Siswa SD Pengidap HIV Jadi Korban Bully
Hasil Penelusuran KPPAD Bali di Gianyar
Faktor mental atau secara psikologis berdampak. Sebab, anak itu hidup tanpa ayah ibu. (Komisioner KPPAD Bali Kadek Ariasa)
GIANYAR, NusaBali
Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali mengendus ada aksi pembullyan terhadap R,10, salah seorang siswa pengidap HIV di Gianyar. Komisioner KPPAD Bali Kadek Ariasa langsung turun ke lokasi.
Ariasa mendatangi Sekolah Dasar (SD) siswa yang membully. Komisioner asal Desa Mas, Ubud ini mengedukasi warga sekolah, guru, dan siswa-siswi agar berhenti melakukan pembullyan. Dia juga mengunjungi R di kediamannya untuk memberikan semangat dan asupan makanan. "Anak itu ternyata dibully satu temannya di kelas," ungkap Ariasa, Jumat (2/9).
Ariasa mengatakan sudah sempat diskusi langsung di kelas dengan teman sekolahnya. “Kami sudah ingatkan bahwa membully itu ada resiko hukum dan itu tidak baik untuk diri sendiri atau teman lainnya,” ujarnya.
Mendengar pemaparan, akhirnya si pembully mau minta maaf. “Dia janji tidak akan mengulangi menjahili anak itu (pengidap HIV),” jelasnya. Saat belajar di kelas, ada adik sepupu yang ikut menjaganya. Tapi melihat kondisi mental si anak labil karena faktor sakit dan minum obat berkala.
Selain itu, faktor mental atau secara psikologis berdampak. Sebab, anak itu hidup tanpa ayah ibu. “Sehingga berpengaruh pada emosinya,” jelasnya. Lanjut Ariasa, kondisi anak itu juga sedikit gatal. “Karena terlambat minum obat HIV-nya. Sehingga butuh segera dikonsultasikan ke pelayanan kesehatan sesuai petunjuk dokter yang mengawasi,” imbuhnya.
Ariasa mengajak semua pihak memberi perhatian dan uluran tangan. “Berupa dukungan pengobatan dan perhatian pada tumbuh kembang kehidupan si anak ke depannya,” pintanya. Kunjungan berlanjut ke rumah si anak. “Anak itu sakit. Tidak masuk sekolah karena terlambat minum obat,” ujarnya usai menyerahkan bantuan susu dan makan ringan.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan Gianyar mencatat ada 25 anak terinfeksi virus HIV untuk periode Januari-Juli 2022 ini. Mereka dipastikan sudah mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar dr Ida Komang Upeksa mengatakan, dari jumlah tersebut, sebanyak 20 orang rutin mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pengobatan ARV (Antiretroviral) di RSUD Sanjiwani, 5 orang di Puskesmas Ubud dan 1 orang dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar karena memerlukan tindakan medis yang lebih intensif. Anak yang positif HIV di sarana pelayanan kesehatan diberikan tatalaksana seperti mengkaji status nutrisi dan pertumbuhan, pemberian vitamin A berkala, dan tanda infeksi oportunistik dan pajanan TB. "Diberikan pengobatan bila mengalami Infeksi Oportunistik sebelum pemberian ART (Antiretroviral Terapi) sebagai pengobatan HIV," terang Upeksa.
Keberhasilan pengobatan ART pada anak memerlukan kerjasama pengasuh atau orang tua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan dan pentingnya kontrol.
Dalam penanggulangan HIV-AIDS, saat ini seluruh UPTD Puskesmas telah melayani test HIV dan skrening pada ibu hamil. Termasuk RSUD Sanjiwani Gianyar, RSU Payangan, RSU Ari Santi, RSU Ganesha, RSU Famili Usada dan Klinik Bumi Sehat dengan rata-rata 8.250 orang tes HIV per tahun. Dari tes HIV tersebut, Tahun 2018 diketahui terinfeksi HIV 193 orang, 2019 sejumlah 150 orang, 2020 sejumlah 140 orang, 2021 sejumlah 172 orang dan Januari sd Juli 2022 diketahui terinfeksi HIV sejumlah 91 orang. Untuk pelayanan pengobatan ART di Kabupaten Gianyar terdapat di RSUD Sanjiwani Gianyar, UPTD Puskesmas Ubud II dan UPTD Puskesmas Sukawati I. "Per Juli 2022 sejumlah 994 orang ODHA memperoleh layanan pengobatan ARV," jelas dr Upeksa. *nvi
Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali mengendus ada aksi pembullyan terhadap R,10, salah seorang siswa pengidap HIV di Gianyar. Komisioner KPPAD Bali Kadek Ariasa langsung turun ke lokasi.
