Kemenkeu Perkirakan Inflasi di Bawah 7%
JAKARTA, NusaBali
Pemerintah telah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Solar, Pertalite, dan Pertamax.
Dampak dari itu, harga-harga barang dan jasa atau inflasi tentu juga akan meningkat. Kementerian Keuangan mengatakan kenaikan inflasi akibat meningkatnya harga BBM bisa melonjak 1,9% sampai akhir tahun ini. Meski begitu, Kemenkeu mengaku tetap akan menjaga tetap di bawah 7%.
"Kita sudah hitung naiknya 1,9% dari BBM ke inflasi. Kisarannya 6,6%-6,8% (tahun ini)," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu di Gedung DPR RI, Jakarta, seperti dilansir detikcom, Senin (5/9).
"Tapi ingat kita sudah berhasil melakukan supply bahan makanan dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP & TPID), sehingga kita jaga inflasinya tidak terlalu tinggi," tambahnya.
Saat ini untuk mengendalikan inflasi, pemerintah juga mengajak pemerintah daerah untuk berupaya dalam menekan inflasi di masing-masing daerah. Walaupun sebelumnya inflasi dari Juli disebut Febrio mengalami peningkatan, kemudian pada Agustus turun.
"Juli kan tinggi ya di 4,9% ya. Nah tapi kemudian setelah Juli 4,9%, pemerintah ini gerak cepat. Sekarang di Agustus inflasi kita 4,69%," tambahnya.
"Tapi kita ingin lebih kuat lagi dan ingin supaya tim pengendali ini tetap bekerja dengan sangat efektif makanya gubernur-gubernur diajak ngobrol, bupati bupati diajak ngobrol. Nah ini yang kita harapkan kerja sama dari semua pihak," lanjutnya.
Meski begitu, Febrio meyakini untuk pertumbuhan ekonomi diharap masih dijaga pada level 5,2%. "Pertumbuhan ekonomi kita masih jaga di 5,2%," tutupnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan kenaikan harga BBM bakal mengerek inflasi September hingga Oktober 2022 ini. Namun, ia tak menyebutkan perkiraan besaran inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM.
"Memang kita lihat kenaikan harga BBM kemarin akan mendorong inflasi September dan Oktober meningkat," ujar Suahasil dalam wawancara dengan CNBC TV, Senin (5/9)
Namun, ia memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) akan kembali normal pada November mendatang.
"Kita nanti akan melihat semoga di November kembali ke pola normal. Biasanya inflasi seperti ini cepat dalam 1-2 bulan naik, kemudian bulan ketiga mulai normalisasi," jelasnya dilansir CNNIndonesia.com.
Suahasil meyakini tingkat kemiskinan tidak akan terdampak dari kenaikan harga BBM. Ini karena pemerintah sudah menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) BBM sebesar Rp24,17 triliun.
BLT tersebut diberikan kepada 20,65 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan bantuan upah subsidi (BSU) ke 16 juta pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta per bulan. Kemudian, alokasi pemerintah daerah dengan memanfaatkan 2 persen dana transfer umum. "Kalau harga BBM naik tanpa ada bantalan, pasti kemiskinan meningkat," ujar Suahasil. *
"Kita sudah hitung naiknya 1,9% dari BBM ke inflasi. Kisarannya 6,6%-6,8% (tahun ini)," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu di Gedung DPR RI, Jakarta, seperti dilansir detikcom, Senin (5/9).
"Tapi ingat kita sudah berhasil melakukan supply bahan makanan dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP & TPID), sehingga kita jaga inflasinya tidak terlalu tinggi," tambahnya.
Saat ini untuk mengendalikan inflasi, pemerintah juga mengajak pemerintah daerah untuk berupaya dalam menekan inflasi di masing-masing daerah. Walaupun sebelumnya inflasi dari Juli disebut Febrio mengalami peningkatan, kemudian pada Agustus turun.
"Juli kan tinggi ya di 4,9% ya. Nah tapi kemudian setelah Juli 4,9%, pemerintah ini gerak cepat. Sekarang di Agustus inflasi kita 4,69%," tambahnya.
"Tapi kita ingin lebih kuat lagi dan ingin supaya tim pengendali ini tetap bekerja dengan sangat efektif makanya gubernur-gubernur diajak ngobrol, bupati bupati diajak ngobrol. Nah ini yang kita harapkan kerja sama dari semua pihak," lanjutnya.
Meski begitu, Febrio meyakini untuk pertumbuhan ekonomi diharap masih dijaga pada level 5,2%. "Pertumbuhan ekonomi kita masih jaga di 5,2%," tutupnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan kenaikan harga BBM bakal mengerek inflasi September hingga Oktober 2022 ini. Namun, ia tak menyebutkan perkiraan besaran inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM.
"Memang kita lihat kenaikan harga BBM kemarin akan mendorong inflasi September dan Oktober meningkat," ujar Suahasil dalam wawancara dengan CNBC TV, Senin (5/9)
Namun, ia memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) akan kembali normal pada November mendatang.
"Kita nanti akan melihat semoga di November kembali ke pola normal. Biasanya inflasi seperti ini cepat dalam 1-2 bulan naik, kemudian bulan ketiga mulai normalisasi," jelasnya dilansir CNNIndonesia.com.
Suahasil meyakini tingkat kemiskinan tidak akan terdampak dari kenaikan harga BBM. Ini karena pemerintah sudah menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) BBM sebesar Rp24,17 triliun.
BLT tersebut diberikan kepada 20,65 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan bantuan upah subsidi (BSU) ke 16 juta pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta per bulan. Kemudian, alokasi pemerintah daerah dengan memanfaatkan 2 persen dana transfer umum. "Kalau harga BBM naik tanpa ada bantalan, pasti kemiskinan meningkat," ujar Suahasil. *
1
Komentar