Usai Bersitegang, Desa Adat Bugbug Melaspas Gapura
AMLAPURA, NusaBali
Prajuru Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem menggelar upacara melaspas gapura di Banjar Segaa pada Buda Umanis Perangbakat, Rabu (7/9) sore.
Pembangunan gapura menghabiskan biaya Rp 500 juta. Melaspas berjalan lancar meski sempat terjadi ketegangan hingga batal menggelar upacara masaluk (pengukuhan) Jero Bandesa I Nyoman Jelantik di Pura Patokan Bale Agung pada Anggara Kliwon Perangbakat, Selasa (6/9).
Upacara melaspas dipuput Ida Pedanda Gede Swabawa Karang Adnyana dari Geria Karang, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Upacara melaspas dihadiri Kelian Desa Adat Bugbug I Nyoman Purwa Ngurah Arsana, Panyarikan I Wayan Merta, Baga Parahyangan I Wayan Artana, Baga Pawongan I Wayan Sutama, Baga Palemahan Bagus Adi Saputra, Tim Hukum Desa Adat Bugbug I Nengah Adi Susanto, I Gede Ngurah, dan prajuru lainnya. “Kami telah melupakan ketegangan yang pernah terjadi. Kami bersama-sama ngayah membangun Desa Adat Bugbug agar semakin maju di segala bidang,” ungkap Nyoman Purwa Ngurah Arsana yang juga anggota DPRD Bali dari Fraksi PDIP ini.
Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem membangun gapura dengan biaya Rp 500 juta. Peletakan batu pertama sekaligus upacara mamakuh dilaksanakan pada Wraspati Umanis Gumbreg, Kamis (5/5). Pekerjaan dilakukan selama tiga bulan. Gapura dibangun di atas trotoar dengan ada lubang tempat pejalan kaki lalulalang. Gapura setinggi 7 meter dilengkapi bale bengong. Gapura menggunakan konsep Bali kuno sehingga bentuknya bukan berupa candi bentar. *k16
1
Komentar