Kawasan Penimbangan Jadi Lokasi Konservasi Lamun
Jaga Ekosistem Laut Dukung Wacana Blue Carbon
SINGARAJA, NusaBali
Kawasan Perairan Pantai Penimbangan di kawasan Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng menjadi lokasi konservasi biota bawah laut.
Tidak hanya konservasi terumbu karang dan penangkaran telur penyu, saat ini sedang dikembangkan konservasi lamun atau seagrass. Pelestarian lamun disebut sangat vital untuk menjaga ekosistem laut dan mendukung wacana blue carbon.
Konservasi Lamun mulai dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Penimbangan Lestari, menggandeng Jurusan Kelautan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Dosen Kelautan Undiksha Dr Gede Iwan Setiabudi, Rabu (24/8), memaparkan lamun memiliki banyak manfaat.
Seperti menjernihkan air laut, habitat ikan, udang, dan biota laut kecil lainnya. Keberadaan lamun pun disebutnya bisa mendukung konservasi terumbu karang dan penyu yang sudah lebih dulu dilakukan. “Lamun bisa jadi pelindung karang, juga sumber makanan untuk penyu dan yang tidak banyak orang tahu, lamun itu playing ground untuk lumba-lumba. Kita kan banyak ada lumba-lumba, jualan pariwisata kita kan itu saat ini,” ungkap Iwan Setiabudi.
Menurutnya potensi fisik lamun memberi manfaat perlindungan terhadap alam. Salah satunya menjaga kecerahan perairan dan melindungi bumi dari polusi. Keberadaan lamun di perairan Penimbangan dan sekitarnya membuat Buleleng mempunyai potensi besar dalam gerakan blue carbon.
“Wacana blue carbon tidak harus dengan mangrove, karena mangrove cuma bisa tumbuh di beberapa tempat di Buleleng. Sedangkan lamun bisa tumbuh di hampir semua perairan dangkal Buleleng. Jika dibandingkan secara luasan hutan mangrove dengan luasan lamun, serapan karbonnya sebelas dua belaslah. Jadi Buleleng seharusnya memperbanyak padang lamunnya,” jelas dia.
Sementara itu konservasi lamun di Pantai Penimbangan disebut Ketua Pokmaswas Penimbangan Lestari Gede Wiadnyana sudah menggunakan Alat Bantu Transplantasi Lamun Organik (Abtralo). Penggunaan Abtralo untuk mempercepat pertumbuhan lamun. “Perbandingannya kalau lamun tumbuh secara alami perlu waktu 10-15 tahun, tetapi kalau pakai abtralo bisa lebih cepat, 5 tahun sudah ada hasil. Tentu kami sangat mendukung untuk tetap menjaga semangat konservasi di perairan Penimbangan,” kata Wiadnyana.
Data hasil survei bersama Pokmaswas dengan Jurusan Kelautan Undiksha tutupan lamun di perairan Buleleng sekitar 525 hektare di 154,05 kilometer panjang garis pantai. Hamparan lamun itu pun diklaim dapat menyerap karbon bawah laut sebanyak 12.600 ton per tahun.*k23
1
Komentar