'Dulu, di Sekitar TKP Ada Batu yang Disakralkan'
Kondisi jalan turunan tajam di Jalan Raya Labuhan Sait, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, ternyata sering menelan korban.
Keluarga Korban Berharap Pemerintah Bangun Tembok Pembatas jalan
MANGUPURA, NusaBali
Kejadian terakhir adalah pada hari Rabu (19/4), dimana sebuah truk mengalami rem blong hingga menabrak rumah warga. Akibat kejadian itu dua orang tewas mengenaskan di lokasi kejadian. Namun tak banyak yang tahu kalau jalan turunan menuju objek wisata Pantai Labuhan Sait itu terkenal tenget (angker). Pasalnya di lokasi kejadian itu, dahulu terdapat sebuah batu sakral yang sering dihaturkan sesajen dan diupacari oleh masyarakat setempat.
Keberadaan dari batu sakral ini tak ada yang tahu siapa yang berstana. Namun masyarakat setempat memercayai bahwa kawasan tersebut tenget seiring kecelakaan yang kerap kali terjadi di jalur tersebut. "Konon di sana dahulu ada sebuah batu yang dipercayai sakral oleh masyarakat di sini. Namun kini batu itu sudah dibongkar. Kami tuntun 'beliau' untuk berstana di sebuah palinggih yang telah disediakan. Lokasinya kami geser agak ke dalam sekitar 1,5 meter dari posisi semula. Perpindahan itu dilakukan sekaligus untuk memperlebar jalan," tutur Bendesa adat Pecatu, Made Sumerta Kamis (20/4) kemarin.
Diceritakannya, batu tersebut sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat setempat sejak dahulu konon mempercayai keberadaan batu tersebut tenget.
SELANJUTNYA . . .
MANGUPURA, NusaBali
Kejadian terakhir adalah pada hari Rabu (19/4), dimana sebuah truk mengalami rem blong hingga menabrak rumah warga. Akibat kejadian itu dua orang tewas mengenaskan di lokasi kejadian. Namun tak banyak yang tahu kalau jalan turunan menuju objek wisata Pantai Labuhan Sait itu terkenal tenget (angker). Pasalnya di lokasi kejadian itu, dahulu terdapat sebuah batu sakral yang sering dihaturkan sesajen dan diupacari oleh masyarakat setempat.
Keberadaan dari batu sakral ini tak ada yang tahu siapa yang berstana. Namun masyarakat setempat memercayai bahwa kawasan tersebut tenget seiring kecelakaan yang kerap kali terjadi di jalur tersebut. "Konon di sana dahulu ada sebuah batu yang dipercayai sakral oleh masyarakat di sini. Namun kini batu itu sudah dibongkar. Kami tuntun 'beliau' untuk berstana di sebuah palinggih yang telah disediakan. Lokasinya kami geser agak ke dalam sekitar 1,5 meter dari posisi semula. Perpindahan itu dilakukan sekaligus untuk memperlebar jalan," tutur Bendesa adat Pecatu, Made Sumerta Kamis (20/4) kemarin.
Diceritakannya, batu tersebut sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat setempat sejak dahulu konon mempercayai keberadaan batu tersebut tenget.
SELANJUTNYA . . .
Komentar