Pakis Harus Berperan Aktif soal Penanganan Sampah
Webinar Peran Krama Istri Dalam Pengelolaan Sampah Ring Utama Mandala Pura/Pamerajan
Ny Putri Koster berharap keberadaan Pakis di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota se-Bali, berperan nyata dalam membangun kesadaran, mengedukasi, serta mensosialisasikan kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah yang dilakukan di desa.
DENPASAR, NusaBali
Manggala Utama Paiketan Krama Istri (Pakis) Bali Ny Putri Koster mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian pura atau tempat suci lainnya, yang salah satunya dengan tidak mengotori pura dengan sampah yang kita hasilkan dari banten ataupun upakara, baik itu berupa sampian, canang maupun bunga. Hal ini dapat dimulai dengan meniadakan tong sampah di areal utama mandala pura ataupun parahyangan, sehingga tidak ada sampah yang mengotori kawasan suci tersebut.
Hal itu dikemukakan Ny Putri Koster saat membuka secara daring webinar bertema ‘Peran Krama Istri Dalam Pengelolaan Sampah Ring Utama Mandala Pura/Pamerajan (Parahyangan)’, dari Ruang Podcast, Jayasabha, Denpasar pada Buda Paing Uye, Rabu (24/8/2022).
Mengawali arahannya, Ny Putri Koster menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Bapak Gubernur Wayan Koster memberi perhatian penuh terkait pengelolaan sampah, sebagai bagian dari upaya bersama dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan terbitnya sejumlah regulasi terkait pengelolaan sampah, di antaranya Pergub 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber serta Keputusan Gubernur 381/03-P/HK/2021 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat .
Ny Putri Koster menambahkan sistem pengelolaan sampah sangat penting dan mendesak, lantaran kita menghasilkan sampah baik itu sampah organik maupun non organik, hampir 5 ton per hari. Karenanya, sistem dan pola pengelolaan sampah yang tepat sangat diperlukan.
Seperti diketahui bersama, sistem yang berjalan selama ini sampah hanya berpindah tempat saja. Sampah dari rumah tangga atau sumbernya dikumpulkan lalu dipindahkan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Ini akan menjadi bom waktu untuk kita semua, dan sudah terbukti gunungan sampah menumpuk di TPA Suwung, Denpasar Selatan, dan hingga saat ini belum tersolusikan.
Untuk itu perlu dibangun suatu sistem ataupun pola yang dimulai dari adanya kesadaran bersama untuk mulai mengolah sampah yang dihasilkan langsung dari sumbernya baik itu rumah tangga, pasar ataupun yang lainnya. Sangat perlu dibangun sistem pengelolaan sampah di masing-masing desa sesuai dengan inovasi, ide, serta kondisi dari masing-masing desa di bawah komando kepala desa. Dengan demikian paling jauh sampah itu dikelola sampai di desa, dengan sistem dan pola yang disepakati ataupun diatur dalam awig-awig desa.
Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri, ini juga menyampaikan keberadaan Pakis yang tersebar di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-Bali, dapat mengambil peran nyata dalam membangun kesadaran, mengedukasi, serta mensosialisasikan kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah yang dilakukan di desa. Pakis tidak hanya menjadi contoh tetapi juga mengingatkan dan mendorong masyarakat, bahwa pengolahan sampah menjadi tanggung jawab bersama, semua harus mengambil peran dalam pengelolaannya sehingga tumbuh kemandirian dari masing-masing untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan di desa, diselesaikan di desa, dengan demikian desaku bersih tanpa mengotori desa lain.
“Kita tumbuhkan kemandirian kita dalam pengelolaan sampah,” ujar Ny Putri Koster. Dalam webinar yang mengangkat tema ‘Peran Krama Istri Dalam Pengelolaan Sampah Ring Utama Mandala Pura/Pamerajan (Parahyangan)’, Ny Putri Koster juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian pura atau tempat suci lainnya, yang salah satunya dengan tidak mengotori pura dengan sampah yang kita hasilkan dari banten ataupun upakara yang kita lakukan, baik itu berupa sampian, canang maupun bunga. Masyarakat diminta tidak membuang sampah di areal utama mandala pura ataupun parahyangan, melainkan sampah yang dihasilkan dibawa kembali ke rumah, kemudian dikelola sesuai dengan sistem dan pola pengelolaan yang ada di masing-masing desa. Hal ini dapat dimulai dengan meniadakan tong sampah di areal utama mandala pura ataupun parahyangan, sehingga tidak ada sampah yang mengotori kawasan suci tersebut.
Di akhir arahannya, pendamping orang nomor satu di Bali ini mengajak masyarakat untuk membangun kesadaran dan mengubah pola pikir terkait sampah. Sampah yang kita hasilkan adalah tanggung jawab kita bersama untuk menyelesaikannya. Sampah yang dikelola dengan baik tidak hanya akan berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan, tetapi juga bisa bernilai ekonomis jika kita mampu mengelolanya dengan benar.
