Ada Mata Air Gemelem Dipercaya Dijaga Ular Hitam Berkepala Dua
11 Mata Air Pingit di Desa Gunung Salak, Tabanan Dijadikan Objek Wisata Spiritual
Pengembangan wisata spiritual ini juga didukung konsep Nyegara Gunung di Kecamatan Selemadeg Timur, dimana Desa Gunung Salak hulunya di kawasan pegunungan Batukaru.
TABANAN, NusaBali
Desa Gunung Salak, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan kembangkan 11 mata air pingit sebagai wisata spiritual. Mata air yang seluruhnya berada di lokasi Banjar Kementug ini memiliki keunikan sendiri. Bahkan keberadaannya sudah ada sejak dulu, namun belum diketahui masyarakat luas.
Sebelas mata air pingit ini, di antaranya Mata Air Mumbul, Mata Air Keris, Mata Air Sudamala, Mata Air Klepud, Mata Air Pancoran Pondok, Mata Air Beji Sari, Mata Air Pancoran Gelemem, Mata Air Pancoran Dedari, Mata Air Tista, Mata Air Campuhan Tiga, dan Mata Air Beji Pura Siwa. Menariknya dua di antara mata air yang dikembangkan ini, yakni Mata Air Dedari dan Mata Air Gemelem memiliki aura magis yang sangat dirasakan masyarakat setempat. Mata Air Dedari memiliki keunikan tidak boleh ditunggu saat mengambil air. Jika ditunggu saat ambil air maka jerigen atau ember yang dibawa tak pernah penuh.
Sedangkan Mata Air Gemelem diyakini secara niskala dijaga oleh ular hitam berkepala dua serta singa. Sementara fungsi dari Mata Air Gemelem digunakan untuk sarana malukat (pembersihan diri). Perbekel Gunung Salak, I Wayan Wija mengatakan seluruh mata air ini lokasinya ada di Banjar Kementug. Namun lokasinya menyebar di areal seluas sekitar 200 meter persegi. “Sebelas mata air ini sudah ada dari dulu, namun belum banyak masyarakat tahu, hanya kita saja di desa yang tahu,” jelasnya. Dengan kondisi itulah pihaknya bersama dengan unsur Muspika di Kecamatan Selemadeg Timur akan mengangkat potensi yang ada ini menjadi objek wisata spiritual.
Untuk mengawali pengembangan objek wisata spiritual ini, seluruh stakeholder termasuk pelajar yang ada di Kecamatan Selemadeg Timur dilibatkan melaksanakan gotong-royong dan menyebarkan informasi potensi alam ini ke masyarakat luas. “Kami ingin mengemas potensi ini menjadi tujuan wisata spiritual, untuk itulah kami perkenalkan,” kata Perbekel Wayan Wija.
Latar belakang untuk pengembangan 11 mata air ini menjadi objek wisata spiritual ada banyak hal. Sebab 11 mata air ini memiliki fungsi panglukatan tersendiri. Ada yang memang belum dijelaskan secara rinci fungsinya karena masih dikoordinasikan kepada panglingsir dan tokoh masyarakat. Namun dari 11 mata air ini, ada yang sudah memiliki fungsi sesuai dengan cerita panglingsir. Pertama Mata Air Gemelem ini dikenal pingit. Bahkan sebelumnya ada mahasiswa yang datang untuk melakukan pembersihan namun tidak meminta izin ke lokasi, tahu-tahunya mereka diganggu anak-anak kecil,” katanya.
Kemudian Mata Air Keris yang dipercaya sebagai tempat melukat senjata Keris bertuah. Ada pula Mata Air Tista yang dijadikan air konsumsi masyarakat hingga Mata Air Dedari yang dipercaya jika ingin mencari air tidak boleh ditunggui. “Sampai sekarang masih dirasakan masyarakat, kalau ditunggui airnya kecil, ember yang kita bawa tidak penuh-penuh, sebaliknya jika ditinggal, dalam sekejap saja penuh,” bebernya.
