MyPertamina Bukan untuk Batasi Beli Pertalite
JAKARTA, NusaBali
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan penggunaan aplikasi MyPertamina bukan untuk membatasi pembelian pertalite, tetapi memastikan penyaluran BBM subsidi tepat sasaran.
Ia menjelaskan MyPertamina akan menyaring data masyarakat dan kendaraan yang digunakan. Dengan demikian, pihaknya bisa menyeleksi siapa saja yang berhak menerima BBM subsidi.
"Jadi bukan pembatasan tapi untuk memastikan subsidi tepat sasaran ke depan. Bukan hari ini, tapi harus berlaku dari sekarang," kata Erick di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (7/9).
Meski demikian, implementasi MyPertamina belum diterapkan. Sebab, Pertamina dan PT Telkom Indonesia Tbk masih mengintegrasi data-data pengendara yang sudah masuk. "Kalau mengenai MyPertamina, kan sedang duduk antara yang namanya Pertamina dengan Telkom di mana untuk mensinergikan data base," kata Erick.
Menurut Erick, proses pengintegrasian ini bisa memakan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan. Berdasarkan data Pertamina, hingga akhir Agustus 2022, sudah ada lebih dari 1 juta unit kendaraan terdaftar dalam aplikasi MyPertamina untuk program Subsidi Tepat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap BBM bersubsidi banyak dinikmati oleh orang kaya. Padahal, pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi energi hingga Rp502,4 triliun energi yang tujuannya untuk membantu masyarakat miskin atau tak mampu.
Ani, sapaan akrabnya, membeberkan sejumlah data yang membuktikan pernyataannya tersebut. Pertalite misalnya, yang saat ini harganya sebesar Rp7.650 per liter mendapatkan subsidi sebesar Rp6.800 per liter oleh pemerintah karena harga sebenarnya Rp14.450 per liter, hanya dinikmati 20 persen masyarakat miskin.
Untuk memberikan subsidi pertalite ini, pemerintah menggelontorkan anggaran hingga Rp93,5 triliun untuk kuota sebanyak 23,05 juta kiloliter hingga akhir tahun.
Namun, ia menyayangkan anggaran yang besar ini, 80 persennya dinikmati oleh orang mampu, dan dari jumlah tersebut 60 persen dinikmati oleh orang sangat kaya atau crazy rich.
"Jadi anggaran pertalite yang besar ini, sekitar Rp60 triliun sendiri dinikmati oleh orang sangat kaya," jelasnya.
Solar juga demikian, rumah tangga miskin yang menikmati subsidi ini hanya 5 persen saja. Sedangkan 95 persennya dinikmati oleh rumah tangga mampu.
Artinya, anggaran subsidi untuk solar yang mencapai Rp149 triliun dengan jumlah kuota 15,01 juta kiloliter, mayoritas digunakan oleh orang kaya.
Untuk solar sendiri, pemerintah mensubsidi senilai Rp8.800 per liter, sehingga harga sebenarnya sebesar Rp13.950 per liter, hanya dijual Rp5.150 per liter oleh Pertamina. *
"Jadi bukan pembatasan tapi untuk memastikan subsidi tepat sasaran ke depan. Bukan hari ini, tapi harus berlaku dari sekarang," kata Erick di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (7/9).
Meski demikian, implementasi MyPertamina belum diterapkan. Sebab, Pertamina dan PT Telkom Indonesia Tbk masih mengintegrasi data-data pengendara yang sudah masuk. "Kalau mengenai MyPertamina, kan sedang duduk antara yang namanya Pertamina dengan Telkom di mana untuk mensinergikan data base," kata Erick.
Menurut Erick, proses pengintegrasian ini bisa memakan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan. Berdasarkan data Pertamina, hingga akhir Agustus 2022, sudah ada lebih dari 1 juta unit kendaraan terdaftar dalam aplikasi MyPertamina untuk program Subsidi Tepat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap BBM bersubsidi banyak dinikmati oleh orang kaya. Padahal, pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi energi hingga Rp502,4 triliun energi yang tujuannya untuk membantu masyarakat miskin atau tak mampu.
Ani, sapaan akrabnya, membeberkan sejumlah data yang membuktikan pernyataannya tersebut. Pertalite misalnya, yang saat ini harganya sebesar Rp7.650 per liter mendapatkan subsidi sebesar Rp6.800 per liter oleh pemerintah karena harga sebenarnya Rp14.450 per liter, hanya dinikmati 20 persen masyarakat miskin.
Untuk memberikan subsidi pertalite ini, pemerintah menggelontorkan anggaran hingga Rp93,5 triliun untuk kuota sebanyak 23,05 juta kiloliter hingga akhir tahun.
Namun, ia menyayangkan anggaran yang besar ini, 80 persennya dinikmati oleh orang mampu, dan dari jumlah tersebut 60 persen dinikmati oleh orang sangat kaya atau crazy rich.
"Jadi anggaran pertalite yang besar ini, sekitar Rp60 triliun sendiri dinikmati oleh orang sangat kaya," jelasnya.
Solar juga demikian, rumah tangga miskin yang menikmati subsidi ini hanya 5 persen saja. Sedangkan 95 persennya dinikmati oleh rumah tangga mampu.
Artinya, anggaran subsidi untuk solar yang mencapai Rp149 triliun dengan jumlah kuota 15,01 juta kiloliter, mayoritas digunakan oleh orang kaya.
Untuk solar sendiri, pemerintah mensubsidi senilai Rp8.800 per liter, sehingga harga sebenarnya sebesar Rp13.950 per liter, hanya dijual Rp5.150 per liter oleh Pertamina. *
1
Komentar