Lanjutkan Warisan Leluhur, Karyanya hingga ke Amerika
I Wayan Sudiarta, Pembuat Genta dari Banjar Budaga, Semarapura Kauh, Klungkung
SEMARAPURA, NusaBali
Genta atau juga disebut bajra merupakan salah satu peralatan penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan di Bali.
Genta merupakan bagian dari piranti sulinggih dan pamangku saat mapuja atau ngastawa pelaksanaan yadnya. Salah seorang pembuat genta di Bali adalah I Wayan Sudiarta, 58, dari Banjar Adat Budaga, Kelurahan Semarapura Kauh, Kecamatan/Kabupaten Klungkung. Sangging genta ini juga pamangku di Pura Puseh-Desa, Desa Adat Budaga.
Genta karya Jro Mangku Sudiarta banyak digunakan oleh sulinggih dan pamangku di Bali. Sulinggih dan pamangku dari luar Bali juga banyak memesan genta karya sangging asal Banjar Budaga ini. Genta buatannya dipakai oleh sulinggih di Jawa, Lombok, Sulewesi, Sumatera hingga Papua. Juga ada pesanan dari luar negeri, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia. Jro Mangku Sudiarta menekuni pembuatan genta sejak kanak-anak. Menurun dari keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Mulai dari kakeknya, Jro Mangku Wenten (alm) dan ayahnya, I Wayan Karya (alm) merupakan pembuat genta. “Ini merupakan guna (keahlian) warisan leluhur,” ungkap Jro Mangku Sudiarta, Sabtu (27/8).
Banjar Budaga, tanah kelahiran Jro Mangku Sudiarta sejak dulu dikenal sebagai salah satu kampung sentra pembuatan genta dan kerajinan logam lain, terutama kuningan. Produk kerajinan lain di antaranya peralatan upacara. Mulai dari perlengkapan siwa upakarana, senjata nawa sanga, cagak gong atau gamelan, gongseng, kapu-kapu kori, dan sebagainya. “Sejak SMP saya membantu ayah membuat genta,” ungkap pemilik kerajinan kuningan ‘Genta Dewata Bali’ ini.
Jro Mangku Sudiarta tidak ingat berapa banyak genta yang dibuat. Suami Ni Ketut Sripindari ini meyakini jumlahnya sudah ribuan biji. “Genta buatan saya tidak hanya dipakai di Bali, juga tersebar ke seluruh Indonesia bahkan sampai luar negeri,” ucap pria kelahiran 18 Juni 1964 ini. Kebanyakan pemesannya adalah sulinggih dan pamangku.
Menurut Jro Mangku Sudiarta hampir tidak ada kesulitan teknis membuat genta. Mulai dari membuat pola, mengecor atau mencetak hingga proses akhir yakni finishing mempolish agar mengkilat. Ayah tiga anak ini bisa membuat genta secara manual maupun menggunakan peralatan mekanik. Ketika pembuatan genta secara manual, menyelesaikan sebuah genta sekitar tujuh hari. Dengan menggunakan peralatan yang lebih modern, waktu 3 hari cukup untuk membuat satu genta. Jro Mangku Sudiarta melayani pesanan genta sesuai keinginan pemesan. Mulai dari ukuran, model hiasan, dan jenis suara yang diinginkan. Apakah suara ning, neng atau nong untuk suara genta.
Demikian juga hiasannya, ditatah secara manual atau dengan casting. Ragam hiasannya diisi permata atau hiasan lain. Bahannya isi jatu logam mulia yakni emas atau tidak. “Tergantung yang memesan. Saya siap buat genta tergantung yang memesan,” ucap bungsu dari 5 bersaudara ini. Tak hanya membuat genta, Jro Mangku Sudiarta juga menerima pekerjaan perbaikan genta. “Kadang ada pedanda atau pamangku perbaiki bajra,” tuturnya.
Sewaktu-waktu tertentu, Jro Mangku Sudiarta juga istirahat di perapen (tungku tempat membakar dan menempa besi). Hal itu terkait swadharma atau kewajiban sebagai pamangku di Pura Puseh Desa Adat Budaga. Di antaranya saat hari pujawali setiap Sukra Kliwon Wuku Watugunung, upacara Usaba Kapat pada Purnama Kapat, dan upacara agama serta adat lainnya. Jro Mangku Sudiarta yakin keahlian membuat genta tetap bertahan. Sebab genta berkaitan erat dengan pelaksanaan upacara keagamaan di Bali maupun luar Bali.
Pesanan genta tetap ada walau tidak seramai seperti pembelian kebutuhan pokok. “Selalu ada,” ucap ayah dari Gede Agus Supriawan, Kadek Melgantara Putra, dan Ni Komang Ayu Widiantari ini. Jro Mangku Sudiarta pernah bareng perajin lain dalam pembuatan 1.000 genta sewaktu Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Jro Mangku Sudiarta mengatakan, genta terdari dari 3 bagian yakni kluwung yang berbentuk longceng di bagian bawah. Kembang bajra atau katik genta dan murda atau muncuk genta. Katik atau murda yang kerap ditambah variasi hiasan. Contohnya pada murda yang disebut pepusuh cempaka diisi permata. Jro Mangku Sudiarta membuat genta merupakan bagian dari usaha meneruskan warisan leluhur agar tetap ajeg. *k17
Komentar