Tiga Bersaudara Kompak Juara di Kejurprov Wushu Bali 2022
DENPASAR, NusaBali.com – Keberhasilan Kabupaten Klungkung menjadi juara umum Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Wushu Bali 2022 tiga bersaudara; Cecilia Celina Wijaya, Melanie Wijaya dan Tian Honan Wijaya.
Dari 22 medali emas, 16 perak dan 12 perunggu yang diraih dalam kejurprov di GOR Gunung Agung Karangasem, 1-4 September lalu, sebanyak 6 emas, dan 2 perak disumbangkan oleh tiga bersaudara ini.
Si sulung Cecilia Celina Wijaya, 18, berhasil menorehkan prestasi dengan meraih dua medali emas sekaligus di jurus Taiji Quan Senior dan Taiji Jian Senior.
Disusul Melanie Wijaya, 12. Anak kedua dari pasangan Putu Agus Wijaya dan Ni Made Sudarni ini berhasil mendulang tiga medali emas di jurus Nan Quan B, Nan Dao B, dan Nan Gun B.
Sedangkan anak ketiga, Tian Honan Wijaya, 10, tak mau ketinggalan dengan merebut satu medali emas di jurus Qiang Shu C dan dua medali perak di jurus Chang Quan C dan Jian Shu C.
Prestasi ini tentunya tidak luput dari hasil kerja keras dan jerih payah kakak beradik asal Denpasar ini. Cecilia Celina Wijaya sebagai saudara tertua menuturkan jika dirinya dan kedua adiknya berlatih sebanyak enam kali dalam seminggu.
“Kami berlatih enam kali dalam seminggu. Saya sudah menggeluti wushu hampir 10 tahun, sedangkan kedua adik saya menggeluti wushu sejak mereka masih berusia 5 tahun,” jelas Cecilia.
Sebelum tampil dalam Kejurprov Wushu Bali 2022 yang diikuti sekitar 300 atlet tersebut, Cecilia dan kedua adiknya melakukan persiapan selama satu setengah bulan lamanya. Persiapan yang matang itu pun memperoleh hasil yang memuaskan dengan menyisihkan 6 rival.
Cecilia mengungkapkan jika kategori yang paling sulit baginya adalah di kategori Taiji Quan.
“Kenapa bisa begitu, karena saya tidak percaya diri dengan jurus saya sendiri. Tetapi pada akhirnya saya dapat menyelesaikan lomba dengan baik,” tutur Cecilia bangga.
Telah berkecimpung di dunia wushu selama 10 tahun, ternyata terselip cerita buruk di dalamnya. Mahasiswa baru di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana (Unud) ini mengaku jika dirinya sempat terkena penyakit asma saat umur 8 tahun.
“Saya asma sejak umur 8 tahun karena faktor genetik. Setelah mengikuti wushu terutama taichi, asma saya sudah hilang dan jauh membaik. Hal ini karena taichi sangat bagus untuk latihan pernafasan, terutama bagi pengidap penyakit asma,” jelas Cecilia.
Penyakit yang dulu diidapnya ternyata memberikan semangat baru baginya. Faktanya saat ini, Cecilia masih aktif menggeluti olahraga wushu lebih dalam lagi sehingga menjadi atlet.
Melihat kakak perempuan yang berhasil meraih prestasi menggembirakan pada olahraga wushu, kedua adiknya pun turut mengikuti jejak kakaknya.
“Mereka direkomendasikan oleh keluarga saya terutama orangtua, karena saya yang pertama kali ikut wushu kemudian adik-adik saya lambat laun mau ikut juga,” papar Cecilia.
Dikonfirmasi secara terpisah, Melanie Wijaya,12, menuturkan jika dirinya bangga bisa mengikuti jejak kakaknya.
“Saya sangat senang karena saya, kakak, dan adik saya berhasil mendulang medali yang cukup banyak di kejuaraan ini. Saya berharap kekompakan ini dan prestasi kami bertiga dapat tercapai bersama-sama,” ujar Melanie.
Melihat prestasi anak-anaknya, Putu Agus Wijaya tak kuasa mengungkap rasa bangganya.
“Saya sangat bangga kepada ketiga anak saya yang kompak dan selalu berusaha untuk meraih juara di kategori mereka masing-masing. Harapan saya semoga mereka bisa meneruskan karier mereka sebagai atlet nasional maupun internasional kelak,” harap Putu Agus Wijaya.
Sementara itu, dihubungi terpisah pelatih wushu Kontingen Klungkung di Kejurprov, Aditya Raka Ardianto, meyakini keberhasilan atas prestasi yang dicapai oleh ketiga bersaudara ini tidak terlepas dari kerja keras dan kedisiplinan mereka terutama bagi Cecilia.
“Cecilia adalah atlet yang ulet dengan rasa berjuang yang baik. Walaupun Cecilia pernah cedera lutut yang membuatnya vakum beberapa saat, tetapi dia mempunyai semangat yang tinggi dan rasa tidak mau kalah,” puji Aditya. *ris
1
Komentar