Dua Warga Mendoyo Mati Tak Wajar
Dalam kurun sehari, dua warga di Kecamatan Mendoyo, Jembrana meninggal secara tak wajar. I Nyoman Mantra, 76, dari Banjar Dauh Pangkung Jangu, Desa Pohsanten, nekat gantung diri.
NEGARA, NusaBali
Sementara I Gusti Komang Suara, 51, dari Banjar Kepuh, Desa Mendoyo Dauh Tukad, tewas terjatuh dari pohon kelapa.
Berdasar informasi, I Nyoman Mantra ditemukan tewas tergantung di kusen jendela belakang rumahnya. Jenazah Mantra yang tewas tergantung ditemukan pertama kali oleh anaknya, Wiartini, 42, sekitar pukul 05.00 Wita. Saat itu, Wiartini sedang berjalan mengantar anaknya, Komang Wahyu Adi Parwita, 12, ke kamar mandi. Secara tidak sengaja, Wiartini melihat jenazah korban tergantung menggunakan tali plastik warna biru dan lilitan kabel hitam.
Wiartini yang terkejut melihat kejadian itu langsung memberitahukan suami termasuk sejumlah keluarga dekat. Medapati kejadian itu, pihak keluarga memutuskan menurunkan jenazah korban dan melapor ke polisi. Tim Identifikasi Polres Jembrana bersama jajaran Polsek Mendoyo turun ke lokasi untuk olah TKP. Mereka dibantu petugas medis dari Puskesmas Mendoyo. Berdasarkan pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Korban diduga murni gantung diri. Dugaan ini diperkuat keterangan keluarga yang menyebut korban frustrasi karena beberapa tahun terakhir ini sakit-sakitan. Berdasarkan keterangan keluarga yang menerima kejadian itu sebagai musibah, jenazah diserahkan untuk disemayamkan di rumah duka.
Sementara I Gusti Komang Suara tewas terjatuh dari pohon kelapa di kebun milik I Gusti Putu Giri, 82, di Banjar Pancarsari, Desa Mendoyo Dauh Tukad. Jenazah buruh panjat kelapa ini pertamakali ditemukan buruh angkut kelapa, Gusti Ayu Komang Ariani, 38, dan Ayu Putu Suardani, 38, sekitar pukul 15.30 Wita. Korban dilihat tergeletak di bawah pohon kelapa setinggi 17 meter. “Waktu kejadian tidak ada yang lihat. Hanya sempat dengar suara jatuh, saya kira pohon kelapa tumbang,” ujar Gusti Ayu Komang Ariani di TKP.
Ariani besama rekannya sempat mengecek kondisi korban yang dalam kondisi telungkup dengan membalikkan badannya. Tetapi korban sudah tidak bernapas, patah pada leher dan lengan kiri. Kejadian itu dilaporkan kepada warga setempat dan Perbekel Mendoyo Dauh Tukad, Gusti Ngurah Putu Ediana yang kebetulan lewat di jalan dekat TKP. Perbekel kemudian melaporkan ke polisi. Hasil olah TKP tidak ditemukan kejanggalan dalam kematian korban. Pihak kepolisian langsung menyerahkan jenazah korban kepada pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah duka.
Kapolsek Mendoyo, Kompol Gusti Agung Sukasana membenarkan adanya kasus gantung diri dan tewas terjatuh dari pohon kelapa. Korban tewas terjatuh dari pohon kelapa diduga kelelehan. Korban yang warga kurang mampu itu secara marathon memanjat pohon kelapa di sekitar TKP mulai pukul 08.00 Wita. Korban memaksakan diri panjat pohon kelapa meski sudah disarankan beristirahat.
