Polisi Pantau SPBU
SINGARAJA, NusaBali
Pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Sabtu (3/9) sore.
Pertalite yang sebelumnya di harga Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter, solar yang sebelumnya Rp 5.150 per liter, menjadi Rp 6.800. Tak hanya dua jenis BBM bersubsidi itu, Pemerintah juga menaikkan BBM non-subsidi jenis Pertamax dari sebelumnya Rp 12.500 per liter, menjadi Rp 14.500.
Menyusul kenaikan harga BBM ini, polisi melakukan pemantauan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Buleleng, Sabtu malam. Pemantauan dilakukan personel Samapta Polres Buleleng menyasar empat SPBU, yakni, SPBU Gajah Mada, SPBU Ahmad Yani, SPBU Banyuasri, dan SPBU Anturan.
Kasat Samapta Polres Buleleng, AKP Wayan Sukrawan mengatakan monitoring dilakukan untuk mengecek ketersedian BBM pasca kenaikan. "Semua terpenuhi. Tidak ada antrian panjang. Jika masyarakat menemukan hal yang tidak kondusif, agar bisa menghubungi kami," kata dia.
Di sisi lain, sebelum kenaikan harga, kelangkaan BBM jenis solar sempat terjadi beberapa waktu lalu. Antrean panjang truk sempat terjadi di SPBU Banyuasri. Pengawas Lapangan SPBU Banyuasri, Komang Sukra Ambara Dana mengatakan antrean itu disebabkan kelangkaan pada SPBU lain. Selain itu, karena pasokan solar yang diberikan juga tidak memadai.
Sukra menyebutkan, sebelumnya pihaknya hanya menerima pasokan 8.000 liter per harinya. Namun, kini pasokan yang diberikan sudah naik 16 ribu liter. Sehingga dengan kenaikan pasokan itu, diharapkan ke depan tidak terjadi antrean. "Waktu itu, SPBU lainnya kosong, jadinya ke sini. Sekarang sudah dapat 16.000 liter, jadi ke depan sudah tidak terjadi kelangkaan," katanya.
Harapan ketersediaan BBM juga disampaikan oleh masyarakat. Salah seorang warga, Made Arta mengaku hanya bisa menerima keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. "Ya terima saja, yang penting jangan sampai tidak ada BBM. Kita sama-sama ngerti pemerintah kekurangan dana," ujar Arta. *mz
1
Komentar