Ariasa mendatangi Sekolah Dasar (SD) siswa yang membully. Komisioner asal Desa Mas, Ubud ini mengedukasi warga sekolah, guru, dan siswa-siswi agar berhenti melakukan pembullyan. Dia juga mengunjungi R di kediamannya untuk memberikan semangat dan asupan makanan. "Anak itu ternyata dibully satu temannya di kelas," ungkap Ariasa, Jumat (2/9).
Ariasa mengatakan sudah sempat diskusi langsung di kelas dengan teman sekolahnya. “Kami sudah ingatkan bahwa membully itu ada resiko hukum dan itu tidak baik untuk diri sendiri atau teman lainnya,” ujarnya.
Mendengar pemaparan, akhirnya si pembully mau minta maaf. “Dia janji tidak akan mengulangi menjahili anak itu (pengidap HIV),” jelasnya. Saat belajar di kelas, ada adik sepupu yang ikut menjaganya. Tapi melihat kondisi mental si anak labil karena faktor sakit dan minum obat berkala.
Selain itu, faktor mental atau secara psikologis berdampak. Sebab, anak itu hidup tanpa ayah ibu. “Sehingga berpengaruh pada emosinya,” jelasnya. Lanjut Ariasa, kondisi anak itu juga sedikit gatal. “Karena terlambat minum obat HIV-nya. Sehingga butuh segera dikonsultasikan ke pelayanan kesehatan sesuai petunjuk dokter yang mengawasi,” imbuhnya.
Ariasa mengajak semua pihak memberi perhatian dan uluran tangan. “Berupa dukungan pengobatan dan perhatian pada tumbuh kembang kehidupan si anak ke depannya,” pintanya. Kunjungan berlanjut ke rumah si anak. “Anak itu sakit. Tidak masuk sekolah karena terlambat minum obat,” ujarnya usai menyerahkan bantuan susu dan makan ringan.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan Gianyar mencatat ada 25 anak terinfeksi virus HIV untuk periode Januari-Juli 2022 ini. Mereka dipastikan sudah mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar dr Ida Komang Upeksa mengatakan, dari jumlah tersebut, sebanyak 20 orang rutin mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pengobatan ARV (Antiretroviral) di RSUD Sanjiwani, 5 orang di Puskesmas Ubud dan 1 orang dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar karena memerlukan tindakan medis yang lebih intensif. Anak yang positif HIV di sarana pelayanan kesehatan diberikan tatalaksana seperti mengkaji status nutrisi dan pertumbuhan, pemberian vitamin A berkala, dan tanda infeksi oportunistik dan pajanan TB. "Diberikan pengobatan bila mengalami Infeksi Oportunistik sebelum pemberian ART (Antiretroviral Terapi) sebagai pengobatan HIV," terang Upeksa.
Keberhasilan pengobatan ART pada anak memerlukan kerjasama pengasuh atau orang tua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan dan pentingnya kontrol.
Dalam penanggulangan HIV-AIDS, saat ini seluruh UPTD Puskesmas telah melayani test HIV dan skrening pada ibu hamil. Termasuk RSUD Sanjiwani Gianyar, RSU Payangan, RSU Ari Santi, RSU Ganesha, RSU Famili Usada dan Klinik Bumi Sehat dengan rata-rata 8.250 orang tes HIV per tahun. Dari tes HIV tersebut, Tahun 2018 diketahui terinfeksi HIV 193 orang, 2019 sejumlah 150 orang, 2020 sejumlah 140 orang, 2021 sejumlah 172 orang dan Januari sd Juli 2022 diketahui terinfeksi HIV sejumlah 91 orang. Untuk pelayanan pengobatan ART di Kabupaten Gianyar terdapat di RSUD Sanjiwani Gianyar, UPTD Puskesmas Ubud II dan UPTD Puskesmas Sukawati I. "Per Juli 2022 sejumlah 994 orang ODHA memperoleh layanan pengobatan ARV," jelas dr Upeksa. *nvi
Komentar