Perbekel Mendoyo Dauh Tukad, Gusti Ngurah Putu Ediana mengatakan, korban merupakan keluarga kurang mampu. Punya anak tiga, satu laki-laki dan dua perempuan. Semuanya sudah kawin. Anak lelakinya ada di Lampung dan sudah dikabarkan berita duka itu. berdasarkan awig-awig, korban akan dibantu untuk pengabenan, baik banten maupun konsumsi. * ode
Sementara I Gusti Komang Suara, 51, dari Banjar Kepuh, Desa Mendoyo Dauh Tukad, tewas terjatuh dari pohon kelapa.
Berdasar informasi, I Nyoman Mantra ditemukan tewas tergantung di kusen jendela belakang rumahnya. Jenazah Mantra yang tewas tergantung ditemukan pertama kali oleh anaknya, Wiartini, 42, sekitar pukul 05.00 Wita. Saat itu, Wiartini sedang berjalan mengantar anaknya, Komang Wahyu Adi Parwita, 12, ke kamar mandi. Secara tidak sengaja, Wiartini melihat jenazah korban tergantung menggunakan tali plastik warna biru dan lilitan kabel hitam.
Wiartini yang terkejut melihat kejadian itu langsung memberitahukan suami termasuk sejumlah keluarga dekat. Medapati kejadian itu, pihak keluarga memutuskan menurunkan jenazah korban dan melapor ke polisi. Tim Identifikasi Polres Jembrana bersama jajaran Polsek Mendoyo turun ke lokasi untuk olah TKP. Mereka dibantu petugas medis dari Puskesmas Mendoyo. Berdasarkan pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Korban diduga murni gantung diri. Dugaan ini diperkuat keterangan keluarga yang menyebut korban frustrasi karena beberapa tahun terakhir ini sakit-sakitan. Berdasarkan keterangan keluarga yang menerima kejadian itu sebagai musibah, jenazah diserahkan untuk disemayamkan di rumah duka.
Sementara I Gusti Komang Suara tewas terjatuh dari pohon kelapa di kebun milik I Gusti Putu Giri, 82, di Banjar Pancarsari, Desa Mendoyo Dauh Tukad. Jenazah buruh panjat kelapa ini pertamakali ditemukan buruh angkut kelapa, Gusti Ayu Komang Ariani, 38, dan Ayu Putu Suardani, 38, sekitar pukul 15.30 Wita. Korban dilihat tergeletak di bawah pohon kelapa setinggi 17 meter. “Waktu kejadian tidak ada yang lihat. Hanya sempat dengar suara jatuh, saya kira pohon kelapa tumbang,” ujar Gusti Ayu Komang Ariani di TKP.
Ariani besama rekannya sempat mengecek kondisi korban yang dalam kondisi telungkup dengan membalikkan badannya. Tetapi korban sudah tidak bernapas, patah pada leher dan lengan kiri. Kejadian itu dilaporkan kepada warga setempat dan Perbekel Mendoyo Dauh Tukad, Gusti Ngurah Putu Ediana yang kebetulan lewat di jalan dekat TKP. Perbekel kemudian melaporkan ke polisi. Hasil olah TKP tidak ditemukan kejanggalan dalam kematian korban. Pihak kepolisian langsung menyerahkan jenazah korban kepada pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah duka.
Kapolsek Mendoyo, Kompol Gusti Agung Sukasana membenarkan adanya kasus gantung diri dan tewas terjatuh dari pohon kelapa. Korban tewas terjatuh dari pohon kelapa diduga kelelehan. Korban yang warga kurang mampu itu secara marathon memanjat pohon kelapa di sekitar TKP mulai pukul 08.00 Wita. Korban memaksakan diri panjat pohon kelapa meski sudah disarankan beristirahat.
Perbekel Mendoyo Dauh Tukad, Gusti Ngurah Putu Ediana mengatakan, korban merupakan keluarga kurang mampu. Punya anak tiga, satu laki-laki dan dua perempuan. Semuanya sudah kawin. Anak lelakinya ada di Lampung dan sudah dikabarkan berita duka itu. berdasarkan awig-awig, korban akan dibantu untuk pengabenan, baik banten maupun konsumsi. * ode
Komentar