Selain itu kata Perbekel Wija, pengembangan wisata spiritual ini juga didukung dengan konsep Nyegara Gunung. Desa Gunung Salak di Kecamatan Selemadeg Timur hulunya yang berada di kawasan pegunungan Batukaru (Batukau), tengah-tengahnya ada potensi pertanian, yakni di Desa Bantas dan Mambang, dan hilirnya di Kecamatan Selemadeg Timur adalah Desa Tegal Mengkeb yang berada di kawasan pantai. “Menurut kami karena konsep nyegara gunung ini juga memberikan nilai tambah sehingga kami dipimpin langsung Bapak camat dan perbekel di Kecamatan Selemadeg Timur angkat potensi yang terpendam,” terangnya.
Menurut Wija, selain mata air, potensi alam di Desa Gunung Salak juga banyak, yakni terdapat sejumlah air terjun yang tingginya mencapai 8 meter. Air terjun yang sudah populer dan banyak dikunjungi wisatawan asing adalah Air Terjun Tibu Sampi. Bahkan di Desa Gunung Salak sendiri juga terdapat wisata camping. “Wisata camping sudah banyak wisatawan yang datang untuk bermalam di Desa Gunung Salak,” bebernya.
Wija pun menambahkan, Desa Gunung Salak juga akan mengembangkan wisata petik buah salak madu. Lokasinya sudah ada di Banjar Kanciana seluas 3 hektare. Sehingga begitu wisatawan berkunjung sejumlah potensi alam bisa dinikmati dalam satu lokasi. “Wisata petik buah kita sedang rencanakan,” tegasnya.
Dia mengakui sejatinya Desa Gunung Salak sudah menyandang status Desa Wisata sejak tahun 2017. Hanya saja dalam pengembangannya adanya Covid-19 membuat rancangan ini tidak berjalan maksimal. “Untuk itulah kita akan bangkitkan hal ini agar Desa Gunung Salak makin bergairah dan dikenal para wisatawan,” harapnya.
Sementara itu Camat Selemadeg Timur I Putu Hendra Manik mengatakan tujuan utama dari pengenalan potensi ini ingin UMKM di Desa Gunung Salak berjalan. Dengan adanya objek yang dinikmati otomatis UMKM masyarakat bangkit. “Kita juga berencana membuat festival, hanya saja konsepnya tengah disusun,” tegasnya.
Terkait pengembangan wisata spiritual ini, kata Hendra Manik sudah melaporkan ke pimpinan dalam hal ini Bupati Tabanan. “Padahal sumber mata air ini sudah ada sejak dulu, namun masyarakat luas belum tahu. Hanya orang-orang puri saja tahu. Juga sempat ada anak buah Pak Presiden Jokowi yang datang langsung melukat. Untuk itulah kita kenalkan ini, makanya saya undang seluruh instansi terkait untuk datang berfoto, upload dan share ke media sosial,” tandasnya. *des
Sebelas mata air pingit ini, di antaranya Mata Air Mumbul, Mata Air Keris, Mata Air Sudamala, Mata Air Klepud, Mata Air Pancoran Pondok, Mata Air Beji Sari, Mata Air Pancoran Gelemem, Mata Air Pancoran Dedari, Mata Air Tista, Mata Air Campuhan Tiga, dan Mata Air Beji Pura Siwa. Menariknya dua di antara mata air yang dikembangkan ini, yakni Mata Air Dedari dan Mata Air Gemelem memiliki aura magis yang sangat dirasakan masyarakat setempat. Mata Air Dedari memiliki keunikan tidak boleh ditunggu saat mengambil air. Jika ditunggu saat ambil air maka jerigen atau ember yang dibawa tak pernah penuh.
Sedangkan Mata Air Gemelem diyakini secara niskala dijaga oleh ular hitam berkepala dua serta singa. Sementara fungsi dari Mata Air Gemelem digunakan untuk sarana malukat (pembersihan diri). Perbekel Gunung Salak, I Wayan Wija mengatakan seluruh mata air ini lokasinya ada di Banjar Kementug. Namun lokasinya menyebar di areal seluas sekitar 200 meter persegi. “Sebelas mata air ini sudah ada dari dulu, namun belum banyak masyarakat tahu, hanya kita saja di desa yang tahu,” jelasnya. Dengan kondisi itulah pihaknya bersama dengan unsur Muspika di Kecamatan Selemadeg Timur akan mengangkat potensi yang ada ini menjadi objek wisata spiritual.
Untuk mengawali pengembangan objek wisata spiritual ini, seluruh stakeholder termasuk pelajar yang ada di Kecamatan Selemadeg Timur dilibatkan melaksanakan gotong-royong dan menyebarkan informasi potensi alam ini ke masyarakat luas. “Kami ingin mengemas potensi ini menjadi tujuan wisata spiritual, untuk itulah kami perkenalkan,” kata Perbekel Wayan Wija.
