Garda Tipikor Soroti Panggung HUT Kota
Panggung di sebelah utara Balai Budaya Gianyar untuk tamu undangan menyaksikan pawai budaya serangkaian HUT Gianyar ke-246 kembali jadi sorotan.
GIANYAR, NusaBali
Pembuatan panggung tersebut dinilai pemborosan dan terkesan jor-joran dan tidak memikirkan jalur lalulintas masyarakat umum.
Hal itu diungkapkan Ketua DPC Garda Tipikor Indonesia (GTI) Gianyar, Pande Mangku Rata, Senin (17/4). Ia menilai, panggung ini menandakan panitia hanya ingin pamer kemewahan kepada undangan yang juga anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) dari beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Semestinya panitia menyediakan tempat yang luas bagi masyarakat yang ingin menonton. "Ini kesannya tidak memikirkan masyarakat," ungkapnya.
Mangku Rata menilai jauh lebih baik bila anggaran panggung Rp 165 juta itu digunakan untuk kegiatan sosial. Karena digunakan hanya beberapa jam.
Kata dia, jika panggung tersebut sewaan biasanya menggunakan sistem knock down sehingga pemasangannya tidak berhari-hari. "Kayaknya sistem sewa ini hanya akal-akalan saja. Apalagi bambu yang digunakan adalah bambu bekas, begitu juga dengan atapnya juga alang-alang bekas," ungkapnya.
Ia juga mempertanyakan kenapa tidak menggunakan open stage yang ada. "Open stage itu dibuat sesuai kajian, untuk pementasan seni," tegasnya. Hal senada diiungkapkan anggota DPRD Gianyar, Ida Bagus Manu Atmaja. Pembuatan panggung itu kurang tepat karena masyarakat tidak akan bisa melihat pentas peserta pawai budaya itu. Nantinya yang bisa menonton pentas tersebut hanya undangan saja. "Padahal masyarakat umum ingin menyaksikan pentas seni itu," ujarnya.
Menurutnya, jika memakai open stage, panitia tidak akan mengeluarkan anggaran sampai ratusan juta. Panggung itu disewa dari CV Wahyu Dewata di Kelurahan Bebalang, Bangli. Koordinator lapangan CV Wahyu Dewata, Kadek Ari saat dikonfirmasi, membenarkan panggung tersebut disewa di tempatnya dengan nilai sewa permeter perseginya Rp 300.000. Luas panggung 550 meter persegi dengan nilai sewa sekitar Rp 165 juta," jelasnya. "Tinggi stager yang kami punya tidak ada yang sesuai tinggi panggung yang diinginkan, karena itu kami gunakan bambu," terangnya.
Ketua Panita HUT ke-246 Kota Gianyar, Wayan Suardana yang juga Asisten I Setda Gianyar menjelaskan, panggung itu untuk memenuhi kapasitas tamu undangan yang akan menyaksikan pawai budaya. Sebab HUT Kota Gianyar kali ini berbarengan dengan Rapat Kerja Nasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (Rakernas JKPI). Mengingat berbarengan dengan Rakernas ini, sehingga yang hadir sebagai undangan menyaksikan pawai budaya nanti ada 58 anggota JKPI dan tambahan 4 calon anggota JKPI. "Akan ada 62 Bupati dari seluruh Indonesia yang hadir ikut menonton pawai budaya, makanya kebijakan bapak itu dibikinlah panggung di sebelah utara," ungkapnya.*e
Hal itu diungkapkan Ketua DPC Garda Tipikor Indonesia (GTI) Gianyar, Pande Mangku Rata, Senin (17/4). Ia menilai, panggung ini menandakan panitia hanya ingin pamer kemewahan kepada undangan yang juga anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) dari beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Semestinya panitia menyediakan tempat yang luas bagi masyarakat yang ingin menonton. "Ini kesannya tidak memikirkan masyarakat," ungkapnya.
Mangku Rata menilai jauh lebih baik bila anggaran panggung Rp 165 juta itu digunakan untuk kegiatan sosial. Karena digunakan hanya beberapa jam.
Kata dia, jika panggung tersebut sewaan biasanya menggunakan sistem knock down sehingga pemasangannya tidak berhari-hari. "Kayaknya sistem sewa ini hanya akal-akalan saja. Apalagi bambu yang digunakan adalah bambu bekas, begitu juga dengan atapnya juga alang-alang bekas," ungkapnya.
Ia juga mempertanyakan kenapa tidak menggunakan open stage yang ada. "Open stage itu dibuat sesuai kajian, untuk pementasan seni," tegasnya. Hal senada diiungkapkan anggota DPRD Gianyar, Ida Bagus Manu Atmaja. Pembuatan panggung itu kurang tepat karena masyarakat tidak akan bisa melihat pentas peserta pawai budaya itu. Nantinya yang bisa menonton pentas tersebut hanya undangan saja. "Padahal masyarakat umum ingin menyaksikan pentas seni itu," ujarnya.
Menurutnya, jika memakai open stage, panitia tidak akan mengeluarkan anggaran sampai ratusan juta. Panggung itu disewa dari CV Wahyu Dewata di Kelurahan Bebalang, Bangli. Koordinator lapangan CV Wahyu Dewata, Kadek Ari saat dikonfirmasi, membenarkan panggung tersebut disewa di tempatnya dengan nilai sewa permeter perseginya Rp 300.000. Luas panggung 550 meter persegi dengan nilai sewa sekitar Rp 165 juta," jelasnya. "Tinggi stager yang kami punya tidak ada yang sesuai tinggi panggung yang diinginkan, karena itu kami gunakan bambu," terangnya.
Ketua Panita HUT ke-246 Kota Gianyar, Wayan Suardana yang juga Asisten I Setda Gianyar menjelaskan, panggung itu untuk memenuhi kapasitas tamu undangan yang akan menyaksikan pawai budaya. Sebab HUT Kota Gianyar kali ini berbarengan dengan Rapat Kerja Nasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (Rakernas JKPI). Mengingat berbarengan dengan Rakernas ini, sehingga yang hadir sebagai undangan menyaksikan pawai budaya nanti ada 58 anggota JKPI dan tambahan 4 calon anggota JKPI. "Akan ada 62 Bupati dari seluruh Indonesia yang hadir ikut menonton pawai budaya, makanya kebijakan bapak itu dibikinlah panggung di sebelah utara," ungkapnya.*e
1
Komentar