Timedoor Academy Asah Kemampuan Coding Siswa di Bali
Dapat Kepercayaan Pemkab Badung untuk Gembleng Siswa SD dan SMP
Badung Education Fair
Timedoor Bali
Timedoor Indonesia
Timedoor Academy
Coding
Pemkab Badung
Disdikpora Badung
MANGUPURA, NusaBali.com – Pemkab Badung melalui Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) menggandeng Timedoor Academy dengan memfasilitasi potensi siswa SD dan SMP dalam bidang teknologi informasi (TI), khususnya coding.
Timedoor sendiri merupakan perusahaan penyedia jasa di bidang TI yang didirikan Yutaka Tokunaga, 37, pada tahun 2019. Sebab pemuda asal Jepang ini melihat pada saat itu perkembangan teknologi di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara asalnya.
Saat itu, kata Yutaka, sekolah negeri di Indonesia belum mengajarkan coding untuk anak-anak. Sebaliknya di negara asalnya, siswa SD wajib diajarkan coding. Sebab di masa depan pemrograman akan menjadi suatu hal yang lumrah. Melalui Timedoor Academy, pria dari Negeri Sakura yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu ingin memulai mengubah hal tersebut dari Bali.
Keniscayaan tersebut akhirnya membawa perusahaan yang terletak di Jalan Yeh Aya IX nomor 46 Renon, Denpasar itu digandeng Disdikpora dimulai sejak tahun 2019, di mana Timedoor mewadahi perwakilan satu siswa dan guru TI dari dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Badung untuk dilatih dalam lokakarya Timedoor Coding Academy.
“Tahun 2019 sudah ada kerja sama antara Timedoor Academy dengan Disdikpora, waktu itu pesertanya adalah enam orang siswa dan guru, masing-masing dari satu kecamatan,” kata Rai Twistyanti Raharja, 35, Kepala Bidang Pendidikan SD sekaligus Plt. Kepala Bidang Pendidikan SMP, Disdikpora Kabupaten Badung, Sabtu (27/8/2022) saat ditemui dalam penutupan Badung Education Fair (BEF) 2022.
Dalam lokakarya tersebut, para siswa sendiri sudah berhasil menghasilkan program game, website, bahkan robot, drone, dan IoT (Internet of Things). Oleh karena itu, pada tahun 2022 ini, Timedoor Academy kembali dipercaya Disdikpora Kabupaten Badung untuk mewadahi perwakilan lima siswa SD dan 15 siswa SMP untuk mengembangkan potensi mereka dalam bidang pemrograman.
Dirangkaikan dengan BEF 2022, selama lima hari sejak Senin (22/8/2022) hingga Jumat (26/8/2022), lima siswa SD tersebut dilatih untuk membuat game dengan bahasa pemrograman HTML5, yang kemudian produknya diunggah ke Google Playstore. Sedangkan untuk siswa SMP diarahkan untuk menulis website menggunakan bahasa pemrograman HTML, Javascript, dan CSS.
Pihak Timedoor Academy menjelaskan bahwa para peserta sangat antusias mengikuti lokakarya tersebut seperti salah satu peserta yang mendapatkan predikat ‘The Most Enthusiastic Participant,’ Novan Mirza Arana Putro, 13.
Foto: Novan Mirza Arana Putro. -IST
Siswa kelas VIII ini mengaku senang diberi kesempatan untuk menambah ilmu coding yang sudah sering ia latih sendiri di rumahnya dengan membuat game.
Setelah mendapat penghargaan, Mirza memiliki tujuan untuk bisa memajukan website sekolahnya di SMPN 2 Kuta Selatan agar lebih berkembang. “Mau membantu website sekolah agar bisa berkembang lebih baik,” kata siswa SMP yang bercita-cita menjadi seorang dokter ini.
Sementara yang menjadi kendala untuk mengakomodasi anak-anak seperti Mirza saat ini adalah ketidakadaan kurikulum coding di jenjang SD maupun SMP. Yutaka Tokunaga selaku pendiri sekaligus CEO Timedoor pun menjelaskan bahwa infrastruktur dan sumber daya pengajar menjadi salah dua tantangan pengembangan coding di sekolah, melihat bervariasinya kualitas indeks pembangunan daerah di Bali dan Indonesia.
“Badung sudah bagus karena ada laptop untuk semua siswa dan sekolah, tetapi sekolah di daerah lain fasilitas TI masih kurang, itu tantangannya,” ujar Yutaka ketika ditemui saat menghadiri penyerahan penghargaan kepada peserta lokakarya terbaik Timedoor Academy dalam penutupan BEF 2022.
Selain itu, dari segi kurikulum, kata Rai Twistyanti, keberadaan Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah memberikan ruang bagi sekolah untuk membuat kurikulum mereka sendiri sesuai minat dan bakat siswa. Oleh karena itu, mata pelajaran coding bisa dimasukkan ke komponen kurikulum sekolah yang minat dan bakat siswanya sesuai.
Timedoor Academy sendiri membuka ruang bagi sekolah-sekolah di Bali untuk bekerja sama memberikan lokakarya coding bagi siswa maupun guru, termasuk bahkan membuat ekstrakurikuler ataupun membantu mendukung kurikulum coding jangka pendek dan jangka panjang sesuai visi dan misi sekolah calon mitra.
“Cita-citanya saya, jelas, semua anak-anak Indonesia bisa belajar coding. Jadi saya berharap, khususnya Badung yang sudah ada laptop untuk memasukkan coding sebagai mata pelajaran utama. Dan itu memang memerlukan proses,” tutur pemuda yang sudah menetap di Bali sejak 2014.
Yutaka menambahkan, dengan dimasukkan mata pelajaran coding ke dalam kurikulum sekolah, anak-anak yang memiliki minat dalam bidang tersebut bisa belajar dan difasilitasi oleh sekolah mereka masing-masing. *rat
Komentar