Latar belakang untuk pengembangan 11 mata air ini menjadi objek wisata spiritual ada banyak hal. Sebab 11 mata air ini memiliki fungsi panglukatan tersendiri. Ada yang memang belum dijelaskan secara rinci fungsinya karena masih dikoordinasikan kepada panglingsir dan tokoh masyarakat. Namun dari 11 mata air ini, ada yang sudah memiliki fungsi sesuai dengan cerita panglingsir. Pertama Mata Air Gemelem ini dikenal pingit. Bahkan sebelumnya ada mahasiswa yang datang untuk melakukan pembersihan namun tidak meminta izin ke lokasi, tahu-tahunya mereka diganggu anak-anak kecil,” katanya.
Kemudian Mata Air Keris yang dipercaya sebagai tempat melukat senjata Keris bertuah. Ada pula Mata Air Tista yang dijadikan air konsumsi masyarakat hingga Mata Air Dedari yang dipercaya jika ingin mencari air tidak boleh ditunggui. “Sampai sekarang masih dirasakan masyarakat, kalau ditunggui airnya kecil, ember yang kita bawa tidak penuh-penuh, sebaliknya jika ditinggal, dalam sekejap saja penuh,” bebernya.
Selain itu kata Perbekel Wija, pengembangan wisata spiritual ini juga didukung dengan konsep Nyegara Gunung. Desa Gunung Salak di Kecamatan Selemadeg Timur hulunya yang berada di kawasan pegunungan Batukaru (Batukau), tengah-tengahnya ada potensi pertanian, yakni di Desa Bantas dan Mambang, dan hilirnya di Kecamatan Selemadeg Timur adalah Desa Tegal Mengkeb yang berada di kawasan pantai. “Menurut kami karena konsep nyegara gunung ini juga memberikan nilai tambah sehingga kami dipimpin langsung Bapak camat dan perbekel di Kecamatan Selemadeg Timur angkat potensi yang terpendam,” terangnya.
Menurut Wija, selain mata air, potensi alam di Desa Gunung Salak juga banyak, yakni terdapat sejumlah air terjun yang tingginya mencapai 8 meter. Air terjun yang sudah populer dan banyak dikunjungi wisatawan asing adalah Air Terjun Tibu Sampi. Bahkan di Desa Gunung Salak sendiri juga terdapat wisata camping. “Wisata camping sudah banyak wisatawan yang datang untuk bermalam di Desa Gunung Salak,” bebernya.
Wija pun menambahkan, Desa Gunung Salak juga akan mengembangkan wisata petik buah salak madu. Lokasinya sudah ada di Banjar Kanciana seluas 3 hektare. Sehingga begitu wisatawan berkunjung sejumlah potensi alam bisa dinikmati dalam satu lokasi. “Wisata petik buah kita sedang rencanakan,” tegasnya.
Dia mengakui sejatinya Desa Gunung Salak sudah menyandang status Desa Wisata sejak tahun 2017. Hanya saja dalam pengembangannya adanya Covid-19 membuat rancangan ini tidak berjalan maksimal. “Untuk itulah kita akan bangkitkan hal ini agar Desa Gunung Salak makin bergairah dan dikenal para wisatawan,” harapnya.
Sementara itu Camat Selemadeg Timur I Putu Hendra Manik mengatakan tujuan utama dari pengenalan potensi ini ingin UMKM di Desa Gunung Salak berjalan. Dengan adanya objek yang dinikmati otomatis UMKM masyarakat bangkit. “Kita juga berencana membuat festival, hanya saja konsepnya tengah disusun,” tegasnya.
Terkait pengembangan wisata spiritual ini, kata Hendra Manik sudah melaporkan ke pimpinan dalam hal ini Bupati Tabanan. “Padahal sumber mata air ini sudah ada sejak dulu, namun masyarakat luas belum tahu. Hanya orang-orang puri saja tahu. Juga sempat ada anak buah Pak Presiden Jokowi yang datang langsung melukat. Untuk itulah kita kenalkan ini, makanya saya undang seluruh instansi terkait untuk datang berfoto, upload dan share ke media sosial,” tandasnya. *des
1
Komentar