Pengabenan Kadek Dwi Putra, Korban Meninggal dalam Insiden Kompor Mayat Meledak
Diwarnai Isak Tangis, Dikenal Sosok Humoris dan Solidaritas Tinggi
Kadek Dwi Putra merupakan korban ketiga yang meninggal dunia akibat ledakan kompor mayat saat ngaben massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) lalu.
SEMARAPURA, NusaBali
Prosesi pengabenan terhadap jenazah Kadek Dwi Putra Jaya,32, digelar di Krematorium Yayasan Dharma Kusuma, di Banjar Pundukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Soma Paing Menail, Senin (29/8) pagi. Kadek Dwi Putra merupakan korban ketiga yang meninggal dunia akibat ledakan tabung minyak kompor pembakaran mayat saat ngaben massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) lalu.
Tukang kompor asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar ini menghembuskan napas terakhirnya setelah 9 hari berjuang menahan perih luka bakar yang membuat kulitnya melepuh. Korban meninggal dunia dalam perawatan intensif di Burn Unit RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah) Denpasar pada, Sabtu (27/8) malam. Selain Dwi Putra, korban lainnya Bagus Oscar Horizon Ninu,34, juga diaben 'kremasi' di Krematorium Pundukdawa, tepat seminggu lalu pada rahina Soma Kliwon Uye, Senin (22/8).
Pantauan di lapangan, jenazah Kadek Dwi Putra, tiba di krematorium Pundukdawa dengan dibawa mobil ambulance sekitar pukul 08.00 Wita, serta didampingi keluarga dan kerabat. Rekan korban di tempatnya bekerja juga turut melayat. Mereka tampak sangat kehilangan sosok korban yang dikenal ramah ini. Diketahui, Kadek Dwi Putra, bekerja sebagai sopir Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gianyar Cokorda Gede Bagus Lesmana Trisnu.
Isak tangis keluarga dan kerabat korban pun pecah saat prosesi memandikan jenazah Kadek Dwi Putra dilakukan. Mereka tak kuasa menahan tangis atas kepergian korban buat selama-lamanya ini. Namun, karena kondisi kulit korban melepuh akibat luka bakar maka saat prosesi memandikan tersebut perban yang membalut tubuh korban tidak dibuka.
Salah satu pendiri Krematorium Yayasan Dharma Kusuma di Banjar Pundukdawa, I Ketut Astina, mengatakan prosesi pengabenan terhadap jenazah Kadek Dwi Putra mulai dilaksanakan dari pukul 09.00 Wita hingga pukul 16.00 Wita. "Prosesi dimulai dengan ngulapin di Pura Dalem dan Prajapati, dan dilanjutkan membersihkan layon (jenazah)," ujar Astina.
Selanjutnya dilakukan prosesi ngaskara (penyucian jenazah), dan dilanjutkan ngaben (pembakaran jenazah) yang dipuput Sulinggih Ida Sri Empu Dharma Komala dari Geria Galiran, Kota Semarapura, Kecamatan/Kabupaten Klungkung.
"Setelah itu dilanjutkan prosesi nganyut di Pantai Goa Lawah (Desa Pesinggahan)," ujar Ariana. Sementara itu, di mata rekan-rekan kerjanya, Kadek Dwi Putra dikenal sosok periang dan suka bercanda alias humoris. Mereka pun merasa sangat kehilangan sosok ayah dari dua orang anak tersebut. "Suka bercanda, dan sering kami ajak bercanda bareng. Teman dekat sekali, kami sangat merasa kehilangan," ungkap rekan Kadek Dwi Putra, yakni I Made Astikayana.
Menurutnya, Kadek Dwi Putra juga dikenal memiliki rasa solidaritas yang sangat tinggi di mata rekan-rekannya. "Kebetulan saya satu tim, kalau saya berhalangan saat kerja, dia selalu siap membantu. Solidaritasnya tinggi sekali, bahkan kami sering beli kopi satu gelas dan bisa minum bareng berlima. Seperti itulah kedekatan kami," ujar Astikayana.
Seperti diberitakan sebelumnya satu lagi korban ledakan tabung minyak kompor pembakaran mayat saat Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) lalu dinyatakan meninggal dunia. Korban yang akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam perawatan di RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah) Denpasar ini, yakni I Kadek Dwi Putra Jaya,32, tukang kompor asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar.
