Mahasiswa Kanada Observasi Desa Bengkala
Selama setahun mahasiswa asing meneliti kehidupan sosial warga tuli-bisu yang selama ini bisa harmonis dengan warga normal.
SINGARAJA, NusaBali
Desa Bengkala yang merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Kubutambahan dengan kelebihannya memiliki puluhan warga tuli bisu menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan dunia. Tidak hanya dikunjungi sebagai objek wisata, tetapi akademisi dari berbagai belahan dunia juga melakukan penelitian di sana.
Yang teranyar seorang mahasiswa program doktor dari Universitas Ottawa sedang berada di Bengkala untuk meneliti kehidupan sosial warga setempat yang sangat harmonis. Jessica Breau seorang warga Kanada memutuskan untuk melakukan penelitian terkait kehidupan sosial warga tuli bisu yang ada di Bengkala.
Ia yang ditemui di SDN 2 Bengkala yang juga dinyatakan sebagai SD Inklusi satu-satunya di Buleleng mengakui bahwa kehidupan sosial masyarakat Bengkala antara yang mengalami kelainan tuli bisu dengan masyarakat normal sangat harmonis. Hal tersebutlah yang membuatnya berbeda dari daerah lain di dunia yang memiliki warga disablitas tuli bisu cukup banyak.
“Hubungan sosialnya yang menarik bagi saya, karena hubungan sosial yang harmonis seperti ini hanya ada di enam daerah bagian di dunia yang memiliki kasus yang sama. Oleh karena itu saya tertarik melakukan penelitian di sini,” ujar dia yang didampingi oleh Ketua Peguyuban Kolok Bengkala, Ketut Kanta, dan sejumlah guru dan Kepala SDN 2 Bengkala.
Untuk menyelesaikan penelitiannya, ia berencana akan melakukan observasi dan pengambilan data selama setahun kedepan, yang diperkirakan akan dimulai pada bulan September mendatang.
Saat ini di kunjungannya yang pertama selama sebulan di Bengkala, ia masih masih melakukan perkenalan awal dengan sejumlah tokoh desa setempat sembari menunggu izin penelitiannya dikeluarkan dari universitasnya.
Dalam kunjungan pertamanya itu setiap harinya ia juga selalu menghabiskan harinya di SDN 2 Bengkala, untuk melihat dan mengamati anak-anak tuli bisu yang bersekolah berdampingan dengan anak-anak yang normal. Di sekolah inklusi yang didirikan sejak tahun 2007 silam yang dirintis oleh Nyoman Wijaya Kepala Sekolah lama dengan Ketut Kanta beserta sejumlah aparat desa terkait, ia mengamati lima orang siswa tuli bisu yang kini duduk di bangku kelas I, kelas II dan kelas VI.
Selain mengamati gerak-gerik sosial siswa tuli bisu yang ditempatkan satu kelas dengan siswa normal ia juga melihat bagaimana metode pembelajaran yang dipakai sehingga anak-angka disabilitas itu dapat memahami pelajaran sama seperti anak-anak yang normal.
“Data obeservasi yang saya dapatkan setahun di sini akan diolah selanjutnya selama empat tahun, sebelum disimpulkan dan akan direkomendasikan kepada daerah lainnya,” imbuh Jessica. *k23
Yang teranyar seorang mahasiswa program doktor dari Universitas Ottawa sedang berada di Bengkala untuk meneliti kehidupan sosial warga setempat yang sangat harmonis. Jessica Breau seorang warga Kanada memutuskan untuk melakukan penelitian terkait kehidupan sosial warga tuli bisu yang ada di Bengkala.
Ia yang ditemui di SDN 2 Bengkala yang juga dinyatakan sebagai SD Inklusi satu-satunya di Buleleng mengakui bahwa kehidupan sosial masyarakat Bengkala antara yang mengalami kelainan tuli bisu dengan masyarakat normal sangat harmonis. Hal tersebutlah yang membuatnya berbeda dari daerah lain di dunia yang memiliki warga disablitas tuli bisu cukup banyak.
“Hubungan sosialnya yang menarik bagi saya, karena hubungan sosial yang harmonis seperti ini hanya ada di enam daerah bagian di dunia yang memiliki kasus yang sama. Oleh karena itu saya tertarik melakukan penelitian di sini,” ujar dia yang didampingi oleh Ketua Peguyuban Kolok Bengkala, Ketut Kanta, dan sejumlah guru dan Kepala SDN 2 Bengkala.
Untuk menyelesaikan penelitiannya, ia berencana akan melakukan observasi dan pengambilan data selama setahun kedepan, yang diperkirakan akan dimulai pada bulan September mendatang.
Saat ini di kunjungannya yang pertama selama sebulan di Bengkala, ia masih masih melakukan perkenalan awal dengan sejumlah tokoh desa setempat sembari menunggu izin penelitiannya dikeluarkan dari universitasnya.
Dalam kunjungan pertamanya itu setiap harinya ia juga selalu menghabiskan harinya di SDN 2 Bengkala, untuk melihat dan mengamati anak-anak tuli bisu yang bersekolah berdampingan dengan anak-anak yang normal. Di sekolah inklusi yang didirikan sejak tahun 2007 silam yang dirintis oleh Nyoman Wijaya Kepala Sekolah lama dengan Ketut Kanta beserta sejumlah aparat desa terkait, ia mengamati lima orang siswa tuli bisu yang kini duduk di bangku kelas I, kelas II dan kelas VI.
Selain mengamati gerak-gerik sosial siswa tuli bisu yang ditempatkan satu kelas dengan siswa normal ia juga melihat bagaimana metode pembelajaran yang dipakai sehingga anak-angka disabilitas itu dapat memahami pelajaran sama seperti anak-anak yang normal.
“Data obeservasi yang saya dapatkan setahun di sini akan diolah selanjutnya selama empat tahun, sebelum disimpulkan dan akan direkomendasikan kepada daerah lainnya,” imbuh Jessica. *k23
1
Komentar