini sekitar 20 ton, " ungkap pria yang memimpin asosiasi dengan sekitar 90 perusahan. Manggis diperoleh dari beberapa sentra. Antara lain Tabanan dan Buleleng. *k17
1
Komentar