“Untuk itu, Pakis diharapkan terus memberi edukasi serta bersinergi dengan perangkat desa dalam upaya kita bersama menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampahnya masing-masing, sehingga dengan kerja keras dan sinergitas kita bersama, permasalahan sampah bisa kita tangani bersama sehingga lingkungan kita akan bersih dan terjaga kelestariannya,” tutur Ny Putri Koster.
Webinar yang diikuti lebih dari 600 peserta ini juga menghadirkan dua narasumber, yaitu Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja serta Bendesa Adat Besakih Jro Mangku Widiartha. *nat
Hal itu dikemukakan Ny Putri Koster saat membuka secara daring webinar bertema ‘Peran Krama Istri Dalam Pengelolaan Sampah Ring Utama Mandala Pura/Pamerajan (Parahyangan)’, dari Ruang Podcast, Jayasabha, Denpasar pada Buda Paing Uye, Rabu (24/8/2022).
Mengawali arahannya, Ny Putri Koster menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Bapak Gubernur Wayan Koster memberi perhatian penuh terkait pengelolaan sampah, sebagai bagian dari upaya bersama dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan terbitnya sejumlah regulasi terkait pengelolaan sampah, di antaranya Pergub 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber serta Keputusan Gubernur 381/03-P/HK/2021 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat .
Ny Putri Koster menambahkan sistem pengelolaan sampah sangat penting dan mendesak, lantaran kita menghasilkan sampah baik itu sampah organik maupun non organik, hampir 5 ton per hari. Karenanya, sistem dan pola pengelolaan sampah yang tepat sangat diperlukan.
Seperti diketahui bersama, sistem yang berjalan selama ini sampah hanya berpindah tempat saja. Sampah dari rumah tangga atau sumbernya dikumpulkan lalu dipindahkan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Ini akan menjadi bom waktu untuk kita semua, dan sudah terbukti gunungan sampah menumpuk di TPA Suwung, Denpasar Selatan, dan hingga saat ini belum tersolusikan.
Untuk itu perlu dibangun suatu sistem ataupun pola yang dimulai dari adanya kesadaran bersama untuk mulai mengolah sampah yang dihasilkan langsung dari sumbernya baik itu rumah tangga, pasar ataupun yang lainnya. Sangat perlu dibangun sistem pengelolaan sampah di masing-masing desa sesuai dengan inovasi, ide, serta kondisi dari masing-masing desa di bawah komando kepala desa. Dengan demikian paling jauh sampah itu dikelola sampai di desa, dengan sistem dan pola yang disepakati ataupun diatur dalam awig-awig desa.
Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri, ini juga menyampaikan keberadaan Pakis yang tersebar di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-Bali, dapat mengambil peran nyata dalam membangun kesadaran, mengedukasi, serta mensosialisasikan kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah yang dilakukan di desa. Pakis tidak hanya menjadi contoh tetapi juga mengingatkan dan mendorong masyarakat, bahwa pengolahan sampah menjadi tanggung jawab bersama, semua harus mengambil peran dalam pengelolaannya sehingga tumbuh kemandirian dari masing-masing untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan di desa, diselesaikan di desa, dengan demikian desaku bersih tanpa mengotori desa lain.
“Kita tumbuhkan kemandirian kita dalam pengelolaan sampah,” ujar Ny Putri Koster. Dalam webinar yang mengangkat tema ‘Peran Krama Istri Dalam Pengelolaan Sampah Ring Utama Mandala Pura/Pamerajan (Parahyangan)’, Ny Putri Koster juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian pura atau tempat suci lainnya, yang salah satunya dengan tidak mengotori pura dengan sampah yang kita hasilkan dari banten ataupun upakara yang kita lakukan, baik itu berupa sampian, canang maupun bunga. Masyarakat diminta tidak membuang sampah di areal utama mandala pura ataupun parahyangan, melainkan sampah yang dihasilkan dibawa kembali ke rumah, kemudian dikelola sesuai dengan sistem dan pola pengelolaan yang ada di masing-masing desa. Hal ini dapat dimulai dengan meniadakan tong sampah di areal utama mandala pura ataupun parahyangan, sehingga tidak ada sampah yang mengotori kawasan suci tersebut.
Di akhir arahannya, pendamping orang nomor satu di Bali ini mengajak masyarakat untuk membangun kesadaran dan mengubah pola pikir terkait sampah. Sampah yang kita hasilkan adalah tanggung jawab kita bersama untuk menyelesaikannya. Sampah yang dikelola dengan baik tidak hanya akan berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan, tetapi juga bisa bernilai ekonomis jika kita mampu mengelolanya dengan benar.
“Untuk itu, Pakis diharapkan terus memberi edukasi serta bersinergi dengan perangkat desa dalam upaya kita bersama menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampahnya masing-masing, sehingga dengan kerja keras dan sinergitas kita bersama, permasalahan sampah bisa kita tangani bersama sehingga lingkungan kita akan bersih dan terjaga kelestariannya,” tutur Ny Putri Koster.
Webinar yang diikuti lebih dari 600 peserta ini juga menghadirkan dua narasumber, yaitu Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja serta Bendesa Adat Besakih Jro Mangku Widiartha. *nat
1
Komentar