Harga BBM Naik, Pelaku Pariwisata Terjepit
Berharap kebijakan khusus Pemerintah untuk membantu pariwisata Bali
DENPASAR,NusaBali
Kalangan pelaku pariwisata mengaku kenaikkan harga BBM menyebabkan mereka dalam posisi seperti terjepit. Jika tarif tak diangkat, biaya produksi justru membengkak. Sebaliknya jika dinaikkan, khawatir wisatawan yang datang berkurang, daya daya beli mereka menurun. Apalagi dalam kondisi pariwisata Bali yang baru menggeliat.
“Dalam kondisi pariwisata Bali yang belum sepenuhnya pulih, ‘orang hotel’ susah berpikir untuk mengangkat harga kamar. Yang kita harap justru adalah bagaimana tamu semakin ramai,” ujar Sekretaris PHRI Badung I Gede Sukarta, Selasa (6/9).
Kata dia harapannya tersebut, sesungguhnya tidak berkaitan dengan soal BBM. Namun ketika BBM, naik tentu semua akan terimbas. Mulai dari komponen transportasi, energi seperti gas dan listrik, kebutuhan pokok untuk hotel dan restoran seperti telor maupun bahan yang lain.
Untuk itu, Sukarta berharap pemerintah memberi kebijakan khusus untuk membantu pariwisata Bali. Pertama ialah membantu mensubsidi menurunkan harga tiket. Harga tiket yang lebih murah, tentu akan membuat lebih banyak orang mampu berlibur ke Bali, sehingga pariwisata, khususnya hunian hotel bisa bertambah.
Yang kedua untuk sementara menghapus pungutan PHR 11 persen. “Yang 11 persen itu untuk sementara kita harap bisa ditiadakan sementara,” ujar dia.
Sedang 10 persen yang merupakan service charge, yang merupakan hak karyawan tetap diterapkan. “Karena itu merupakan hak karyawan,” jelasnya.
Tegas dia, untuk sementara itulah diharapkan kebijakan dari pemerintah membantu pariwisata Bali, sehingga wisatawan tetap ramai ke Bali.
Terpisah Ketua DPD Asita Bali, Putu Winastra mengatakan kenaikkan BBM pasti berimbas terhadap produk pariwisata. Apakah hotel, makanan, paket tour dan lainnya tentu harus menyesuaikan.
Karena dengan kenaikkan BBM, biaya-biaya lain akan ikut naik, “Ya, memang tidak terhindarkan. Karena BBM itu merupakan salah satu instrumen pokok, tentu berkontribusi terhadap yang lain,” ujar Ketua DPD Asita Bali I Putu Gede Winastra, Selasa (6/9).
Sebagai contoh, ongkos kendaraan kan naik, harga kebutuhan untuk restoran juga naik. “Semua produk wisata akan terimbas,” ucap Winastra.
Demikian juga untuk paket tour, Winastra menyatakan pasti harus melakukan penyesuaian atau ada kenaikkan tarif. “Berapa persen kenaikkannya, itu masih digodok,” ujar tokoh pariwisata asal Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli.
Winastra memberi contoh. Misalnya untuk paket full day tour dengan tarif Rp 1 juta. Karena BBM naik, tentu tarifnya juga akan naik. Berapa kenaikkannya, itu yang akan dibahas.
“Apakah akan dinaikkan 10 atau 12 persen atau berapa itu yang akan dibahas nanti.Dikatakan Winastra, full day tour itu hanyalah contoh. Karena menurut dia masih banyak lagi paket-paket tour dengan tarif masing-masing. “Itu hanya contoh saja, karena paket-paket tour itu banyak,” terang dia.
Kata Winastra kenaikkan tersebut terpaksa dilakukan karena memang tak terhindarkan. Namun demikian, tentu akan reasonable atau masuk akal. “Sekali lagi, itu terpaksa (kenaikkan) karena memang tidak terhindarkan,” ujarnya. *K17
“Dalam kondisi pariwisata Bali yang belum sepenuhnya pulih, ‘orang hotel’ susah berpikir untuk mengangkat harga kamar. Yang kita harap justru adalah bagaimana tamu semakin ramai,” ujar Sekretaris PHRI Badung I Gede Sukarta, Selasa (6/9).
Kata dia harapannya tersebut, sesungguhnya tidak berkaitan dengan soal BBM. Namun ketika BBM, naik tentu semua akan terimbas. Mulai dari komponen transportasi, energi seperti gas dan listrik, kebutuhan pokok untuk hotel dan restoran seperti telor maupun bahan yang lain.
Untuk itu, Sukarta berharap pemerintah memberi kebijakan khusus untuk membantu pariwisata Bali. Pertama ialah membantu mensubsidi menurunkan harga tiket. Harga tiket yang lebih murah, tentu akan membuat lebih banyak orang mampu berlibur ke Bali, sehingga pariwisata, khususnya hunian hotel bisa bertambah.
Yang kedua untuk sementara menghapus pungutan PHR 11 persen. “Yang 11 persen itu untuk sementara kita harap bisa ditiadakan sementara,” ujar dia.
Sedang 10 persen yang merupakan service charge, yang merupakan hak karyawan tetap diterapkan. “Karena itu merupakan hak karyawan,” jelasnya.
Tegas dia, untuk sementara itulah diharapkan kebijakan dari pemerintah membantu pariwisata Bali, sehingga wisatawan tetap ramai ke Bali.
Terpisah Ketua DPD Asita Bali, Putu Winastra mengatakan kenaikkan BBM pasti berimbas terhadap produk pariwisata. Apakah hotel, makanan, paket tour dan lainnya tentu harus menyesuaikan.
Karena dengan kenaikkan BBM, biaya-biaya lain akan ikut naik, “Ya, memang tidak terhindarkan. Karena BBM itu merupakan salah satu instrumen pokok, tentu berkontribusi terhadap yang lain,” ujar Ketua DPD Asita Bali I Putu Gede Winastra, Selasa (6/9).
Sebagai contoh, ongkos kendaraan kan naik, harga kebutuhan untuk restoran juga naik. “Semua produk wisata akan terimbas,” ucap Winastra.
Demikian juga untuk paket tour, Winastra menyatakan pasti harus melakukan penyesuaian atau ada kenaikkan tarif. “Berapa persen kenaikkannya, itu masih digodok,” ujar tokoh pariwisata asal Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli.
Winastra memberi contoh. Misalnya untuk paket full day tour dengan tarif Rp 1 juta. Karena BBM naik, tentu tarifnya juga akan naik. Berapa kenaikkannya, itu yang akan dibahas.
“Apakah akan dinaikkan 10 atau 12 persen atau berapa itu yang akan dibahas nanti.Dikatakan Winastra, full day tour itu hanyalah contoh. Karena menurut dia masih banyak lagi paket-paket tour dengan tarif masing-masing. “Itu hanya contoh saja, karena paket-paket tour itu banyak,” terang dia.
Kata Winastra kenaikkan tersebut terpaksa dilakukan karena memang tak terhindarkan. Namun demikian, tentu akan reasonable atau masuk akal. “Sekali lagi, itu terpaksa (kenaikkan) karena memang tidak terhindarkan,” ujarnya. *K17
Komentar