Putri Koster: Rangkul Desa Adat untuk Turunkan Stunting
Kegiatan Diseminasi Hasil Kajian Disparitas Stunting di Bali
Ketua TP PKK Bali Ny Putri Koster mengajak masyarakat lebih jengah untuk mewujudkan Bali zero stunting.
DENPASAR, NusaBali
Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster menjadi narasumber pada kegiatan Diseminasi Hasil Kajian Riskesdas 2018 Terkait Disparitas Kejadian Stunting pada Balita 0-59 Bulan Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Bali, Selasa (23/8/2022). Terkait percepatan penurunan angka stunting di Provinsi Bali, Ny Putri Koster kembali mendorong peran aktif TP PKK yang punya struktur organisasi lengkap hingga dasa wisma.
“Namanya tim penggerak, ya harus bergerak. Kalau tak bergerak dan tak mampu menggerakkan, namanya bukan TP PKK,” ucapnya, di acara yang mengusung tema ‘Penguatan Pelaksanaan Kebijakan Percepatan Stunting di Provinsi Bali’.
Ditambahkannya, dilihat dari jumlah, Bali menyisakan angka stunting yang relatif kecil karena sudah di bawah rata-rata nasional yaitu 10,9 persen. Kendati demikian, menurutnya angka ini tak boleh dipandang sepele. “Angka stunting daerah Bali memang sudah kecil, tapi masih ada. Jadi tak boleh leha-leha,” tegasnya.
Oleh sebab itu, dia berharap TP PKK aktif mengambil peran dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting. Kader PKK dapat berperan dalam mensosialisasikan pengertian tentang stunting dan dampak yang ditimbulkannya. Karena meskipun istilah itu sudah cukup familiar, tapi dia yakin masih banyak warga yang belum tahu dan paham, terutama mereka yang tinggal di pelosok. Setelah memberitahu apa itu stunting dan dampaknya, sosialisasi bisa dilanjutkan dengan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kelainan pertumbuhan pada anak.
Selain mendorong peran aktif kadernya, Ny Putri Koster selaku Ketua TP PKK Provinsi Bali juga aktif turun langsung melaksanakan dua kegiatan yang berkaitan dengan upaya percepatan penurunan angka stunting. Dua kegiatan itu adalah sosialisasi dan aksi sosial. Untuk meningkatkan pemahaman tentang stunting dan upaya pencegahannya, dia gencar melakukan sosialisasi melalui televisi dan radio. Sedangkan aksi sosial dilaksanakan dengan berbagi sembako ke kabupaten/kota dengan sasaran lansia, balita dengan gizi buruk, dan wanita hamil dengan KEK (kekurangan energi kronik).
Ny Putri Koster menyebut tiga momen krusial yang perlu mendapat perhatian dalam pencegahan stunting. Momen pertama saat remaja putri yang merupakan calon ibu memasuki masa pubertas. Saat itu, keluarga dan lingkungan harus memberi perhatian pada mereka baik dari segi asupan gizi maupun kebiasaan sehari-hari. Remaja putri yang akan menjadi calon ibu diingatkan agar memperhatikan pola makan, karena hal itu nantinya akan sangat berpengaruh pada masa kehamilan. “Asupan gizi yang kurang seimbang pada masa remaja bisa memicu anemia atau kekurangan energi kronik pada masa kehamilan,” ungkapnya.
Selain menjaga asupan makanan, mereka juga diingatkan agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain gadget. Selain menyita waktu dan menjadi kurang produktif, radiasi gadget juga dikhawatirkan berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
Momen kedua adalah saat seorang perempuan mengandung calon buah hati. Untuk mengetahui perkembangan janin, sangat penting bagi ibu hamil memeriksakan kandungan minimal 5 kali selama masa kehamilan. Momen berikutnya adalah ketika anak telah terlahir ke dunia. Pada tahap ini, kaum ibu didukung oleh ayah diingatkan menjaga asupan gizi untuk buah hatinya.
Selain peran aktif TP PKK, dia berpendapat kalau penurunan angka stunting bisa dipercepat melalui sinergi berbagai elemen masyarakat. Salah satu elemen masyarakat yang menurutnya harus dirangkul adalah desa adat.
“Di desa adat itu ada banyak elemen seperti kelompok yowana dan paiketan krama istri. Kalau ini dapat digerakkan, tugas kita akan lebih ringan,” ujar Ny Putri Koster seraya mengajak masyarakat lebih jengah untuk mewujudkan Bali zero stunting.
Dia juga berharap Bali mempunyai pola yang tepat dalam penurunan angka stunting yang bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
Kegiatan diseminasi juga menghadirkan dua pembicara lainnya yaitu Kadis Kesehatan Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom dan Kepala Dinas PMD Dukcapil Provinsi Bali Putu Anom Agustina.
Kadiskes dr Anom menyinggung pentingnya pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil untuk menurunkan angka stunting. Sedangkan Anom Agustina dalam makalahnya memaparkan tentang revitalisasi Posyandu sebagai bagian penting dalam pencegahan stunting. Anom Agustina menyampaikan, saat ini di Bali terdapat 4.821 posyandu yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Keberadaan posyandu ini memiliki arti penting dalam upaya mendeteksi dini keberadaan anak yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembang.
Ketua Tim Peneliti Dr AA Ngurah Kusumajaya menyampaikan bahwa yang dikaji timnya adalah hasil Riskesdas Tahun 2018. Kajian ini diharapkan mampu memberi gambaran bagi tim penurunan angka stunting untuk menetapkan prioritas yang harus digarap. Kegiatan diseminasi melibatkan perwakilan dinas sosial, dinas kesehatan, dinas PMD provinsi dan kabupaten/kota, serta 120 kepala puskesmas.