Kadek Dwi menghembuskan napas terakhirnya setelah 9 hari berjuang menahan perih luka bakar yang membuat kulitnya melepuh. Korban meninggal dunia dalam perawatan intensif di Burn Unit RSUP Prof Ngoerah (Sanglah) pada, Sabtu (27/8) malam. "Nggih (Kadek Dwi meninggal dunia, Red). Kemarin malam (Sabtu) pukul 23.45 Wita," jelas Paman korban Made Rai Ridharta saat dikonfirmasi, Minggu (28/8). *wan
Tukang kompor asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar ini menghembuskan napas terakhirnya setelah 9 hari berjuang menahan perih luka bakar yang membuat kulitnya melepuh. Korban meninggal dunia dalam perawatan intensif di Burn Unit RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah) Denpasar pada, Sabtu (27/8) malam. Selain Dwi Putra, korban lainnya Bagus Oscar Horizon Ninu,34, juga diaben 'kremasi' di Krematorium Pundukdawa, tepat seminggu lalu pada rahina Soma Kliwon Uye, Senin (22/8).
Pantauan di lapangan, jenazah Kadek Dwi Putra, tiba di krematorium Pundukdawa dengan dibawa mobil ambulance sekitar pukul 08.00 Wita, serta didampingi keluarga dan kerabat. Rekan korban di tempatnya bekerja juga turut melayat. Mereka tampak sangat kehilangan sosok korban yang dikenal ramah ini. Diketahui, Kadek Dwi Putra, bekerja sebagai sopir Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gianyar Cokorda Gede Bagus Lesmana Trisnu.
Isak tangis keluarga dan kerabat korban pun pecah saat prosesi memandikan jenazah Kadek Dwi Putra dilakukan. Mereka tak kuasa menahan tangis atas kepergian korban buat selama-lamanya ini. Namun, karena kondisi kulit korban melepuh akibat luka bakar maka saat prosesi memandikan tersebut perban yang membalut tubuh korban tidak dibuka.
Salah satu pendiri Krematorium Yayasan Dharma Kusuma di Banjar Pundukdawa, I Ketut Astina, mengatakan prosesi pengabenan terhadap jenazah Kadek Dwi Putra mulai dilaksanakan dari pukul 09.00 Wita hingga pukul 16.00 Wita. "Prosesi dimulai dengan ngulapin di Pura Dalem dan Prajapati, dan dilanjutkan membersihkan layon (jenazah)," ujar Astina.
Selanjutnya dilakukan prosesi ngaskara (penyucian jenazah), dan dilanjutkan ngaben (pembakaran jenazah) yang dipuput Sulinggih Ida Sri Empu Dharma Komala dari Geria Galiran, Kota Semarapura, Kecamatan/Kabupaten Klungkung.
"Setelah itu dilanjutkan prosesi nganyut di Pantai Goa Lawah (Desa Pesinggahan)," ujar Ariana. Sementara itu, di mata rekan-rekan kerjanya, Kadek Dwi Putra dikenal sosok periang dan suka bercanda alias humoris. Mereka pun merasa sangat kehilangan sosok ayah dari dua orang anak tersebut. "Suka bercanda, dan sering kami ajak bercanda bareng. Teman dekat sekali, kami sangat merasa kehilangan," ungkap rekan Kadek Dwi Putra, yakni I Made Astikayana.
Menurutnya, Kadek Dwi Putra juga dikenal memiliki rasa solidaritas yang sangat tinggi di mata rekan-rekannya. "Kebetulan saya satu tim, kalau saya berhalangan saat kerja, dia selalu siap membantu. Solidaritasnya tinggi sekali, bahkan kami sering beli kopi satu gelas dan bisa minum bareng berlima. Seperti itulah kedekatan kami," ujar Astikayana.
Seperti diberitakan sebelumnya satu lagi korban ledakan tabung minyak kompor pembakaran mayat saat Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) lalu dinyatakan meninggal dunia. Korban yang akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam perawatan di RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah) Denpasar ini, yakni I Kadek Dwi Putra Jaya,32, tukang kompor asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar.
Kadek Dwi menghembuskan napas terakhirnya setelah 9 hari berjuang menahan perih luka bakar yang membuat kulitnya melepuh. Korban meninggal dunia dalam perawatan intensif di Burn Unit RSUP Prof Ngoerah (Sanglah) pada, Sabtu (27/8) malam. "Nggih (Kadek Dwi meninggal dunia, Red). Kemarin malam (Sabtu) pukul 23.45 Wita," jelas Paman korban Made Rai Ridharta saat dikonfirmasi, Minggu (28/8). *wan
1
Komentar