BBM Naik, Harga Kebutuhan Pokok Stabil
MANGUPURA, NusaBali
Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubdisi, harga kebutuhan pokok di Kabupaten Badung masih tergolong stabil.
Meski demikian Pemkab Badung gencarkan pengawasan untuk memastikan tidak ada gelombang kenaikan harga. Kabag Perekonomian Setda Badung AA Sagung Rosyawati, memastikan saat ini harga kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, dan daging sapi cenderung stabil. Dikatakan, dari hasil pemantauan dua hari terakhir pada 5-6 Agustus 2022 belum terlihat adanya kenaikan harga. Seperti harga beras medium masih di kisaran Rp 10.000 hingga Rp 11.300 per kilogram, beras super Rp 11.300 - Rp 12.000 per kilogram, dan minyak goreng kemasan 1 liter Rp 16.300 - Rp 22.000 per liter.
“Sementara ini harga-harga masih stabil. Namun kami akan pantau terus, karena yang terpenting adalah upaya antisipasi dampaknya,” kata Rosyawati, Selasa (6/9).
Diakui ada sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga, seperti telor ayam, cabai, bawang merah dan bawang putih. Tetapi kenaikan harga ini terjadi sebelum kebijakan harga BBM bersubsidi dinaikkan. Untuk diketahui, harga telur ayam ras saat ini naik Rp 3000 dari Rp 27.400 menjadi Rp 30.400 per kilogram. Cabai merah besar mengalami kenaikan di dua pasar, yaitu Pasar Kuta II dengan Pasar Dalung. Di Pasar Kuta II kenaikan cabai merah besar dari harga Rp 45.700 menjadi Rp 50.000 per kilogram dan di Pasar Dalung kenaikan cabai merah besar dari harga Rp 53.300 menjadi Rp55.000 per kilogram.
Selain itu, cabai rawit juga terpantau naik Pasar Kuta II. Di Pasar Kuta II kenaikan cabai rawit merah dari harga Rp 48.300 menjadi Rp 50.700 per kilogram. Sedangkan di Pasar Dalung justru mengalami penurunan dari harga Rp 60.000 menjadi Rp 56.700 per kilogram.
Menurut Rosyawati, kenaikan harga telur di sejumlah pasar tradisional ini murni karena kenaikan harga di tingkat peternak, imbas kenaikan harga pakan ternak yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Kenaikan harga pakan ternak juga mempengaruhi peternak mengurangi populasi ayam, sehingga mengakibatkan pasokan telur ke pasar berkurang. “Sementara terjadi peningkatnya permintaan telur ayam untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial (bansos). Kenaikan harga telur terjadi sebelum harga BBM ditetapkan, jadi bukan imbas dari kenaikan harga BBM,” tegasnya.
Sedangkan harga harga cabai dan bawang yang naik diakibatkan banyak petani gagal panen karena faktor cuaca, seperti di Bangli dan Tabanan juga terjadi penurunan produksi, sehingga pasokan dari daerah tersebut juga menurun. “Kami sudah melakukan berbagai upaya, seperti meningkatkan produksi cabai melalui program budidaya cabai dan mengupayakan penambahan pasokan cabai besar, cabai rawit dan telur ayam dari daerah lain,” kata Rosyawati. *ind
Komentar