Acara diakhiri dengan penyerahan hasil penelitian oleh Ngurah Kusumajaya kepada tiga narasumber yaitu Ketua TP PKK Bali Ny Putri Koster, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr I Nyoman Gede Anom, dan Kepala Dinas PMD Dukcapil Provinsi Bali Putu Anom Agustina. *nat
“Namanya tim penggerak, ya harus bergerak. Kalau tak bergerak dan tak mampu menggerakkan, namanya bukan TP PKK,” ucapnya, di acara yang mengusung tema ‘Penguatan Pelaksanaan Kebijakan Percepatan Stunting di Provinsi Bali’.
Ditambahkannya, dilihat dari jumlah, Bali menyisakan angka stunting yang relatif kecil karena sudah di bawah rata-rata nasional yaitu 10,9 persen. Kendati demikian, menurutnya angka ini tak boleh dipandang sepele. “Angka stunting daerah Bali memang sudah kecil, tapi masih ada. Jadi tak boleh leha-leha,” tegasnya.
Oleh sebab itu, dia berharap TP PKK aktif mengambil peran dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting. Kader PKK dapat berperan dalam mensosialisasikan pengertian tentang stunting dan dampak yang ditimbulkannya. Karena meskipun istilah itu sudah cukup familiar, tapi dia yakin masih banyak warga yang belum tahu dan paham, terutama mereka yang tinggal di pelosok. Setelah memberitahu apa itu stunting dan dampaknya, sosialisasi bisa dilanjutkan dengan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kelainan pertumbuhan pada anak.
Selain mendorong peran aktif kadernya, Ny Putri Koster selaku Ketua TP PKK Provinsi Bali juga aktif turun langsung melaksanakan dua kegiatan yang berkaitan dengan upaya percepatan penurunan angka stunting. Dua kegiatan itu adalah sosialisasi dan aksi sosial. Untuk meningkatkan pemahaman tentang stunting dan upaya pencegahannya, dia gencar melakukan sosialisasi melalui televisi dan radio. Sedangkan aksi sosial dilaksanakan dengan berbagi sembako ke kabupaten/kota dengan sasaran lansia, balita dengan gizi buruk, dan wanita hamil dengan KEK (kekurangan energi kronik).
Ny Putri Koster menyebut tiga momen krusial yang perlu mendapat perhatian dalam pencegahan stunting. Momen pertama saat remaja putri yang merupakan calon ibu memasuki masa pubertas. Saat itu, keluarga dan lingkungan harus memberi perhatian pada mereka baik dari segi asupan gizi maupun kebiasaan sehari-hari. Remaja putri yang akan menjadi calon ibu diingatkan agar memperhatikan pola makan, karena hal itu nantinya akan sangat berpengaruh pada masa kehamilan. “Asupan gizi yang kurang seimbang pada masa remaja bisa memicu anemia atau kekurangan energi kronik pada masa kehamilan,” ungkapnya.
Selain menjaga asupan makanan, mereka juga diingatkan agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain gadget. Selain menyita waktu dan menjadi kurang produktif, radiasi gadget juga dikhawatirkan berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
Momen kedua adalah saat seorang perempuan mengandung calon buah hati. Untuk mengetahui perkembangan janin, sangat penting bagi ibu hamil memeriksakan kandungan minimal 5 kali selama masa kehamilan. Momen berikutnya adalah ketika anak telah terlahir ke dunia. Pada tahap ini, kaum ibu didukung oleh ayah diingatkan menjaga asupan gizi untuk buah hatinya.
Selain peran aktif TP PKK, dia berpendapat kalau penurunan angka stunting bisa dipercepat melalui sinergi berbagai elemen masyarakat. Salah satu elemen masyarakat yang menurutnya harus dirangkul adalah desa adat.
“Di desa adat itu ada banyak elemen seperti kelompok yowana dan paiketan krama istri. Kalau ini dapat digerakkan, tugas kita akan lebih ringan,” ujar Ny Putri Koster seraya mengajak masyarakat lebih jengah untuk mewujudkan Bali zero stunting.
Dia juga berharap Bali mempunyai pola yang tepat dalam penurunan angka stunting yang bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
Kegiatan diseminasi juga menghadirkan dua pembicara lainnya yaitu Kadis Kesehatan Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom dan Kepala Dinas PMD Dukcapil Provinsi Bali Putu Anom Agustina.
Kadiskes dr Anom menyinggung pentingnya pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil untuk menurunkan angka stunting. Sedangkan Anom Agustina dalam makalahnya memaparkan tentang revitalisasi Posyandu sebagai bagian penting dalam pencegahan stunting. Anom Agustina menyampaikan, saat ini di Bali terdapat 4.821 posyandu yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Keberadaan posyandu ini memiliki arti penting dalam upaya mendeteksi dini keberadaan anak yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembang.
Ketua Tim Peneliti Dr AA Ngurah Kusumajaya menyampaikan bahwa yang dikaji timnya adalah hasil Riskesdas Tahun 2018. Kajian ini diharapkan mampu memberi gambaran bagi tim penurunan angka stunting untuk menetapkan prioritas yang harus digarap. Kegiatan diseminasi melibatkan perwakilan dinas sosial, dinas kesehatan, dinas PMD provinsi dan kabupaten/kota, serta 120 kepala puskesmas.
Acara diakhiri dengan penyerahan hasil penelitian oleh Ngurah Kusumajaya kepada tiga narasumber yaitu Ketua TP PKK Bali Ny Putri Koster, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr I Nyoman Gede Anom, dan Kepala Dinas PMD Dukcapil Provinsi Bali Putu Anom Agustina. *nat
Komentar